Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PTLS) Terapung Waduk Cirata di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar) mulai di bangun pada tahun 2021, PLTS ini merupakan yang terbesar di Asia dan PLTS terapung pertama di Indonesia.
"Alhamdulillah peresmian pembangunan 145MW Cirata Floating Photovoltaic (PV) Power Plant, di Waduk Cirata, Cipeundeuy, di Kabupaten Bandung Barat, telah dilaksanakan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja, Jumat.
PLTS Terapung Cirata dibangun oleh anak perusahaan PT PLN, yakni PT Pembangkit Jawa- Bali Investasi (PJBi) bermitra dengan Masdar, perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA).
Dengan konsorsium bernama PT Pembangkitan Jawa- Bali Masdar Solar Energi (PSME) saham dimiliki oleh PJBi sebesar 51 persen, dan 49 persen oleh Masdar. Adapun untuk proyek PLTS Terapung di Cirata punya nilai investasi sebesar 129 juta dollar AS.
"Ini salah satu project solar panel yang terbesar di Asia Tenggara, besarannya adalah 145 megawatt. Ini adalah betul-betul pembangkit listrik yang ramah lingkungan," ujar Setiawan.
PLTS terapung dibuat ramah lingkungan merujuk pada Persetujuan Paris, yakni sebuah persetujuan dalam kerangka UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dalam mengawal reduksi emisi karbondioksida efektif yang mulai berlaku 2020. Persetujuan dibuat pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 di Paris, Prancis.
"Kita mempunyai perjanjian, yakni 'Paris Agreement,' yang kita harus menurunkan emisi karbon. Ini adalah salah satunya yang ramah lingkungan yang pertama kali," ucap Setiawan.
"Kalau yang di darat kita sudah ada, tapi kalau yang mengapung di perairan itu baru pertama kali. Maka itu di samping kita punya pembangkit listrik, kita pun bisa menyelamatkan lingkungan, environtmentally friendly," tambahnya.
Pemda Provinsi Jabar berkomitmen melaksanakan "Green Productivity" sehingga akan hadir pembangunan yang berwawasan lingkungan demi menuju pertumbuhan ramah lingkungan atau "Green Growt in West Java".
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, proyek PLTS terapung ini bagian dari upaya menggali potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 207 gigawatt (GW).
Sementara pemanfaatan energi surya menurutnya saat ini baru 150 megawatt (MW). Dia berharap agar energi surya bisa memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target bauran EBT nasional.
"Pengembangan PLTS Terapung Cirata ini merupakan salah satu dari 16 kerja sama yang telah disepakati antara Indonesia dengan UEA. Kami harap proyek ini jadi inspirasi perusahaan besar lainnya untuk kontribusi dalam pemanfaatan EBT (Energi Baru Terbarukan) khususnya surya," paparnya.
Dadan menuturkan, Kementerian ESDM sudah memetakan pemanfaatan energi surya sampai dengan 2024. Beberapa klaster potensi di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sektor pertambangan, sektor wisata, sektor perikanan, PLTS atap, PLTS terapung, dan sektor lain dengan kapasitas total mencapai 2,1 GW.
Adapun beberapa tujuan dari PLTS Cirata adalah memanfaatkan area waduk, meningkatkan bauran EBT, memenuhi permintaan listrik di sistem Jawa.
Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Aries Indanato, pihaknya berkomitmen mengawal PLTS Terapung Cirata dari awal sampai akhir proyek. PLTS ini merupakan salah satu proyek yang bersifat strategis memberi kontribusi terhadap energi baru terbarukan di Indonesia.
Secara umum realisasi investasi dari tahun ke tahun Jawa Barat selalu menempati urutan pertama, dalam melakukan investasi terutama dalam PMA.
Pemda Provinsi Jabar bersama stakeholders diharapkan dapat mengawal proyek sampai selesai, hingga beroperasi kemudian memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Aries menyebut PLTS Terapung Cirata merupakan tindak lanjut atas kunjungan presiden Jokowi ke UEA sebelumnya. Kunjungan diseriusi dengan MoU antara PLN dan PT Masdar yang merupakan BUMN dari UEA. Aries juga menyebut kapasitas listrik 145 megawatt yang dimiliki PLTS Terapung Cirata merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, sejumlah hambatan yakni terkait perizinan baik di pusat maupun daerah. Seperti di antaranya izin lokasi, izin lingkungan, izin mendirikan bangunan, izin pinjam pakai kawasan hutan, juga soal urusan sumber daya air dan mineral, yang ada di pemerintah pusat maupun daerah.
Sementara itu, CEO Masdar Mohammad Jameel Al Ramahi mengatakan bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis bagi Masdar.
"Proyek ini merupakan usaha patungan pertama kami di wilayah ini. Masdar aktif di lebih dari 30 negara dengan kapasitas terpasang sekitar 11 GW di seluruh dunia," ujarnya.
Tetapi, kata Jameel, proyek PLTS Terapung Cirata merupakan tonggak penting bagi Masdar. Selain mempererat hubungan kerja sama RI-UEA. Dirinya berharap Indonesia dengan sumber daya alam melimpah tetap menjadi potensi yang baik.
Baca juga: BKPM pastikan kawal proyek PLTS Terapung Cirata 145 MW
Baca juga: PJBI gandeng investor UEA bangun PLTS Cirata terbesar se-Asia Tenggara
Baca juga: PLTS terapung dikembangkan di Cirata Jawa Barat
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Alhamdulillah peresmian pembangunan 145MW Cirata Floating Photovoltaic (PV) Power Plant, di Waduk Cirata, Cipeundeuy, di Kabupaten Bandung Barat, telah dilaksanakan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja, Jumat.
PLTS Terapung Cirata dibangun oleh anak perusahaan PT PLN, yakni PT Pembangkit Jawa- Bali Investasi (PJBi) bermitra dengan Masdar, perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA).
Dengan konsorsium bernama PT Pembangkitan Jawa- Bali Masdar Solar Energi (PSME) saham dimiliki oleh PJBi sebesar 51 persen, dan 49 persen oleh Masdar. Adapun untuk proyek PLTS Terapung di Cirata punya nilai investasi sebesar 129 juta dollar AS.
"Ini salah satu project solar panel yang terbesar di Asia Tenggara, besarannya adalah 145 megawatt. Ini adalah betul-betul pembangkit listrik yang ramah lingkungan," ujar Setiawan.
PLTS terapung dibuat ramah lingkungan merujuk pada Persetujuan Paris, yakni sebuah persetujuan dalam kerangka UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dalam mengawal reduksi emisi karbondioksida efektif yang mulai berlaku 2020. Persetujuan dibuat pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 di Paris, Prancis.
"Kita mempunyai perjanjian, yakni 'Paris Agreement,' yang kita harus menurunkan emisi karbon. Ini adalah salah satunya yang ramah lingkungan yang pertama kali," ucap Setiawan.
"Kalau yang di darat kita sudah ada, tapi kalau yang mengapung di perairan itu baru pertama kali. Maka itu di samping kita punya pembangkit listrik, kita pun bisa menyelamatkan lingkungan, environtmentally friendly," tambahnya.
Pemda Provinsi Jabar berkomitmen melaksanakan "Green Productivity" sehingga akan hadir pembangunan yang berwawasan lingkungan demi menuju pertumbuhan ramah lingkungan atau "Green Growt in West Java".
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, proyek PLTS terapung ini bagian dari upaya menggali potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 207 gigawatt (GW).
Sementara pemanfaatan energi surya menurutnya saat ini baru 150 megawatt (MW). Dia berharap agar energi surya bisa memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target bauran EBT nasional.
"Pengembangan PLTS Terapung Cirata ini merupakan salah satu dari 16 kerja sama yang telah disepakati antara Indonesia dengan UEA. Kami harap proyek ini jadi inspirasi perusahaan besar lainnya untuk kontribusi dalam pemanfaatan EBT (Energi Baru Terbarukan) khususnya surya," paparnya.
Dadan menuturkan, Kementerian ESDM sudah memetakan pemanfaatan energi surya sampai dengan 2024. Beberapa klaster potensi di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sektor pertambangan, sektor wisata, sektor perikanan, PLTS atap, PLTS terapung, dan sektor lain dengan kapasitas total mencapai 2,1 GW.
Adapun beberapa tujuan dari PLTS Cirata adalah memanfaatkan area waduk, meningkatkan bauran EBT, memenuhi permintaan listrik di sistem Jawa.
Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Aries Indanato, pihaknya berkomitmen mengawal PLTS Terapung Cirata dari awal sampai akhir proyek. PLTS ini merupakan salah satu proyek yang bersifat strategis memberi kontribusi terhadap energi baru terbarukan di Indonesia.
Secara umum realisasi investasi dari tahun ke tahun Jawa Barat selalu menempati urutan pertama, dalam melakukan investasi terutama dalam PMA.
Pemda Provinsi Jabar bersama stakeholders diharapkan dapat mengawal proyek sampai selesai, hingga beroperasi kemudian memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Aries menyebut PLTS Terapung Cirata merupakan tindak lanjut atas kunjungan presiden Jokowi ke UEA sebelumnya. Kunjungan diseriusi dengan MoU antara PLN dan PT Masdar yang merupakan BUMN dari UEA. Aries juga menyebut kapasitas listrik 145 megawatt yang dimiliki PLTS Terapung Cirata merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, sejumlah hambatan yakni terkait perizinan baik di pusat maupun daerah. Seperti di antaranya izin lokasi, izin lingkungan, izin mendirikan bangunan, izin pinjam pakai kawasan hutan, juga soal urusan sumber daya air dan mineral, yang ada di pemerintah pusat maupun daerah.
Sementara itu, CEO Masdar Mohammad Jameel Al Ramahi mengatakan bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis bagi Masdar.
"Proyek ini merupakan usaha patungan pertama kami di wilayah ini. Masdar aktif di lebih dari 30 negara dengan kapasitas terpasang sekitar 11 GW di seluruh dunia," ujarnya.
Tetapi, kata Jameel, proyek PLTS Terapung Cirata merupakan tonggak penting bagi Masdar. Selain mempererat hubungan kerja sama RI-UEA. Dirinya berharap Indonesia dengan sumber daya alam melimpah tetap menjadi potensi yang baik.
Baca juga: BKPM pastikan kawal proyek PLTS Terapung Cirata 145 MW
Baca juga: PJBI gandeng investor UEA bangun PLTS Cirata terbesar se-Asia Tenggara
Baca juga: PLTS terapung dikembangkan di Cirata Jawa Barat
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020