Kementerian Perindustrian mengangkat pamor jam tangan kayu berbasis kearifan lokal guna mendorong sektor industri kecil menengah (IKM) semakin aktif berinovasi dengan desain produk yang kompetitif di kancah domestik dan global, salah satunya melalui penyelenggaraan Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2020.
“Penghargaan IGDS merupakan bentuk apresiasi pemerintah di bidang desain produk bagi pelaku industri, perusahaan maupun praktisi desain, sekaligus untuk mendukung dan meningkatkan nilai kompetitif dari daya saing produk-produk industri nasional utamanya di bidang desain produk,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (30/1).
Gati menyampaikan dedikasi dan pencapaian para penerima penghargaan IGDS dapat menjadi semangat untuk mereka terus berkarya dan berprestasi serta menginspirasi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat industri.
“Apalagi di tengah persaingan ketat saat ini, terutama adanya era industri 4.0 dan adaptasi kebiasaan baru karena pandemi, pelaku IKM perlu menelurkan inovasi agar usahanya bisa bertahan,” tuturnya.
Salah satu peserta IGDS 2020 yang mendapat apresiasi besar dari masyarakat, yakni produsen jam tangan kayu asal Jawa Tengah, Eboni.
Melalui produk unggulannya, Eboni Pamor terpilih kembali sebagai pemenang kategori People’s Choice di IGDS 2020 karena mendapat total like sebanyak 1082 di akun instagram @igdsofficial. Sebelumnya, pada IGDS 2019, Eboni juga memperoleh penghargaan kategori People’s Choice dengan produknya, Eboni Cakra.
Menurut Gati, Eboni Pamor dinilai sebagai sebuah bentuk manifestasi nilai tradisi lokal yang dituangkan menjadi produk fesyen, sehingga budaya dan tradisi Tosan Aji dapat terus berkelanjutan di era modern ini. Eboni Pamor menggunakan dial pamor asli keris dan dibuat oleh seorang Empu (pembuat keris) generasi muda asal Solo yang secara turun temurun mempelajari pembuatan keris.
“Eboni memperlihatkan kepada generasi muda bahwa Indonesia memiliki sejarah budaya yang sangat kuat dan membuktikan bahwa sejarah serta kebudayaan lokal bisa diwujudkan menjadi produk fesyen yang kekinian,” paparnya.
Eboni Pamor dari Eboni Watch dicetuskan oleh Afidha Fajar Adhitya. Pemuda asal Klaten Jawa Tengah tersebut menjajal keberuntungannya dengan membuat Eboni Watch pada 10 Oktober 2014.
Berawal dari modal Rp2 juta membawanya pada produksi hingga 300 unit per bulan dan menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan omzet rata-rata Rp150 juta per bulan.
Eboni Pamor memiliki nilai keindahan dan craftmanship yang sangat tinggi, dibuat dari kayu Sonokeling (Rosewood) yang terkenal keuletan, keawetan dan kekuatannya. Proses produksinya menggunakan mesin Quartz Ronda dari Swiss yang terbukti lebih akurat, awet, dan kuat atau tahan banting.
Jam tangan ini aman dipakai untuk kegiatan yang bersinggungan dengan air yang bersifat ringan, misalnya kehujanan, wudhu dan mencuci.
Hingga saat ini, jangkauan pasar Eboni berada di seluruh Indonesia dan telah mencapai pasar Asia Tenggara, Afrika Selatan, hingga Eropa, baik melalui ekspor ataupun pembelian langsung oleh pelanggan dari luar negeri. Eboni mengoptimalkan potensi pasar melalui media sosial dan e-commerce sesuai dengan target pasar anak muda.
“Kebudayaan dan kearifan lokal di Indonesia bisa menjadi kekuatan besar untuk memposisikan produk asli Indonesia di percaturan desain dunia. Eboni Pamor menjadi bukti dari kekuatan budaya dan kearifan lokal Indonesia yang bisa diimplementasikan dalam sebuah desain produk,” kata salah satu Dewan Juri IGDS 2020 yang juga praktisi kerajinan RM Satya Brahmantya.
Baca juga: Produsen jam tangan lokal Bandung usung konsep minimal dan elegan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021