Harga emas turun tajam lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut karena nilai tukar dolar AS melanjutkan kenaikannya.
Kenaikan kurs dolar membayangi daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi setelah presiden terpilih AS mengusulkan paket stimulus baru 1,9 triliun dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, jatuh 21,5 dolar AS atau 1,16 persen menjadi ditutup pada 1.829,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (14/1/2021), emas berjangka turun 3,5 dolar AS atau 0,19 persen menjadi 1.851,40 dolar AS per ounce.
Emas berjangka terangkat 10,7 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.854,90 dolar AS per ounce pada Rabu (13/1/2021), setelah merosot 6,6 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.844,20 dolar AS pada Selasa (12/1/2021), dan melonjak 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.850,80 dolar AS pada Senin (11/1/202).
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2020, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Serangan penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (obligasi) AS telah memicu koreksi jangka pendek," kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.
"Pasar emas terjebak di antara pembelian jangka panjang didukung ekspektasi inflasi yang meningkat karena langkah-langkah stimulus, tetapi penjualan karena dolar telah melambung dan kekhawatiran atas pengurangan pelonggaran kuantitatif (QE) terwujud."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan mendekati level tertinggi 10-bulan yang disentuh awal pekan ini.
"Pemerintahan Biden akan mendukung agenda pengeluaran yang jauh lebih ekspansif dari sebelumnya," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO.
"Tapi sepertinya ketahanan dolar yang terus berlanjut dalam jangka pendek dan kekhawatiran untuk imbal hasil yang lebih tinggi memicu likuidasi stabil dalam emas."
Presiden terpilih AS Joe Biden pada Kamis (14/1/2021) menguraikan proposal paket stimulus 1,9 triliun dolar AS. Biden mulai menjabat Rabu depan (20/1/2021).
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat dihasilkan dari stimulus yang meluas, lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menantang status tersebut karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi teknis, emas memiliki dukungan yang kuat di sekitar 1.775 dolar, dan penurunan ke level itu dapat memicu pembelian lagi, kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS.
Sementara logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 93,6 sen atau 3,63 persen menjadi ditutup pada 24,866 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April anjlok 36,5 dolar AS atau 3,24 persen menjadi menetap di 1.089,9 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas turun 3,5 dolar, komentar "dovish" ketua Fed tahan kerugian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Kenaikan kurs dolar membayangi daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi setelah presiden terpilih AS mengusulkan paket stimulus baru 1,9 triliun dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, jatuh 21,5 dolar AS atau 1,16 persen menjadi ditutup pada 1.829,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (14/1/2021), emas berjangka turun 3,5 dolar AS atau 0,19 persen menjadi 1.851,40 dolar AS per ounce.
Emas berjangka terangkat 10,7 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.854,90 dolar AS per ounce pada Rabu (13/1/2021), setelah merosot 6,6 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.844,20 dolar AS pada Selasa (12/1/2021), dan melonjak 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.850,80 dolar AS pada Senin (11/1/202).
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2020, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Serangan penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (obligasi) AS telah memicu koreksi jangka pendek," kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.
"Pasar emas terjebak di antara pembelian jangka panjang didukung ekspektasi inflasi yang meningkat karena langkah-langkah stimulus, tetapi penjualan karena dolar telah melambung dan kekhawatiran atas pengurangan pelonggaran kuantitatif (QE) terwujud."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan mendekati level tertinggi 10-bulan yang disentuh awal pekan ini.
"Pemerintahan Biden akan mendukung agenda pengeluaran yang jauh lebih ekspansif dari sebelumnya," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO.
"Tapi sepertinya ketahanan dolar yang terus berlanjut dalam jangka pendek dan kekhawatiran untuk imbal hasil yang lebih tinggi memicu likuidasi stabil dalam emas."
Presiden terpilih AS Joe Biden pada Kamis (14/1/2021) menguraikan proposal paket stimulus 1,9 triliun dolar AS. Biden mulai menjabat Rabu depan (20/1/2021).
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang yang dapat dihasilkan dari stimulus yang meluas, lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini telah menantang status tersebut karena meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi teknis, emas memiliki dukungan yang kuat di sekitar 1.775 dolar, dan penurunan ke level itu dapat memicu pembelian lagi, kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS.
Sementara logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 93,6 sen atau 3,63 persen menjadi ditutup pada 24,866 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April anjlok 36,5 dolar AS atau 3,24 persen menjadi menetap di 1.089,9 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas turun 3,5 dolar, komentar "dovish" ketua Fed tahan kerugian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021