Harga minyak melonjak sekitar dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencapai level tertinggi dalam 12 bulan setelah produsen-produsen utama menunjukkan bahwa mereka mengekang produksi kurang lebih sejalan dengan komitmen.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April ditutup naik 1,11 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi 57,46 dolar AS per barel, kenaikan hari ketiga berturut-turut. Selama sesi, Brent sempat menyentuh 58,05 dolar AS, tertinggi sejak Januari tahun lalu.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret bertambah 1,21 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap pada 54,76 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi di 55,26 dolar AS, level tertinggi dalam satu tahun.



Harga acuan minyak mentah global dan AS menguat ketika optimisme tentang lebih banyak stimulus ekonomi AS menambah bullish dari tingkat produksi OPEC, yang naik sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan pada Januari.

Kedua kontrak diperdagangkan lebih tinggi setelah penyelesaian, setelah American Petroleum Institute, sebuah kelompok perdagangan, mengatakan persediaan minyak dan bahan bakar lebih rendah pada minggu ini.

Produksi minyak mentah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik pada Januari untuk bulan ketujuh berturut-turut tetapi kenaikan itu lebih kecil dari yang diperkirakan, sebuah survei Reuters menemukan.



Pemotongan sukarela sebesar satu juta barel per hari oleh pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, akan dilaksanakan dari awal Februari hingga Maret.

Produksi Rusia meningkat pada Januari, sejalan dengan pakta OPEC+, sementara di Kazakhstan, volume minyak turun untuk bulan tersebut.

Reli meningkat karena Kongres AS tampak siap untuk mengadopsi paket stimulus ekonomi, dan ketika cuaca dingin AS meningkatkan permintaan minyak pemanas.

“Anda mendapatkan paket stimulus ekonomi AS yang tidak terpikir oleh siapa pun akan kami dapatkan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Demokrat bersiap untuk mengambil langkah pertama meneruskan paket bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden.

Cuaca dingin dan salju tebal di Northeast AS mendorong margin untuk minyak pemanas ke level tertinggi delapan bulan di 15,84 dolar AS, memberikan dukungan lebih lanjut untuk minyak mentah.

Stok bahan bakar distilat AS, termasuk minyak pemanas, turun dalam seminggu terakhir, menurut API. Kelompok itu mengatakan stok bensin dan minyak mentah juga turun. Angka pemerintah akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Namun, raksasa energi BP menandai awal yang sulit 2021 di tengah permintaan produk yang menurun, mencatat bahwa volume ritel Januari turun sekitar 20 persen tahun-ke-tahun, dibandingkan dengan penurunan 11 persen pada kuartal keempat.

Meski demikian, permintaan minyak diperkirakan akan pulih pada 2021, kata BP, dengan persediaan global terlihat kembali ke rata-rata lima tahun pada pertengahan tahun.

Baca juga: Persediaan AS turun, permintaan naik, harga minyak melesat di atas 2 persen

Baca juga: Minyak turun, pasar fokus penundaan vaksin dan kasus COVID-19

Baca juga: Harga minyak beragam saat kematian akibat virus naik, Brent naik tipis

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021