Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, mulai mendorong pondok pesantren agar produktif pada sektor ketahanan pangan dengan melakukan kegiatan usaha budidaya lele sistem bioflok untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan juga kebutuhan gizi para santri.

"Mudah-mudahan ini bisa menjadi kegiatan ekonomi, bukan hanya untuk santri, seandainya budidaya ini berkembang besar secara lebih luas bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman kepada wartawan di Garut, Rabu.

Ia menuturkan, program budidaya lele sistem bioflok untuk pesantren itu mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat melalui Balai Besar Ikan Perikanan Sukabumi yang sementara dikembangkan di Pondok Pesantren Miftahul Hidayah.

Program pengembangan budidaya di pesantren itu, kata Helmi, diharapkan bisa terus berlanjut, dan bisa menjadi contoh bagi pesantren lainnya ketika mendapatkan bantuan serupa untuk program budidaya itu.

"Saya berharap program ini bisa menjadi percontohan dan bisa berhasil karena kedepannya pesantren ini akan menjadi tolak ukur untuk pesantren yang lain," katanya.

Helmi berharap, adanya kegiatan budidaya lele di pesantren bisa menjaga ketahanan pangan bagi santri maupun masyarakat setempat, sekaligus dapat menjaga stabilitas ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

"Program ini harus berhasil, sebab ini bukan hanya untuk pesantren, akan tetapi untuk masyarakat juga ada perputaran ekonomi," kata Helmi.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut, Yani menambahkan, sebelumnya akan ada dua pesantren untuk menjalankan program budidaya lele sistem bioflok, namun yang disetujui baru satu pesantren.

Rencananya, kata dia, semua pesantren di Garut bisa mendapatkan bantuan serupa yang anggarannya bersumber dari APBN melalui rekomendasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut.

"Kami berharap kedepannya program ini bisa meningkatkan pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren dalam rangka mengantisipasi dampak COVID-19," katanya.

Pengurus Pondok Pesantren Miftahul Hidayah, Aceng Abdul Aziz menyampaikan, budidaya lele bioflok memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan cara tradisional karena lebih hemat air dan pakan.

Menurut dia, program tersebut dapat membantu kebutuhan pangan para santri sehingga terpenuhi gizinya, bahkan hasil dari panen lele itu bisa dijual dengan harga cukup bagus yakni Rp18 ribu per kilogram.

"Untuk budidaya lele bioflok baru mencoba sekarang, mudah-mudahan hasilnya memuaskan, sedangkan budidaya lele tradisional sudah lama," katanya.

Baca juga: DD akan kembangkan pertanian berbasis pesantren 1.000 ha di Sukabumi

Baca juga: Polres Sukabumi Kota jadikan pesantren sebagai zona ketahanan pangan

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020