Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup melemah, seiring pelaku pasar yang masih mewaspadai arah imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,2 persen ke posisi Rp14.425 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.397.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong di Jakarta, Rabu, mengatakan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi pernyataan Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen di hadapan US House Committee on Financial Services tadi malam.
"Mix signal yah dari mereka. Kekhawatiran pemulihan adalah kontras dengan pernyataan Powell sebelumnya yang akan membiarkan inflasi naik. Kali ini justru membuat yield obligasi menurun, namun gagal melemahkan dolar AS karena ada faktor risk aversion," ujar Lukman.
Para pelaku pasar tampaknya masih mewaspadai arah imbal hasil obligasi ke depannya yang dikhawatirkan akan membuat hawkish kebijakan-kebijakan pemerintahan ke depannya.
Pertemuan antara Yellen dan Powell sepertinya belum memberikan gambaran yang jelas terhadap masalah tersebut. Yield obligasi 10 tahun AS kemarin stabil berada di level 1,62 persen.
Powell sendiri berujar bahwa perbaikan ekonomi AS sudah berada di jalur yang benar namun sektor-sektor ekonomi yang terdampak akibat COVID-19 belum benar-benar pulih dan tingkat pengangguran di AS masih cukup tinggi.
Kendati demikian Lukman menilai penguatan dolar AS kali ini tidak begitu solid sehingga pelemahan rupiah bisa tertahan hingga akhir pekan.
"Namun rupiah masih akan tertekan. Besar kemungkinan masih akan melemah terbatas," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.423 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.420 per dolar AS hingga Rp14.460 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan rupiah melemah Rp14.455 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.421 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,2 persen ke posisi Rp14.425 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.397.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong di Jakarta, Rabu, mengatakan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi pernyataan Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen di hadapan US House Committee on Financial Services tadi malam.
"Mix signal yah dari mereka. Kekhawatiran pemulihan adalah kontras dengan pernyataan Powell sebelumnya yang akan membiarkan inflasi naik. Kali ini justru membuat yield obligasi menurun, namun gagal melemahkan dolar AS karena ada faktor risk aversion," ujar Lukman.
Para pelaku pasar tampaknya masih mewaspadai arah imbal hasil obligasi ke depannya yang dikhawatirkan akan membuat hawkish kebijakan-kebijakan pemerintahan ke depannya.
Pertemuan antara Yellen dan Powell sepertinya belum memberikan gambaran yang jelas terhadap masalah tersebut. Yield obligasi 10 tahun AS kemarin stabil berada di level 1,62 persen.
Powell sendiri berujar bahwa perbaikan ekonomi AS sudah berada di jalur yang benar namun sektor-sektor ekonomi yang terdampak akibat COVID-19 belum benar-benar pulih dan tingkat pengangguran di AS masih cukup tinggi.
Kendati demikian Lukman menilai penguatan dolar AS kali ini tidak begitu solid sehingga pelemahan rupiah bisa tertahan hingga akhir pekan.
"Namun rupiah masih akan tertekan. Besar kemungkinan masih akan melemah terbatas," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.423 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.420 per dolar AS hingga Rp14.460 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan rupiah melemah Rp14.455 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.421 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021