Pemerintah Kota Beijing secara resmi menutup sementara 155 unit tempat ibadah mulai Jumat (8/1) dan melarang perayaan Imlek berskala besar untuk menghindari munculnya gelombang baru pandemi COVID-19.
Sejauh ini tidak ada kasus positif COVID-19 ditemukan di tempat-tempat ibadah, demikian pernyataan Komisi Urusan Etnik dan Agama Pemkot Beijing dikutip media setempat, Sabtu (9/1).
Pemerintah Ibu Kota China itu juga memastikan tidak satu pun dari 840 staf pengurus agama yang terpapar COVID-19.
Pemerintah kota akan melakukan investigasi secara khusus aktivitas ilegal beberapa kelompok agama di wilayah pinggiran untuk menghindari merebaknya wabah COVID-19 menyusul ditemukannya kasus sporadis di Provinsi Hebei yang bertetangga dengan Beijing.
Otoritas setempat juga mengumumkan larangan perayaan berskala besar Tahun Baru Imlek yang berlaku mulai bulan ini guna menghindari merebaknya wabah baru, khususnya di wilayah pinggiran yang berbatasan dengan Hebei.
Warga juga dianjurkan tidak menggelar pesta pernikahan, upacara pemakaman, dan aktivitas lain yang mengundang banyak orang.
Distrik Shunyi, Kamis (7/1), kembali mendapati satu kasus positif sejak diterapkan pembatasan aktivitas masyarakat pada 26 Desember 2020 setelah ditemukan dua kasus baru.
Di Beijing terdapat delapan area yang masuk kategori risiko menengah, termasuk tujuh desa di Distrik Shunyi.
Anjuran tersebut dikeluarkan menyusul klaster baru di Beijing yang dekat dengan wilayah Provinsi Hebei.
Sebanyak 127 kasus positif dan 183 kasus tanpa gejala ditemukan di Hebei sejak Sabtu (2/1). Beberapa pasien tersebut ditemukan di Shijiazhuang, Ibu Kota Provinsi Hebei, yang mengunjungi pasar, upacara pernikahan, perayaan kelahiran, dan aktivitas massal lainnya. Bahkan ada seorang yang positif setelah menghadiri tiga pesta undangan perkawinan sejak 30 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021.
Beberapa kasus positif lainnya terdapat para orang tua berusia lanjut yang menghadiri beberapa kegiatan keagamaan di pinggiran Kota Shijiazhuang sebelum didiagnosis positif.
"Beberapa warga desa yang positif sebelumnya melakukan kegiatan keagamaan setiap Rabu, Jumat, dan Minggu di desanya. Kegiatan itu diikuti puluhan orang yang semuanya para lansia," kata Kepala Desa Xiaoguozhuang, Shijiazhuang, dikutip media lokal.
Gereja Katolik di Shijiazhuang telah ditutup dan kegiatan peribadatan serta pendidikan juga telah ditiadakan untuk sementara waktu.
Beberapa masjid di Kota Beijing juga telah ditutup untuk umum sejak Jumat (1/1).
Baca juga: Raja Arab Saudi terima suntikan vaksin COVID-19 pertama
Baca juga: Spekulasi keberadaan Jack Ma terus bergulir, dikaitkan kritiknya kepada pemerintah China
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Sejauh ini tidak ada kasus positif COVID-19 ditemukan di tempat-tempat ibadah, demikian pernyataan Komisi Urusan Etnik dan Agama Pemkot Beijing dikutip media setempat, Sabtu (9/1).
Pemerintah Ibu Kota China itu juga memastikan tidak satu pun dari 840 staf pengurus agama yang terpapar COVID-19.
Pemerintah kota akan melakukan investigasi secara khusus aktivitas ilegal beberapa kelompok agama di wilayah pinggiran untuk menghindari merebaknya wabah COVID-19 menyusul ditemukannya kasus sporadis di Provinsi Hebei yang bertetangga dengan Beijing.
Otoritas setempat juga mengumumkan larangan perayaan berskala besar Tahun Baru Imlek yang berlaku mulai bulan ini guna menghindari merebaknya wabah baru, khususnya di wilayah pinggiran yang berbatasan dengan Hebei.
Warga juga dianjurkan tidak menggelar pesta pernikahan, upacara pemakaman, dan aktivitas lain yang mengundang banyak orang.
Distrik Shunyi, Kamis (7/1), kembali mendapati satu kasus positif sejak diterapkan pembatasan aktivitas masyarakat pada 26 Desember 2020 setelah ditemukan dua kasus baru.
Di Beijing terdapat delapan area yang masuk kategori risiko menengah, termasuk tujuh desa di Distrik Shunyi.
Anjuran tersebut dikeluarkan menyusul klaster baru di Beijing yang dekat dengan wilayah Provinsi Hebei.
Sebanyak 127 kasus positif dan 183 kasus tanpa gejala ditemukan di Hebei sejak Sabtu (2/1). Beberapa pasien tersebut ditemukan di Shijiazhuang, Ibu Kota Provinsi Hebei, yang mengunjungi pasar, upacara pernikahan, perayaan kelahiran, dan aktivitas massal lainnya. Bahkan ada seorang yang positif setelah menghadiri tiga pesta undangan perkawinan sejak 30 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021.
Beberapa kasus positif lainnya terdapat para orang tua berusia lanjut yang menghadiri beberapa kegiatan keagamaan di pinggiran Kota Shijiazhuang sebelum didiagnosis positif.
"Beberapa warga desa yang positif sebelumnya melakukan kegiatan keagamaan setiap Rabu, Jumat, dan Minggu di desanya. Kegiatan itu diikuti puluhan orang yang semuanya para lansia," kata Kepala Desa Xiaoguozhuang, Shijiazhuang, dikutip media lokal.
Gereja Katolik di Shijiazhuang telah ditutup dan kegiatan peribadatan serta pendidikan juga telah ditiadakan untuk sementara waktu.
Beberapa masjid di Kota Beijing juga telah ditutup untuk umum sejak Jumat (1/1).
Baca juga: Raja Arab Saudi terima suntikan vaksin COVID-19 pertama
Baca juga: Spekulasi keberadaan Jack Ma terus bergulir, dikaitkan kritiknya kepada pemerintah China
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021