PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan ekosistem layanan digital melalui BNI Smart Solution untuk mengakomodasi tren pelaku usaha kini yang beralih memanfaatkan penjualan daring sebagai bagian untuk memulihkan pelaku UMKM terdampak pandemi.
"Dalam payung BNI smart solution, kami menggarap potensi pembiayaan dari hulu hingga hilir, termasuk menggarap transaksi nasabah secara close loop dan digital," kata Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal di Jakarta, Selasa.
Untuk segmen UMKM, BNI menyiapkan paket program digitalisasi menyeluruh mulai dari sisi pembiayaan dengan menyempurnakan proses bisnis secara end to end utamanya melalui penguatan mobile apps, yang disebut BNI Move yang diharapkan proses kredit dapat menjadi lebih mudah dan cepat.
Selain dari pembiayaan, BNI terus mengembangkan lebih lanjut ekosistem pendukung, di antaranya ekosistem pertanian digital dengan nama BNI smart farming, ekosistem perikanan atau BNI smart-fisheries, ekosistem kesehatan atau BNI smart-healthcare, dan ekosistem pendidikan atau BNI smart-education.
Adapun dari sisi transaksi, BNI terus meningkatkan keandalan berbagai alat dan fitur pembayaran digital seperti Electronic Data Capture (EDC), QRIS, mobile banking, Tapcash dan Tapcash Go.
Kemudian, BNI MORE untuk mobile remmitance, hingga BNI Direct untuk cash management, guna mendukung kelancaran transaksi para pelaku UMKM.
Selain itu, BNI juga terus mengembangkan API (application programing interface) untuk memperkuat layanan kerjasama bisnis dengan mitra e-commerce hingga mitra fintech.
"Digitalisasi UMKM ditengah pandemi ini merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan adanya shifting trend pembelian dari tatap muka menjadi online. Agar UMKM dapat memperluas jangkauan pasarnya maka UMKM harus terhubung dengan platform digital/e-commerce," ujarnya.
Iqbal menyebutkan himpunan strategi untuk membantu UMKM kembali tangguh pasca pandemi telah disiapkan dan diharapkan akan menopang pertumbuhan kredit UMKM pada level moderat pada akhir tahun 2020 pada kisaran 9-10 persen.
Pertumbuhan moderat itu, lanjut dia, didukung oleh adanya penempatan dana Pemerintah di BNI sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp7,5 triliun.
Saat ini, penyalurannya sudah ditingkatkan lebih dari tiga kali sebagai dukungan dan komitmen BNI ikut serta dalam memulihkan ekonomi Indonesia.
"Pada tahun 2021 diproyeksikan merupakan momentum pemulihan ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian kondisi tersebut masih dibayangi oleh penyebaran COVID-19 yang sampai saat ini masih tinggi," ujarnya.
"Atas kondisi makro ekonomi tersebut, serta perkembangan pandemi saat ini, BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit UMKM di tahun 2021 akan kami jaga di level yang lebih kurang yang sama seperti tahun 2020," imbuh Iqbal.
Pasar internasional
BNI terus mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) binaannya untuk dapat memanfaatkan pasar global.
Untuk itu, perseroan memanfaatkan jaringan kantor cabang di luar negeri dalam mengakselerasi bisnis UMKM di luar negeri.
Iqbal menjelaskan, BNI saat ini memiliki enam kantor cabang di luar negeri yang bisa digunakan untuk membuka akses pasar bagi produk UMKM melalui penguatan kerja sama dengan diaspora, KBRI hingga pelaku pasar global.
"Meski demikian, saat ini ada dua tantangan bagi UMKM menembus pasar internasional, pertama kurangnya informasi dari pelaku UMKM domestik mengenai kebutuhan atau demand di luar negeri," katanya.
Selain itu, lanjut dia, tantangan lainnya yakni masih kurangnya pemahaman pelaku UMKM mengenai syarat-syarat dalam mengekspor produk, seperti sertifikasi.
Namun, kedua tantangan itu disiasati dengan melibatkan kedutaan besar, diaspora hingga pelaku pasar global guna membantu produk-produk UMKM binaan BNI bisa menembus pasar ekspor.
BNI memfasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada UMKM binaan dan hingga saat ini sudah ada beberapa contoh pelaku UMKM binaan BNI yang sudah mengekspor produknya ke luar negeri.
UMKM binaan itu di antaranya mitra UMKM BNI asal Jawa Tengah, yang memproduksi paper bag dan pakaian disposabel dan produk-produknya sudah merambah ke pasar Prancis, Amerika Serikat dan Australia.
Selanjutnya, ada UMKM lainnya asal Jawa Timur yang bergerak di bisnis sari apel yang sudah merambah ke Jepang dan Belanda.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Dalam payung BNI smart solution, kami menggarap potensi pembiayaan dari hulu hingga hilir, termasuk menggarap transaksi nasabah secara close loop dan digital," kata Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal di Jakarta, Selasa.
Untuk segmen UMKM, BNI menyiapkan paket program digitalisasi menyeluruh mulai dari sisi pembiayaan dengan menyempurnakan proses bisnis secara end to end utamanya melalui penguatan mobile apps, yang disebut BNI Move yang diharapkan proses kredit dapat menjadi lebih mudah dan cepat.
Selain dari pembiayaan, BNI terus mengembangkan lebih lanjut ekosistem pendukung, di antaranya ekosistem pertanian digital dengan nama BNI smart farming, ekosistem perikanan atau BNI smart-fisheries, ekosistem kesehatan atau BNI smart-healthcare, dan ekosistem pendidikan atau BNI smart-education.
Adapun dari sisi transaksi, BNI terus meningkatkan keandalan berbagai alat dan fitur pembayaran digital seperti Electronic Data Capture (EDC), QRIS, mobile banking, Tapcash dan Tapcash Go.
Kemudian, BNI MORE untuk mobile remmitance, hingga BNI Direct untuk cash management, guna mendukung kelancaran transaksi para pelaku UMKM.
Selain itu, BNI juga terus mengembangkan API (application programing interface) untuk memperkuat layanan kerjasama bisnis dengan mitra e-commerce hingga mitra fintech.
"Digitalisasi UMKM ditengah pandemi ini merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan adanya shifting trend pembelian dari tatap muka menjadi online. Agar UMKM dapat memperluas jangkauan pasarnya maka UMKM harus terhubung dengan platform digital/e-commerce," ujarnya.
Iqbal menyebutkan himpunan strategi untuk membantu UMKM kembali tangguh pasca pandemi telah disiapkan dan diharapkan akan menopang pertumbuhan kredit UMKM pada level moderat pada akhir tahun 2020 pada kisaran 9-10 persen.
Pertumbuhan moderat itu, lanjut dia, didukung oleh adanya penempatan dana Pemerintah di BNI sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp7,5 triliun.
Saat ini, penyalurannya sudah ditingkatkan lebih dari tiga kali sebagai dukungan dan komitmen BNI ikut serta dalam memulihkan ekonomi Indonesia.
"Pada tahun 2021 diproyeksikan merupakan momentum pemulihan ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian kondisi tersebut masih dibayangi oleh penyebaran COVID-19 yang sampai saat ini masih tinggi," ujarnya.
"Atas kondisi makro ekonomi tersebut, serta perkembangan pandemi saat ini, BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit UMKM di tahun 2021 akan kami jaga di level yang lebih kurang yang sama seperti tahun 2020," imbuh Iqbal.
Pasar internasional
BNI terus mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) binaannya untuk dapat memanfaatkan pasar global.
Untuk itu, perseroan memanfaatkan jaringan kantor cabang di luar negeri dalam mengakselerasi bisnis UMKM di luar negeri.
Iqbal menjelaskan, BNI saat ini memiliki enam kantor cabang di luar negeri yang bisa digunakan untuk membuka akses pasar bagi produk UMKM melalui penguatan kerja sama dengan diaspora, KBRI hingga pelaku pasar global.
"Meski demikian, saat ini ada dua tantangan bagi UMKM menembus pasar internasional, pertama kurangnya informasi dari pelaku UMKM domestik mengenai kebutuhan atau demand di luar negeri," katanya.
Selain itu, lanjut dia, tantangan lainnya yakni masih kurangnya pemahaman pelaku UMKM mengenai syarat-syarat dalam mengekspor produk, seperti sertifikasi.
Namun, kedua tantangan itu disiasati dengan melibatkan kedutaan besar, diaspora hingga pelaku pasar global guna membantu produk-produk UMKM binaan BNI bisa menembus pasar ekspor.
BNI memfasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada UMKM binaan dan hingga saat ini sudah ada beberapa contoh pelaku UMKM binaan BNI yang sudah mengekspor produknya ke luar negeri.
UMKM binaan itu di antaranya mitra UMKM BNI asal Jawa Tengah, yang memproduksi paper bag dan pakaian disposabel dan produk-produknya sudah merambah ke pasar Prancis, Amerika Serikat dan Australia.
Selanjutnya, ada UMKM lainnya asal Jawa Timur yang bergerak di bisnis sari apel yang sudah merambah ke Jepang dan Belanda.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020