Perusahaan platform konferensi video, Zoom, melaporkan pendapatan 777,2 juta dolar AS (sekitar Rp10,9 triliun) selama kuartal ketiga, lebih dari empat kali lipat pendapatannya dari kuartal yang sama tahun lalu.

Ini merupakan dua kuartal berturut-turut di mana pendapatan Zoom meningkat empat kali lipat. Zoom berharap dapat melipatgandakan pendapatannya tahun ke tahun sekali lagi pada kuartal keempat.

"Kami tetap fokus pada kebutuhan komunikasi pelanggan dan komunitas kami saat mereka menavigasi lingkungan saat ini dan beradaptasi dengan dunia kerja baru dari mana saja menggunakan Zoom," ujar pendiri dan CEO Zoom, Eric S. Yuan, dalam situs resmi Zoom, dikutip Selasa.

"Kami bercita-cita untuk menyediakan platform komunikasi yang paling inovatif, aman, andal, dan berkualitas tinggi untuk membantu orang terhubung, berkolaborasi, membangun, dan belajar di Zoom," dia melanjutkan.

Lebih lanjut, Eric mengatakan permintaan dan eksekusi yang kuat menyebabkan pertumbuhan pendapatan sebesar 367 persen tahun-ke-tahun "dengan pertumbuhan yang solid dalam pendapatan operasional dan arus kas non-GAAP di kuartal fiskal ketiga."

"Kami berharap dapat memperkuat posisi pasar kami saat kami menyelesaikan tahun fiskal dengan peningkatan prospek pendapatan total sekitar 2,575 miliar dolar AS menjadi 2,580 miliar dolar AS untuk tahun fiskal 2021, atau sekitar 314 persen peningkatan tahun-ke-tahun," dia menambahkan.

Kesuksesan tersebut tidak mengherankan. Zoom menjadi aplikasi konferensi video pilihan pada awal pandemi, dan berhasil mempertahankan tempat itu bahkan saat layanan lain, seperti Google Meet, Slack dan Microsoft Teams, semakin bersaing untuk mendapatkan perhatian.

Zoom tidak menyatakan jumlah total pengguna yang dimilikinya, tetapi jumlah pelanggan yang membayar terus bertambah. The Verge melaporkan Zoom saat ini memiliki 433.700 pelanggan, naik dari 370.200 pada kuartal lalu, dan meningkatkan jumlah pelanggan yang memberikan pendapatan lebih dari 100.000 dolar AS, dari sekitar 1.000 pada tahun sebelumnya menjadi 1.300 pelanggan berbayar.

Meskipun Zoom berharap untuk terus melaporkan jumlah yang sangat besar pada kuartal berikutnya, ada tanda-tanda bahwa periode pertumbuhannya yang besar dan cepat telah berakhir.

Zoom kembali memperingatkan adanya potensi kerugian yang lebih tinggi dari biasanya sebelum akhir tahun, untuk kehilangan pelanggan dan pendapatan, yang meski masih tinggi, jumlahnya saat ini tidak lagi melonjak.

Zoom dalam waktu dekat kemungkinan akan bersaing kembali dengan pola kerja langsung dari kantor yang dapat memakan ketergantungan pelanggannya pada platform konferensi video itu.

Baca juga: Zoom miliki senjata baru untuk tendang "Zoombombers"

Baca juga: Zoom luncurkan dua fitur baru untuk monetisasi

Baca juga: Tarif langganan Zoom bakal naik 1 Oktober

Pewarta: Arindra Meodia

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020