Pemerintah melalui Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) terus mendorong pengembangan pabrik percontohan (pilot plant) garam industri di Gresik, Jawa Timur, sebagai upaya mempercepat hilirisasi industri yang lebih baik di sektor kelautan dan perikanan.
"Pilot plant garam industri merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)," kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Safri mengungkapkan kapasitas pilot plant garam industri nantinya ditingkatkan menjadi kira-kira 40.000 ton per tahun dan bisa berjalan selama 72 jam.
"Sudah beberapa kali kita uji coba terus untuk running dari pilot plant ini dan diharapkan nanti desain ini bisa kita gunakan di kawasan sentra garam industri di kawasan lainnya," katanya.
Pilot plant garam di Gresik dikerjakan antara Kemenko Marves, BPPT, dan PT Garam. BPPT menjadi pendesain utama dari pilot plant di Gresik, sedangkan PT Garam yang menyediakan garam dan tempat yang bisa digunakan untuk desain dari pilot plant garam industri tersebut.
Beberapa kali pengujian sudah dilakukan melalui pilot plant tersebut, misalnya saat optimasi dan uji dari garam rakyat yang diolah menjadi garam industri dengan kualitas K1, K2, dan K3, dengan tingkat keberhasilan pemurnian sampai 99,9 persen.
"Saat ini pilot plant garam industri di Gresik sudah masuk dalam tahapan uji coba untuk dilihat efisiensi dari cost yang dikeluarkan. Dalam artian, dengan desain plant garam industri yang seperti ini, apakah efisiensi dari cost yang perlu kita keluarkan semakin tinggi atau rendah. Jika semakin tinggi, maka desain mungkin perlu untuk diperbaiki sedikit," ungkap Safri.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi kebutuhan garam nasional tahun ini mencapai 4,6 juta ton, yang sebagian besar atau sekitar 84 persennya merupakan kebutuhan dari industri manufaktur.
Kebutuhan garam untuk industri yang tinggi selama ini masih dipenuhi dengan impor. Berdasarkan neraca garam 2020, volume garam impor berkontribusi hingga 50,29 persen dari ketersediaan garam nasional. Adapun, kebutuhan garam nasional tahun lalu sebanyak 4,46 juta ton dengan kebutuhan industri mencapai 83,86 persen atau 3,74 juta ton.
Proyek pilot plant garam industri diharapkan dapat meningkatkan kualitas garam produksi rakyat sehingga impor bisa ditekan.
Baca juga: Spektrum - Impor datang petambak garam meradang
Baca juga: Menteri Trenggono: Impor garam diputuskan bila ada kekurangan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pilot plant garam industri merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)," kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Safri mengungkapkan kapasitas pilot plant garam industri nantinya ditingkatkan menjadi kira-kira 40.000 ton per tahun dan bisa berjalan selama 72 jam.
"Sudah beberapa kali kita uji coba terus untuk running dari pilot plant ini dan diharapkan nanti desain ini bisa kita gunakan di kawasan sentra garam industri di kawasan lainnya," katanya.
Pilot plant garam di Gresik dikerjakan antara Kemenko Marves, BPPT, dan PT Garam. BPPT menjadi pendesain utama dari pilot plant di Gresik, sedangkan PT Garam yang menyediakan garam dan tempat yang bisa digunakan untuk desain dari pilot plant garam industri tersebut.
Beberapa kali pengujian sudah dilakukan melalui pilot plant tersebut, misalnya saat optimasi dan uji dari garam rakyat yang diolah menjadi garam industri dengan kualitas K1, K2, dan K3, dengan tingkat keberhasilan pemurnian sampai 99,9 persen.
"Saat ini pilot plant garam industri di Gresik sudah masuk dalam tahapan uji coba untuk dilihat efisiensi dari cost yang dikeluarkan. Dalam artian, dengan desain plant garam industri yang seperti ini, apakah efisiensi dari cost yang perlu kita keluarkan semakin tinggi atau rendah. Jika semakin tinggi, maka desain mungkin perlu untuk diperbaiki sedikit," ungkap Safri.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi kebutuhan garam nasional tahun ini mencapai 4,6 juta ton, yang sebagian besar atau sekitar 84 persennya merupakan kebutuhan dari industri manufaktur.
Kebutuhan garam untuk industri yang tinggi selama ini masih dipenuhi dengan impor. Berdasarkan neraca garam 2020, volume garam impor berkontribusi hingga 50,29 persen dari ketersediaan garam nasional. Adapun, kebutuhan garam nasional tahun lalu sebanyak 4,46 juta ton dengan kebutuhan industri mencapai 83,86 persen atau 3,74 juta ton.
Proyek pilot plant garam industri diharapkan dapat meningkatkan kualitas garam produksi rakyat sehingga impor bisa ditekan.
Baca juga: Spektrum - Impor datang petambak garam meradang
Baca juga: Menteri Trenggono: Impor garam diputuskan bila ada kekurangan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021