Pemerintah Kota Sukabumi, Jawa Barat mendorong minat kaum milenial untuk bertani dengan mengkolaborasikan sektor pertanian dengan pariwisata untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus mendongkrak perekonomian masyarakat.
"Harus diakui kaum muda atau milenial yang memiliki menjadi petani semakin langka, apalagi di tengah era digital seperti sekarang ini. Sehingga, lahan pertanian seperti sawah tidak hanya sebatas untuk bercocok tanam, tapi juga menjadi tempat wisata untuk menarik minat kaum milenial bertani," kata Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi di Sukabumi, Selasa.
Menurutnya, kaum milenial harus mengubah pandangannya bahwa menjadi petani identik dengan kotor dan kerja kasar, padahal dunia pertanian saat ini sudah semakin berkembang dengan menggunakan berbagai teknologi tepat guna.
Menjadi petani tidak harus turun ke ladang atau sawah, tetapi bisa memanfaatkan perkarangan rumah dengan melakukan pola pertanian hydrooponik yang hasil panennya bisa untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual, apalagi peminat sayuran hydroponik saat ini meningkat sehingga bisa menjadi potensi pendapatan yang menjanjikan.
Selain itu, dengan mengkolaborasikan dunia pertanian dengan pariwisata seperti sawah selain dijadikan tempat menanam padi, juga menjadi tempat wisata. Minimalnya kaum milenial minat dahulu datang ke sawah untuk berwisata sekaligus belajar tentang pertanian.
"Regenerasi petani sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan, jangan sampai kebutuhan pangan selalu bergantung pasokan dari daerah lain. Maka dari itu, kaum milenial harus ikut peduli terhadap ketersediaan pangan, apalagi profesi menjadi petani hingga saat ini masih menjanjikan karena kebutuhan tidak akan berhenti bahkan setiap waktu terus bertambah," tambahnya.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Andri Setiawan mengakui bahwa kaum muda yang minat terjun ke usaha pertanian sangat minim, sehingga regenerasi petani menjadi terhambat.
Saat ini mayoritas petani di Kota Sukabumi merupakan kaum tua yang usianya di atas 50 tahun. Untuk itu, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan minat generasi muda terjun ke dunia pertanian untuk menjadi petani, seperti menberikan pelatihan sistem pertanian hydroponik.
"Profesi sebagai petani merupakan profesi yang mulia, karena membantu menyediakan kebutuhan pangan bagi banyak orang. Apalagi, permintaan pangan setiap harinya selalu bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk, sehingga proifesi sebagai petani masih sangat menjanjikan," katanya.
Baca juga: Distan Sukabumi akui petani kesulitan dapatkan pupuk subsidi
Baca juga: DKP3 Kota Sukabumi bantu pasarkan produk pertanian LP2B
Baca juga: Legislator minta Pemkot Sukabumi mengizinkan petani manfaatkan lahan terbengkalai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Harus diakui kaum muda atau milenial yang memiliki menjadi petani semakin langka, apalagi di tengah era digital seperti sekarang ini. Sehingga, lahan pertanian seperti sawah tidak hanya sebatas untuk bercocok tanam, tapi juga menjadi tempat wisata untuk menarik minat kaum milenial bertani," kata Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi di Sukabumi, Selasa.
Menurutnya, kaum milenial harus mengubah pandangannya bahwa menjadi petani identik dengan kotor dan kerja kasar, padahal dunia pertanian saat ini sudah semakin berkembang dengan menggunakan berbagai teknologi tepat guna.
Menjadi petani tidak harus turun ke ladang atau sawah, tetapi bisa memanfaatkan perkarangan rumah dengan melakukan pola pertanian hydrooponik yang hasil panennya bisa untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual, apalagi peminat sayuran hydroponik saat ini meningkat sehingga bisa menjadi potensi pendapatan yang menjanjikan.
Selain itu, dengan mengkolaborasikan dunia pertanian dengan pariwisata seperti sawah selain dijadikan tempat menanam padi, juga menjadi tempat wisata. Minimalnya kaum milenial minat dahulu datang ke sawah untuk berwisata sekaligus belajar tentang pertanian.
"Regenerasi petani sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan, jangan sampai kebutuhan pangan selalu bergantung pasokan dari daerah lain. Maka dari itu, kaum milenial harus ikut peduli terhadap ketersediaan pangan, apalagi profesi menjadi petani hingga saat ini masih menjanjikan karena kebutuhan tidak akan berhenti bahkan setiap waktu terus bertambah," tambahnya.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Andri Setiawan mengakui bahwa kaum muda yang minat terjun ke usaha pertanian sangat minim, sehingga regenerasi petani menjadi terhambat.
Saat ini mayoritas petani di Kota Sukabumi merupakan kaum tua yang usianya di atas 50 tahun. Untuk itu, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan minat generasi muda terjun ke dunia pertanian untuk menjadi petani, seperti menberikan pelatihan sistem pertanian hydroponik.
"Profesi sebagai petani merupakan profesi yang mulia, karena membantu menyediakan kebutuhan pangan bagi banyak orang. Apalagi, permintaan pangan setiap harinya selalu bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk, sehingga proifesi sebagai petani masih sangat menjanjikan," katanya.
Baca juga: Distan Sukabumi akui petani kesulitan dapatkan pupuk subsidi
Baca juga: DKP3 Kota Sukabumi bantu pasarkan produk pertanian LP2B
Baca juga: Legislator minta Pemkot Sukabumi mengizinkan petani manfaatkan lahan terbengkalai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021