Universitas Indonesia (UI) mengajak masyarakat agar bijak dalam mengelola sampah demi menyelamatkan lingkungan agar bersih, indah dan sehat.
Dosen Program Studi Teknik Lingkungan UI Gabriel Andari Kristanto, Ph.D. dalam keterangannya, Jumat, mengatakan bersama beberapa dosen UI menggagas Gerakan Kumpul Plastik (Gumpal) berusaha mengajak masyarakat untuk memilah, kemudian mengumpulkan sampah plastik dalam satu wadah, dan membungkus sampahnya seketat mungkin sebelum dibuang.
Hal ini dilakukan agar para pekerja sektor informal seperti pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak perlu terlalu lama mencari-cari plastik, karena sampah plastik sudah dikumpulkan dalam satu wadah. Hal ini juga dapat mengurangi tumpukan sampah plastik di TPA.
"Tampaknya sederhana, tapi ini akan berdampak signifikan pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang hidup dari TPA," ujar Gabriel menjelaskan.
Gerakan ini juga sudah dilakukan di Fakultas Teknik UI (FTUI) sebagai bagian dari gerakan UI Peduli semenjak tahun 2014. Dalam gerakan ini, sivitas akademika FTUI diajak untuk memilah dan mengumpulkan botol-botol plastik yang mereka gunakan dalam wadah-wadah keranjang yang disediakan di pojok-pojok FTUI.
"Kampanye pengumpulan ini dilakukan dalam bentuk poster-poster ajakan yang bersifat edukasi kepada mahasiswa," ujarnya.
Nantinya, botol-botol plastik yang sudah dikumpulkan ini akan dibawa oleh para petugas kebersihan (office boy, cleaning service) ke Unit Penimbunan Sementara (UPS) yang ada di FTUI. Kemudian, sampah-sampah plastik ini akan dijual ke pengepul, dan keuntungannya akan dipergunakan untuk mengelola sebuah koperasi simpan-pinjam bagi para petugas kebersihan tersebut.
Menurutnya, dengan adanya program ini, tingkat kesejahteraan para petugas kebersihan meningkat, karena proses peminjaman hampir tidak dikenakan bunga sama sekali, sehingga mereka bisa menggunakan uang tersebut untuk berbagai keperluan.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Dr. Zakianis mengatakan secara umum, ketika suatu universitas harus melakukan pengelolaan sampah. Maka yang pertama harus dilakukan adalah melakukan identifikasi antara lain lokasi-lokasi yang menjadi sumber sampah, jumlah produksi sampahnya, membuat program pemilahan, pengumpulan, serta pengolahan sampah. Ini semua adalah upaya pengelolaan sampah dari sumbernya, yaitu universitas.
"Kita harus mengelola sampah dari sumber, karena sebagian besar TPA kita sudah tidak berfungsi, dan mencari lokasi TPA yang baru bukanlah hal yang mudah, karena masyarakat cenderung menolak lingkungannya dijadikan lokasi TPA. Jadi akan lebih baik untuk mengelola sampah di awal daripada pengelolaan tersebut dibebankan ke TPA/TPS," kata Zakianis.
Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset Prof. Dedi Priadi mengatakan bahwa publik patut mengelola plastik secara bijak. Dengan bijak menggunakan plastik, artinya sudah berpartisipasi memecahkan permasalahan lingkungan di tengah situasi pandemi Covid-19.
Selama ini, UI sudah mempunyai fasilitas pengolahan sampah (TPS) yang cukup lengkap di dekat Politeknik Negeri Jakarta. Selain itu, beberapa fakultas mempunyai kebijakan pengolahan sampah yang cukup komprehensif, seperti FT, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang memiliki kebijakan pemilahan sampah plastik dan daur ulang sampah.
Baca juga: Kampus UI Depok uji coba aspal berbahan baku sampah plastik multilayer
Baca juga: Pemkab Sukabumi gandeng berbagai elemen tangani limbah plastik di objek wisata
Baca juga: Pembangunan pengolahan sampah plastik jadi biodiesel di Jabar dimulai 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Dosen Program Studi Teknik Lingkungan UI Gabriel Andari Kristanto, Ph.D. dalam keterangannya, Jumat, mengatakan bersama beberapa dosen UI menggagas Gerakan Kumpul Plastik (Gumpal) berusaha mengajak masyarakat untuk memilah, kemudian mengumpulkan sampah plastik dalam satu wadah, dan membungkus sampahnya seketat mungkin sebelum dibuang.
Hal ini dilakukan agar para pekerja sektor informal seperti pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak perlu terlalu lama mencari-cari plastik, karena sampah plastik sudah dikumpulkan dalam satu wadah. Hal ini juga dapat mengurangi tumpukan sampah plastik di TPA.
"Tampaknya sederhana, tapi ini akan berdampak signifikan pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang hidup dari TPA," ujar Gabriel menjelaskan.
Gerakan ini juga sudah dilakukan di Fakultas Teknik UI (FTUI) sebagai bagian dari gerakan UI Peduli semenjak tahun 2014. Dalam gerakan ini, sivitas akademika FTUI diajak untuk memilah dan mengumpulkan botol-botol plastik yang mereka gunakan dalam wadah-wadah keranjang yang disediakan di pojok-pojok FTUI.
"Kampanye pengumpulan ini dilakukan dalam bentuk poster-poster ajakan yang bersifat edukasi kepada mahasiswa," ujarnya.
Nantinya, botol-botol plastik yang sudah dikumpulkan ini akan dibawa oleh para petugas kebersihan (office boy, cleaning service) ke Unit Penimbunan Sementara (UPS) yang ada di FTUI. Kemudian, sampah-sampah plastik ini akan dijual ke pengepul, dan keuntungannya akan dipergunakan untuk mengelola sebuah koperasi simpan-pinjam bagi para petugas kebersihan tersebut.
Menurutnya, dengan adanya program ini, tingkat kesejahteraan para petugas kebersihan meningkat, karena proses peminjaman hampir tidak dikenakan bunga sama sekali, sehingga mereka bisa menggunakan uang tersebut untuk berbagai keperluan.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Dr. Zakianis mengatakan secara umum, ketika suatu universitas harus melakukan pengelolaan sampah. Maka yang pertama harus dilakukan adalah melakukan identifikasi antara lain lokasi-lokasi yang menjadi sumber sampah, jumlah produksi sampahnya, membuat program pemilahan, pengumpulan, serta pengolahan sampah. Ini semua adalah upaya pengelolaan sampah dari sumbernya, yaitu universitas.
"Kita harus mengelola sampah dari sumber, karena sebagian besar TPA kita sudah tidak berfungsi, dan mencari lokasi TPA yang baru bukanlah hal yang mudah, karena masyarakat cenderung menolak lingkungannya dijadikan lokasi TPA. Jadi akan lebih baik untuk mengelola sampah di awal daripada pengelolaan tersebut dibebankan ke TPA/TPS," kata Zakianis.
Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset Prof. Dedi Priadi mengatakan bahwa publik patut mengelola plastik secara bijak. Dengan bijak menggunakan plastik, artinya sudah berpartisipasi memecahkan permasalahan lingkungan di tengah situasi pandemi Covid-19.
Selama ini, UI sudah mempunyai fasilitas pengolahan sampah (TPS) yang cukup lengkap di dekat Politeknik Negeri Jakarta. Selain itu, beberapa fakultas mempunyai kebijakan pengolahan sampah yang cukup komprehensif, seperti FT, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang memiliki kebijakan pemilahan sampah plastik dan daur ulang sampah.
Baca juga: Kampus UI Depok uji coba aspal berbahan baku sampah plastik multilayer
Baca juga: Pemkab Sukabumi gandeng berbagai elemen tangani limbah plastik di objek wisata
Baca juga: Pembangunan pengolahan sampah plastik jadi biodiesel di Jabar dimulai 2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021