Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mengatakan pihaknya berharap dapat memiliki vaksin COVID-19 akhir tahun ini dan bahwa vaksin eksperimental Pfizer merupakan "salah satu yang sangat menjanjikan", dengan banyak harapan.
Namun vaksin tersebut, berdasarkan teknologi baru yang menggunakan mRNA sintesis untuk mengaktifkan sistem imun melawan virus, muncul dengan tantangan khusus karena harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius (-94 F) atau lebih rendah - setara dengan musim dingin Antartika.
Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menegaskan seruan pendistribusian merata vaksin oleh badan PBB tersebut.
Saat mengungkapkan data awal sementara dari uji klinis berskala besar pada Senin, Pfizer mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatannya lebih dari 90 persen ampuh. Sedangkan untuk data keamanan vaksin buatannya dengan BioNTech SE dapat diperoleh akhir November ini.
"Seperti yang telah kami prediksikan, kami akan mempunyai sebuah vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer merupakan salah satu yang sangat menjanjikan," kata Tedros saat pertemuan tingkat menteri tahunan WHO.
"Dan kami juga akan berharap lebih dan lebih," lanjutnya.
Namun, keharusan menyimpan vaksin di tempat yang sangat dingin mempersulit program vaksinasi, terutama di kawasan Asia atau Afrika, yang memiliki cuaca panas, jarak yang sangat jauh dan infrastruktur yang disyaratkan mungkin tidak memadai.
"Berita yang menggembirakan kemarin (pada Senin) tentang vaksin ampuh yang bakal tersedia memperingatkan mengenai tantangan bagi Afrika soal suhu yang sangat dingin bagi jenis vaksin tersebut. Yang ini musti diperhitungkan dalam memberi dukungan," kata Matshidiso Moeti, direktur WHO kawasan Afrika pada pertemuan tingkat menteri .
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemerintah pertimbangkan beli vaksin dari Pfizer
Baca juga: Sri Mulyani menilai efektivitas vaksin dari Pfizer bawa sentimen positif
Baca juga: Terobosan terkini, keberhasilan uji coba vaksin COVID-19 dari Pfizer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Namun vaksin tersebut, berdasarkan teknologi baru yang menggunakan mRNA sintesis untuk mengaktifkan sistem imun melawan virus, muncul dengan tantangan khusus karena harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius (-94 F) atau lebih rendah - setara dengan musim dingin Antartika.
Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menegaskan seruan pendistribusian merata vaksin oleh badan PBB tersebut.
Saat mengungkapkan data awal sementara dari uji klinis berskala besar pada Senin, Pfizer mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatannya lebih dari 90 persen ampuh. Sedangkan untuk data keamanan vaksin buatannya dengan BioNTech SE dapat diperoleh akhir November ini.
"Seperti yang telah kami prediksikan, kami akan mempunyai sebuah vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer merupakan salah satu yang sangat menjanjikan," kata Tedros saat pertemuan tingkat menteri tahunan WHO.
"Dan kami juga akan berharap lebih dan lebih," lanjutnya.
Namun, keharusan menyimpan vaksin di tempat yang sangat dingin mempersulit program vaksinasi, terutama di kawasan Asia atau Afrika, yang memiliki cuaca panas, jarak yang sangat jauh dan infrastruktur yang disyaratkan mungkin tidak memadai.
"Berita yang menggembirakan kemarin (pada Senin) tentang vaksin ampuh yang bakal tersedia memperingatkan mengenai tantangan bagi Afrika soal suhu yang sangat dingin bagi jenis vaksin tersebut. Yang ini musti diperhitungkan dalam memberi dukungan," kata Matshidiso Moeti, direktur WHO kawasan Afrika pada pertemuan tingkat menteri .
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemerintah pertimbangkan beli vaksin dari Pfizer
Baca juga: Sri Mulyani menilai efektivitas vaksin dari Pfizer bawa sentimen positif
Baca juga: Terobosan terkini, keberhasilan uji coba vaksin COVID-19 dari Pfizer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020