Bandung, 26/9 (ANTARA) - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dipantau secara terus menerus menggunakan empat stasiun seismik.

"Semua sensor dipasang di sekitar puncak Sinabung, data dikirim dengan gelombang radio dan direkam secara analog di Pos Pengamatan Sementara di Desa Surbakti Kecamatan Simbang Empat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono ketika dihubungi dari Bandung, Minggu.
Posko Pengamatan Sementara itu terletak sekitar delapan kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Menurut Surono, pemantauan deformasi dilakukan menerus dengan tiltmeter yang dipasang di puncak gunung itu dan direkam secara digital.

Pengukuran deformasi juga dilakukan dengan "Electronic Distance Measurement" (EDM) dengan memasang tiga reflektor pada tubuh Gunung Sinabung dan diukur dari titik referensi di Desa Sukanalu Teran, yang terletak kurang lebih 4 Km dari puncak.

"Pemantauan dilakukan menerus, status Sinabung saat ini Siaga atau level III," kata Surono.

Ia menyebutkan, aktivitas gunung api itu tidak pernah tercatat sejak tahun 1600, oleh karena itu tidak diketahui sifat erupsi. Sebelumnya Gunung Sinabung dikelompokkan dalam tipe B.

Namun sejak 27 Agustus 2010 terjadi erufsi sehingga tipenya menjadi A. Hingga 7 September 2010 tercatat enam kali kejadian erupsi eksplosif. Bahaya utama erupsi dominan abu vulkanik dengan sebarannya dapat meluas bergantung pada arah dan kecepatan angin. Sesekali lontaran lava pijar dapat menjangkau wilayah dalam radius kurang dari 3 Km.
Ia menyebutkan wilayah yang berpotensi terkena dampak erupsi termasuk di dalamnya adalah Desa Suka Meriah, Desa Simacem dan Desa Bekerah.

Ketiga desa itu berada dalam radius kurang dari 3,5 Km dari titik erupsi, juga berada dimulut lembah, oleh karena itu ketiga desa tersebut sangat berbahaya jika kelak kemudian hari terjadi erupsi dan atau banjir lahar.

"Dalam status Siaga ketiga desa tersebut tidak layak huni karena terdapat ancaman bahaya erupsi Guning Sinabung," katanya.

Bila status diturunkan dari Siaga ke status lebih rendah, masyarakat ketiga desa tersebut harus tetap waspada jika terjadi erupsi freatik tanpa diikuti tanda-tanda peningkatan kegiatan atau ancaman banjir lahar jika terdapat penumpukan material di sekitar puncak Sinabung terkena hujan lebat.

"Penanganan jangka panjang perlu merelokasi pemukiman dan aktivitas penduduk ketiga desa itu keluar dari radius 3,5 Km dan jauh dari mulut lembah," kata Surono.***3***
(U.S033/B/Y008/Y008) 26-09-2010 20:07:31

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010