Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan terkoreksi, seiring ekspektasi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.595 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.565 per dolar AS.
"Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS terus bermunculan. Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan indeks harga produsen atau Producer Price Index (PPI) meroket 4,2 persen pada Maret," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Kenaikan PPI AS tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari sembilan tahun terakhir. Selain itu, kata dia, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitas mereka.
Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dalam sebuah wawancara mengatakan ekonomi AS berada pada "titik perubahan" dengan ekspektasi bahwa pertumbuhan dan perekrutan akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan, tetapi ia juga memperingatkan risiko yang berasal dari pembukaan kembali yang tergesa-gesa. .
Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik juga diprediksi oleh The Fed. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Maret yang dirilis pekan lalu menunjukkan The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5 persen dari prediksi sebelumnya 4,2 persen.
Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda-tanya di pasar.
Selain itu The Fed juga memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir tahun nanti sebesar 4,5 persen dan inflasi berada di 2,2 persen.
Yang menarik, meski proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi cukup besar, tetapi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25 persen masih akan dipertahankan hingga 2023, sementara program pembelian aset senilai 120 miliar dolar AS belum akan dikurangi nilainya alias tapering.
Dengan pemulihan ekonomi AS diprediksi lebih cepat dari prediksi, serta The Fed yang tidak akan merubah kebijakan moneternya tentunya memberikan efek ganda ke pasar finansial.
"Rentang harga Rp14.650 sampai dengan Rp14.680 sebagai area resisten pertama dan kedua. Sedangkan bottom Rp14.530 hingga Rp14.490," kata Nanang.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.575 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.575 per dolar AS hingga Rp14.620 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah menjadi Rp14.631 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.580 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah awal pekan diperkirakan tertekan kenaikan yield obligasi AS
Baca juga: Kurs rupiah Senin pagi melemah 10 poin
Baca juga: Kurs rupiah akhir pekan melemah dipicu kembali naiknya yield obligasi AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.595 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.565 per dolar AS.
"Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS terus bermunculan. Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan indeks harga produsen atau Producer Price Index (PPI) meroket 4,2 persen pada Maret," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Kenaikan PPI AS tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari sembilan tahun terakhir. Selain itu, kata dia, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitas mereka.
Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dalam sebuah wawancara mengatakan ekonomi AS berada pada "titik perubahan" dengan ekspektasi bahwa pertumbuhan dan perekrutan akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan, tetapi ia juga memperingatkan risiko yang berasal dari pembukaan kembali yang tergesa-gesa. .
Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik juga diprediksi oleh The Fed. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Maret yang dirilis pekan lalu menunjukkan The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5 persen dari prediksi sebelumnya 4,2 persen.
Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda-tanya di pasar.
Selain itu The Fed juga memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir tahun nanti sebesar 4,5 persen dan inflasi berada di 2,2 persen.
Yang menarik, meski proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi cukup besar, tetapi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25 persen masih akan dipertahankan hingga 2023, sementara program pembelian aset senilai 120 miliar dolar AS belum akan dikurangi nilainya alias tapering.
Dengan pemulihan ekonomi AS diprediksi lebih cepat dari prediksi, serta The Fed yang tidak akan merubah kebijakan moneternya tentunya memberikan efek ganda ke pasar finansial.
"Rentang harga Rp14.650 sampai dengan Rp14.680 sebagai area resisten pertama dan kedua. Sedangkan bottom Rp14.530 hingga Rp14.490," kata Nanang.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.575 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.575 per dolar AS hingga Rp14.620 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah menjadi Rp14.631 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.580 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah awal pekan diperkirakan tertekan kenaikan yield obligasi AS
Baca juga: Kurs rupiah Senin pagi melemah 10 poin
Baca juga: Kurs rupiah akhir pekan melemah dipicu kembali naiknya yield obligasi AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021