Perancang busana asal Prancis, Pierre Cardin, yang merupakan desainer bertangan dingin yang mampu menjual berbagai produk di bawah mereknya, meninggal dunia pada hari Selasa (29/12) di usia 98 tahun, Reuters melaporkan, Rabu.
Dalam karir yang mencakup lebih dari 60 tahun, Cardin mendapat cemoohan sekaligus kekaguman dari sesama perancang busana karena naluri bisnisnya yang berani, dan memengaruhi panggung pagelaran busana dengan gaun gelembung futuristik serta potongan dan pola geometris.
Cardin, yang pernah menjadi mentor untuk desainer seperti Jean Paul Gaultier, aktif di lingkaran mode hingga yang akhir hayatnya. Ia masih membawa desainer muda di bawah sayapnya, menghadiri pesta dan acara, dan secara teratur mengunjungi kantornya di Paris.
"Terima kasih Tuan Cardin karena telah membukakan saya pintu menuju mode dan mewujudkan impian saya," tulis Gaultier di Twitter.
Cardin adalah desainer pertama yang menjual koleksi pakaian di department store pada akhir 1950-an, dan yang pertama memasuki bisnis perizinan untuk parfum, aksesori, dan bahkan makanan - yang kemudian mendatangkan keuntungan bagi banyak rumah mode lainnya.
Beberapa dekade kemudian, cokelat Armani, hotel Bulgari, dan kacamata hitam Gucci muncul. Semuanya didasarkan pada kesadaran Cardin bahwa pesona merek fesyen memiliki potensi perdagangan yang tak ada habisnya.
Selama bertahun-tahun, namanya dicap sebagai peralatan rumah tangga, dan aksesori norak - bahkan celana pendek boxer yang murah.
Para pengkritiknya menuduhnya merusak nilai mereknya dan gagasan kemewahan secara umum. Tetapi dia tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik.
"Saya memiliki pemikiran untuk memasarkan nama saya," kata Cardin kepada surat kabar Sueddeutsche Zeitung Jerman pada tahun 2007.
"Apakah uang merusak ide seseorang? Saya sama sekali tidak memimpikan uang, tetapi sementara saya bermimpi, saya menghasilkan uang. Ini tidak pernah tentang uang," imbuhnya.
Dia menegaskan bahwa dia membangun bisnisnya tanpa pernah meminta pinjaman dari bank.
Lahir di dekat Venesia pada 2 Juli 1922, dari orang tua Prancis keturunan Italia, Cardin dididik di kota Saint Etienne, Prancis yang tidak terlalu glamor.
Dia pergi bekerja untuk seorang penjahit di dekat Vichy pada usia 17 dan bermimpi untuk suatu saat menjadi seorang aktor, melakukan beberapa pekerjaan di atas panggung serta menjadi model dan menari secara profesional.
Ketika dia datang ke Paris pada tahun 1945, dia membuat topeng dan kostum untuk film Jean Cocteau, "Beauty and the Beast", dan setahun kemudian bergabung dengan Christian Dior yang saat itu tidak dikenal.
Baca juga: Pakaian adat Sabu & kemeja hitam Presiden Jokowi di mata perancang busana
Baca juga: Perancang Bandung buat masker yang dapat dipakai bolak-balik
Baca juga: Alat Pelindung Diri karya tangan perancang merangkap dokter gigi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Dalam karir yang mencakup lebih dari 60 tahun, Cardin mendapat cemoohan sekaligus kekaguman dari sesama perancang busana karena naluri bisnisnya yang berani, dan memengaruhi panggung pagelaran busana dengan gaun gelembung futuristik serta potongan dan pola geometris.
Cardin, yang pernah menjadi mentor untuk desainer seperti Jean Paul Gaultier, aktif di lingkaran mode hingga yang akhir hayatnya. Ia masih membawa desainer muda di bawah sayapnya, menghadiri pesta dan acara, dan secara teratur mengunjungi kantornya di Paris.
"Terima kasih Tuan Cardin karena telah membukakan saya pintu menuju mode dan mewujudkan impian saya," tulis Gaultier di Twitter.
Cardin adalah desainer pertama yang menjual koleksi pakaian di department store pada akhir 1950-an, dan yang pertama memasuki bisnis perizinan untuk parfum, aksesori, dan bahkan makanan - yang kemudian mendatangkan keuntungan bagi banyak rumah mode lainnya.
Beberapa dekade kemudian, cokelat Armani, hotel Bulgari, dan kacamata hitam Gucci muncul. Semuanya didasarkan pada kesadaran Cardin bahwa pesona merek fesyen memiliki potensi perdagangan yang tak ada habisnya.
Selama bertahun-tahun, namanya dicap sebagai peralatan rumah tangga, dan aksesori norak - bahkan celana pendek boxer yang murah.
Para pengkritiknya menuduhnya merusak nilai mereknya dan gagasan kemewahan secara umum. Tetapi dia tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik.
"Saya memiliki pemikiran untuk memasarkan nama saya," kata Cardin kepada surat kabar Sueddeutsche Zeitung Jerman pada tahun 2007.
"Apakah uang merusak ide seseorang? Saya sama sekali tidak memimpikan uang, tetapi sementara saya bermimpi, saya menghasilkan uang. Ini tidak pernah tentang uang," imbuhnya.
Dia menegaskan bahwa dia membangun bisnisnya tanpa pernah meminta pinjaman dari bank.
Lahir di dekat Venesia pada 2 Juli 1922, dari orang tua Prancis keturunan Italia, Cardin dididik di kota Saint Etienne, Prancis yang tidak terlalu glamor.
Dia pergi bekerja untuk seorang penjahit di dekat Vichy pada usia 17 dan bermimpi untuk suatu saat menjadi seorang aktor, melakukan beberapa pekerjaan di atas panggung serta menjadi model dan menari secara profesional.
Ketika dia datang ke Paris pada tahun 1945, dia membuat topeng dan kostum untuk film Jean Cocteau, "Beauty and the Beast", dan setahun kemudian bergabung dengan Christian Dior yang saat itu tidak dikenal.
Baca juga: Pakaian adat Sabu & kemeja hitam Presiden Jokowi di mata perancang busana
Baca juga: Perancang Bandung buat masker yang dapat dipakai bolak-balik
Baca juga: Alat Pelindung Diri karya tangan perancang merangkap dokter gigi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020