Perusahaan otomotif asal Jerman, harus rela membayar denda sejumlah 18 juta dolar Amerika Serikat (AS) atas tuduhan informasi yang menyesatkan tentang volume penjualan ritel mobil mewah Jerman itu di Amerika Serikat.
Dalam penyelidikan ini, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengatakan dari 2015 hingga 2019, BMW telah memanipulasi untuk meningkatkan penjualan ritel AS, yang membantu BMW menutup kesenjangan antara volume penjualan ritel aktual dan target internal.
"Secara publik mempertahankan posisi penjualan ritel terdepan dibandingkan dengan perusahaan otomotif premium lainnya," kata Komisi Sekuritas dan Bursa AS yang dikutip dari Reutes, Jumat.
Ia menambahkan bahwa BMW Amerika Utar,a "mempertahankan cadangan penjualan kendaraan ritel yang tidak dilaporkan yang mereka sebut secara internal sebagai "bank" - yang digunakan untuk memenuhi target penjualan bulanan internal tanpa memperhatikan kapan penjualan yang mendasarinya terjadi," tambah dia.
Penyelidikan SEC dimulai pada akhir 2019.
"Tidak ada tuduhan atau temuan dalam Order bahwa setiap entitas BMW terlibat dalam kesalahan yang disengaja," kata BMW dalam sebuah pernyataan.
"sangat mementingkan kebenaran angka penjualannya dan akan terus fokus pada pelaporan penjualan yang menyeluruh dan konsisten," tambah pernyataan itu.
SEC mengatakan, dalam hal ini BMW membayar diler untuk secara tidak akurat. Kendaraan yang ditugaskan untuk sebagai demonstran atau peminjaman, BMW akan menghitungnya sebagai kendaraan yang dijual kepada pelanggan padahal sebenarnya belum.
"BMW menyesatkan investor tentang kinerja penjualan ritel AS dan permintaan pelanggan untuk kendaraan BMW di pasar AS sambil meningkatkan modal di AS," kata Stephanie Avakian, direktur divisi penegakan SEC.
Pada September 2019, Fiat Chrysler Automobiles NV dan unit AS-nya setuju untuk membayar setidaknya 40 juta dolar AS karena menyesatkan investor tentang angka penjualan bulanannya.
Baca juga: BMW buka rahasia soal sumber bahan baku baterai mobil listrik
Baca juga: BMW tidak perpanjang kontrak 10.000 pekerja
Baca juga: BMW jual lebih 900.000 mobil pada semester satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Dalam penyelidikan ini, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengatakan dari 2015 hingga 2019, BMW telah memanipulasi untuk meningkatkan penjualan ritel AS, yang membantu BMW menutup kesenjangan antara volume penjualan ritel aktual dan target internal.
"Secara publik mempertahankan posisi penjualan ritel terdepan dibandingkan dengan perusahaan otomotif premium lainnya," kata Komisi Sekuritas dan Bursa AS yang dikutip dari Reutes, Jumat.
Ia menambahkan bahwa BMW Amerika Utar,a "mempertahankan cadangan penjualan kendaraan ritel yang tidak dilaporkan yang mereka sebut secara internal sebagai "bank" - yang digunakan untuk memenuhi target penjualan bulanan internal tanpa memperhatikan kapan penjualan yang mendasarinya terjadi," tambah dia.
Penyelidikan SEC dimulai pada akhir 2019.
"Tidak ada tuduhan atau temuan dalam Order bahwa setiap entitas BMW terlibat dalam kesalahan yang disengaja," kata BMW dalam sebuah pernyataan.
"sangat mementingkan kebenaran angka penjualannya dan akan terus fokus pada pelaporan penjualan yang menyeluruh dan konsisten," tambah pernyataan itu.
SEC mengatakan, dalam hal ini BMW membayar diler untuk secara tidak akurat. Kendaraan yang ditugaskan untuk sebagai demonstran atau peminjaman, BMW akan menghitungnya sebagai kendaraan yang dijual kepada pelanggan padahal sebenarnya belum.
"BMW menyesatkan investor tentang kinerja penjualan ritel AS dan permintaan pelanggan untuk kendaraan BMW di pasar AS sambil meningkatkan modal di AS," kata Stephanie Avakian, direktur divisi penegakan SEC.
Pada September 2019, Fiat Chrysler Automobiles NV dan unit AS-nya setuju untuk membayar setidaknya 40 juta dolar AS karena menyesatkan investor tentang angka penjualan bulanannya.
Baca juga: BMW buka rahasia soal sumber bahan baku baterai mobil listrik
Baca juga: BMW tidak perpanjang kontrak 10.000 pekerja
Baca juga: BMW jual lebih 900.000 mobil pada semester satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020