PT Panasonic Health Care Indonesia meluncurkan produk continuous positive airways pressure (CPAP) Ventilator Vent-I terbaru yakni Vent-1 Essential 3.5. karya anak bangsa berstandar internasional guna membantu mencukupi kebutuhan ventilator dalam negeri.
"Ini adalah momen yang bersejarah karena sebelum pandemi Indonesia tidak pernah produksi ventilator. Dan hebatnya lagi inovasi ini tidak berhenti sampai kepada kebutuhan darurat selama pandemi tetapi terus berlanjut ke industri," kata Menteri Riset dan Teknologi RI Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat peluncuran produk di PT PHCI, Kawasan Industri MM2100, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Selasa.
Bambang mengapresiasi hasil produk kolaborasi antara PT PHCI dengan anak usaha Institut Teknologi Bandung yakni PT Rekacipta Inovasi ITB serta konsorsium itu dalam membantu penyediaan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk menangani pasien COVID-19 selama masa pandemi.
"Kita gembira bahwa upaya yang tadinya seperti seolah-seolah upaya emergency ketika awal sekarang sudah masuk ke ranah industri dan kita harapkan nanti kebutuhan ventilator dari Indonesia bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri," katanya.
Dia mengaku sejak awal Kemenristek RI turut andil membantu tim ITB melakukan riset produk ini. Pihaknya juga ikut memfasilitasi perizinan dari Kemenkes.
"Jadi kita kawal dan kemudian dengan dukungan dari ITB sendiri maka akhirnya mereka bisa melakukan hilirisasi. Itu yang kita inginkan dari semua hasil inovasi yang dilakukan. Kebetulan produk ventilator dari ITB ini bisa memenuhi syarat untuk diproduksi secara massal," ungkapnya.
Produk ini merupakan varian terbaru dari Vent-1 yang memiliki kualitas tinggi dengan standar internasional. Ventilator CPAP Vent-I merupakan alat medis karya anak bangsa yang didesain untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien COVID-19 yang berada pada fase kedua dimana pasien masih bisa bernafas sendiri meskipun saturasi oksigennya rendah.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengatakan kelahiran produk ini perlu mendapat apresiasi. Produk ini menunjukkan kemampuan anak bangsa dalam rancang bangun untuk melahirkan berbagai produk dengan kualitas internasional.
Menurut dia semangat sinergi antara pelaku industri dan dunia perguruan tinggi, dengan didukung pemerintah seperti ini harus terus didorong.
"Saya rasa, kita boleh optimistis, jika pola kerja sama ini bisa dikembangkan secara lebih luas, sektor industri kita akan mampu berkembang pesat," ucapnya.
Dia mengajak semua pihak untuk bisa menjadikan kondisi saat ini sebagai momentum membangun sinergi antar semua elemen bangsa, dalam rangka melahirkan berbagai inovasi. Sinergi dunia kampus, pelaku bisnis, dan pemerintah, atau yang dikenal sebagai triple helix.
"DPR sebagai mitra kerja pemerintah sangat mendukung berkembangnya triple helix. Dukungan DPR dalam pembahasan Undang-Undang Cipta Kerja yang memberi kemudahan dan insentif bagi research and development adalah bagian dari dukungan tersebut," kata dia.
"Untuk bisa menang bersaing di pasar global, kita tidak lagi bisa mengandalkan pada keunggulan sumber daya alam. Semakin ketatnya persaingan ke depan mengharuskan kita untuk meningkatkan penguasaan teknologi dan kemampuan melakukan inovasi. Dalam hal inilah, triple helix menjadi kunci untuk membangun kemandirian bangsa, mengembangkan industri subtitusi impor, meningkatkan keunggulan daya saing ekspor, dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," imbuh dia.
Baca juga: Dua produk ventilator lokal untuk pasien COVID-19 dapat izin edar
Baca juga: Ventilator produk ITB lolos uji Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Baca juga: Ventilator buatan ITB, Unpad dan Salman ITB diserahkan ke Kemenkes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Ini adalah momen yang bersejarah karena sebelum pandemi Indonesia tidak pernah produksi ventilator. Dan hebatnya lagi inovasi ini tidak berhenti sampai kepada kebutuhan darurat selama pandemi tetapi terus berlanjut ke industri," kata Menteri Riset dan Teknologi RI Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat peluncuran produk di PT PHCI, Kawasan Industri MM2100, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Selasa.
Bambang mengapresiasi hasil produk kolaborasi antara PT PHCI dengan anak usaha Institut Teknologi Bandung yakni PT Rekacipta Inovasi ITB serta konsorsium itu dalam membantu penyediaan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk menangani pasien COVID-19 selama masa pandemi.
"Kita gembira bahwa upaya yang tadinya seperti seolah-seolah upaya emergency ketika awal sekarang sudah masuk ke ranah industri dan kita harapkan nanti kebutuhan ventilator dari Indonesia bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri," katanya.
Dia mengaku sejak awal Kemenristek RI turut andil membantu tim ITB melakukan riset produk ini. Pihaknya juga ikut memfasilitasi perizinan dari Kemenkes.
"Jadi kita kawal dan kemudian dengan dukungan dari ITB sendiri maka akhirnya mereka bisa melakukan hilirisasi. Itu yang kita inginkan dari semua hasil inovasi yang dilakukan. Kebetulan produk ventilator dari ITB ini bisa memenuhi syarat untuk diproduksi secara massal," ungkapnya.
Produk ini merupakan varian terbaru dari Vent-1 yang memiliki kualitas tinggi dengan standar internasional. Ventilator CPAP Vent-I merupakan alat medis karya anak bangsa yang didesain untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien COVID-19 yang berada pada fase kedua dimana pasien masih bisa bernafas sendiri meskipun saturasi oksigennya rendah.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengatakan kelahiran produk ini perlu mendapat apresiasi. Produk ini menunjukkan kemampuan anak bangsa dalam rancang bangun untuk melahirkan berbagai produk dengan kualitas internasional.
Menurut dia semangat sinergi antara pelaku industri dan dunia perguruan tinggi, dengan didukung pemerintah seperti ini harus terus didorong.
"Saya rasa, kita boleh optimistis, jika pola kerja sama ini bisa dikembangkan secara lebih luas, sektor industri kita akan mampu berkembang pesat," ucapnya.
Dia mengajak semua pihak untuk bisa menjadikan kondisi saat ini sebagai momentum membangun sinergi antar semua elemen bangsa, dalam rangka melahirkan berbagai inovasi. Sinergi dunia kampus, pelaku bisnis, dan pemerintah, atau yang dikenal sebagai triple helix.
"DPR sebagai mitra kerja pemerintah sangat mendukung berkembangnya triple helix. Dukungan DPR dalam pembahasan Undang-Undang Cipta Kerja yang memberi kemudahan dan insentif bagi research and development adalah bagian dari dukungan tersebut," kata dia.
"Untuk bisa menang bersaing di pasar global, kita tidak lagi bisa mengandalkan pada keunggulan sumber daya alam. Semakin ketatnya persaingan ke depan mengharuskan kita untuk meningkatkan penguasaan teknologi dan kemampuan melakukan inovasi. Dalam hal inilah, triple helix menjadi kunci untuk membangun kemandirian bangsa, mengembangkan industri subtitusi impor, meningkatkan keunggulan daya saing ekspor, dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," imbuh dia.
Baca juga: Dua produk ventilator lokal untuk pasien COVID-19 dapat izin edar
Baca juga: Ventilator produk ITB lolos uji Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Baca juga: Ventilator buatan ITB, Unpad dan Salman ITB diserahkan ke Kemenkes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021