Minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Brent sempat menyentuh 72 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 2019, karena disiplin pasokan OPEC+ dan pemulihan permintaan mampu mengatasi kekhawatiran tentang peluncuran vaksinasi COVID-19 yang tidak merata di seluruh dunia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus, naik 58 sen menjadi ditutup pada 71,89 dolar AS per barel, setelah sempat menyentuh 72,17 dolar AS, tertinggi sejak Mei 2019.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 81 sen menjadi menetap di 69,62 dolar AS per barel, dan sebelumnya sempat mencapai 69,76 dolar AS, tertinggi sejak Oktober 2018.
Untuk minggu ini, harga acuan minyak mentah berjangka Brent terangkat 4,6 persen, sementara minyak mentah WTI melonjak 5,0 persen berdasarkan kontrak bulan depan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ pada Selasa (1/6/2021) mengatakan mereka akan tetap berpegang pada pembatasan pasokan yang disepakati. Sebuah laporan pasokan mingguan pada Kamis (3/6/2021) menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan minggu lalu.
Minyak menguat setelah angka AS menunjukkan data penggajian (payrolls) nonpertanian meningkat 559.000 pekerjaan bulan lalu. Dolar AS melemah setelah laporan tersebut, membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan memberikan dukungan untuk harga minyak.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,41 persen menjadi 90,1401 pada akhir perdagangan Jumat (4/6/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Harga minyak juga melayang lebih tinggi setelah perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi, untuk pertama kalinya dalam enam minggu, data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes menunjukkan.
"Setelah banyak bermalas-malasan, Brent tampaknya telah menemukan rumah baru di atas 70 dolar AS," kata Pialang Minyak PVM, Stephen Brennock. "Musim panas dan pembukaan kembali ekonomi global adalah bullish untuk permintaan minyak di paruh kedua tahun ini."
Juga meningkatkan minyak minggu ini adalah perlambatan dalam pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran mengenai program nuklir Teheran, yang mengurangi harapan kembalinya pasokan minyak Iran.
"Pasar energi terkunci dalam pembicaraan nuklir Iran yang akan dimulai minggu depan," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
“Perundingan putaran kelima akan memanas minggu depan dan itu akan membuat harga minyak tetap didukung karena Teheran akan tetap pada garis merah mereka untuk memulihkan kesepakatan nuklir.”
Sementara itu, produksi minyak mentah AS kemungkinan akan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya karena produsen serpih hanya menambahkan sejumlah rig tambahan untuk meningkatkan produksi, memilih untuk mendorong harga dan keuntungan yang lebih tinggi sebagai gantinya.
Sementara meningkatnya permintaan dan kecepatan vaksinasi di negara-negara seperti Amerika Serikat telah mendorong minyak, peluncuran inokulasi yang lebih lambat dan infeksi yang tinggi di negara-negara seperti Brazil dan India memukul permintaan di pasar minyak dengan pertumbuhan tinggi.
“Tidak setiap negara di dunia berada dalam mode pemulihan penuh, tetapi saat ini tampaknya tidak ada hambatan yang dapat membalikkan momentum bullish yang dibawa oleh permintaan musim panas yang kuat,” kata Analis Pasar Minyak Rystad Energy, Louise Dickson.
Baca juga: Harga minyak sedikit terkikis setelah laporan stok AS beragam
Baca juga: Harga minyak melonjak dipicu prospek permintaan dan disiplin pasokan OPEC+
Baca juga: Harga minyak sentuh level tertinggi 15 bulan ditopang prospek permintaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus, naik 58 sen menjadi ditutup pada 71,89 dolar AS per barel, setelah sempat menyentuh 72,17 dolar AS, tertinggi sejak Mei 2019.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 81 sen menjadi menetap di 69,62 dolar AS per barel, dan sebelumnya sempat mencapai 69,76 dolar AS, tertinggi sejak Oktober 2018.
Untuk minggu ini, harga acuan minyak mentah berjangka Brent terangkat 4,6 persen, sementara minyak mentah WTI melonjak 5,0 persen berdasarkan kontrak bulan depan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ pada Selasa (1/6/2021) mengatakan mereka akan tetap berpegang pada pembatasan pasokan yang disepakati. Sebuah laporan pasokan mingguan pada Kamis (3/6/2021) menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan minggu lalu.
Minyak menguat setelah angka AS menunjukkan data penggajian (payrolls) nonpertanian meningkat 559.000 pekerjaan bulan lalu. Dolar AS melemah setelah laporan tersebut, membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan memberikan dukungan untuk harga minyak.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,41 persen menjadi 90,1401 pada akhir perdagangan Jumat (4/6/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Harga minyak juga melayang lebih tinggi setelah perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi, untuk pertama kalinya dalam enam minggu, data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes menunjukkan.
"Setelah banyak bermalas-malasan, Brent tampaknya telah menemukan rumah baru di atas 70 dolar AS," kata Pialang Minyak PVM, Stephen Brennock. "Musim panas dan pembukaan kembali ekonomi global adalah bullish untuk permintaan minyak di paruh kedua tahun ini."
Juga meningkatkan minyak minggu ini adalah perlambatan dalam pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran mengenai program nuklir Teheran, yang mengurangi harapan kembalinya pasokan minyak Iran.
"Pasar energi terkunci dalam pembicaraan nuklir Iran yang akan dimulai minggu depan," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
“Perundingan putaran kelima akan memanas minggu depan dan itu akan membuat harga minyak tetap didukung karena Teheran akan tetap pada garis merah mereka untuk memulihkan kesepakatan nuklir.”
Sementara itu, produksi minyak mentah AS kemungkinan akan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya karena produsen serpih hanya menambahkan sejumlah rig tambahan untuk meningkatkan produksi, memilih untuk mendorong harga dan keuntungan yang lebih tinggi sebagai gantinya.
Sementara meningkatnya permintaan dan kecepatan vaksinasi di negara-negara seperti Amerika Serikat telah mendorong minyak, peluncuran inokulasi yang lebih lambat dan infeksi yang tinggi di negara-negara seperti Brazil dan India memukul permintaan di pasar minyak dengan pertumbuhan tinggi.
“Tidak setiap negara di dunia berada dalam mode pemulihan penuh, tetapi saat ini tampaknya tidak ada hambatan yang dapat membalikkan momentum bullish yang dibawa oleh permintaan musim panas yang kuat,” kata Analis Pasar Minyak Rystad Energy, Louise Dickson.
Baca juga: Harga minyak sedikit terkikis setelah laporan stok AS beragam
Baca juga: Harga minyak melonjak dipicu prospek permintaan dan disiplin pasokan OPEC+
Baca juga: Harga minyak sentuh level tertinggi 15 bulan ditopang prospek permintaan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021