Rumah-rumah sakit di India berjuang dengan pasokan oksigen yang tidak memadai untuk merawat puluhan ribu pasien kritis, saat infeksi COVID-19 di negara itu melewati lima juta kasus pada Rabu.
Di negara bagian Maharashtra, Gujarat, dan Uttar Pradesh yang paling parah terkena dampak virus, permintaan oksigen meningkat lebih dari tiga kali lipat, kata dokter dan pejabat pemerintah. Mereka menyerukan bantuan segera diberikan.
"Para pasien yang putus asa telah menelepon saya sepanjang malam tetapi saya tidak tahu kapan saya akan mendapatkan persediaan," kata Rishikhesh Patil, pemasok oksigen di kota barat Nashik, kepada Reuters.
Kementerian Kesehatan India melaporkan 90.123 infeksi baru pada Rabu, sehingga total kasus menjadi 5,02 juta.
Korban jiwa akibat COVID-19 di India sekarang mencapai 82.066, kata kementerian, dengan 1.290 kematian tercatat dalam 24 jam sebelumnya.
Pertumbuhan pandemi virus corona di India merupakan yang tercepat di dunia dan menambah sejuta pengidap COVID-19 hanya dalam 12 hari. India menjadi negara kedua di dunia yang memiliki lebih dari lima juta kasus, setelah Amerika Serikat.
Setidaknya enam persen dari hampir satu juta pasien COVID-19 di India membutuhkan bantuan oksigen, kata pejabat kementerian kesehatan, Rajesh Bhushan, kepada wartawan.
Persediaan mencukupi tetapi pemerintah negara-negara bagian harus memantau penggunaan dan melapor jika terjadi kekurangan, katanya.
Masalah terjadi ketika di tingkat fasilitas tidak ada manajemen inventaris. Setiap negara bagian harus memastikan manajemen tersebut, kata Bhushan.
Di ibu kota negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh, total kebutuhan tabung oksigen mencapai 5.000 silinder dibandingkan dengan 1.000 silinder pada waktu normal, kata seorang pejabat pemerintah.
Negara Bagian Maharashtra, yang terkena dampak paling parah, telah memutuskan untuk mengurangi pasokan ke negara-negara bagian tetangganya untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, kata seorang pejabat pemerintah negara bagian.
Kendaraan yang membawa oksigen akan langsung melaju dan dapat menggunakan sirene untuk memastikan mencapai rumah sakit lebih cepat.
Ravindra Khade Patil, seorang dokter yang mengelola dua rumah sakit swasta di pinggiran Mumbai, berbicara tentang tekanan yang dia hadapi dalam memastikan para pasien mendapatkan oksigen, jika dibutuhkan.
Dua hari sebelumnya, pemasok oksigen untuk rumah sakit yang ia kelola tidak muncul seperti waktu biasanya.
Patil berusaha keras mencari oksigen ke pemasok, rumah-rumah sakit terdekat, dan para anggota parlemen, karena ia tahu bahwa jika oksigen tidak tiba tepat waktu beberapa pasiennya yang paling kritis akan terlambat mendapat penanganan.
Akhirnya lewat tengah malam, berkat tekanan dari seorang pejabat pemerintah, beberapa tangki oksigen tiba.
"Kalau datang terlambat bahkan beberapa jam, kami bisa kehilangan lima atau enam pasien. Setiap hari, kami khawatir apakah kami dapat memenuhi kebutuhan kami, apakah oksigen akan tiba atau tidak," kata Patil kepada Reuters.
Baca juga: Wabah virus corona di India mendekati 5 juta kasus
Baca juga: Jumlah kematian global akibat corona tembus 900.000
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Di negara bagian Maharashtra, Gujarat, dan Uttar Pradesh yang paling parah terkena dampak virus, permintaan oksigen meningkat lebih dari tiga kali lipat, kata dokter dan pejabat pemerintah. Mereka menyerukan bantuan segera diberikan.
"Para pasien yang putus asa telah menelepon saya sepanjang malam tetapi saya tidak tahu kapan saya akan mendapatkan persediaan," kata Rishikhesh Patil, pemasok oksigen di kota barat Nashik, kepada Reuters.
Kementerian Kesehatan India melaporkan 90.123 infeksi baru pada Rabu, sehingga total kasus menjadi 5,02 juta.
Korban jiwa akibat COVID-19 di India sekarang mencapai 82.066, kata kementerian, dengan 1.290 kematian tercatat dalam 24 jam sebelumnya.
Pertumbuhan pandemi virus corona di India merupakan yang tercepat di dunia dan menambah sejuta pengidap COVID-19 hanya dalam 12 hari. India menjadi negara kedua di dunia yang memiliki lebih dari lima juta kasus, setelah Amerika Serikat.
Setidaknya enam persen dari hampir satu juta pasien COVID-19 di India membutuhkan bantuan oksigen, kata pejabat kementerian kesehatan, Rajesh Bhushan, kepada wartawan.
Persediaan mencukupi tetapi pemerintah negara-negara bagian harus memantau penggunaan dan melapor jika terjadi kekurangan, katanya.
Masalah terjadi ketika di tingkat fasilitas tidak ada manajemen inventaris. Setiap negara bagian harus memastikan manajemen tersebut, kata Bhushan.
Di ibu kota negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh, total kebutuhan tabung oksigen mencapai 5.000 silinder dibandingkan dengan 1.000 silinder pada waktu normal, kata seorang pejabat pemerintah.
Negara Bagian Maharashtra, yang terkena dampak paling parah, telah memutuskan untuk mengurangi pasokan ke negara-negara bagian tetangganya untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, kata seorang pejabat pemerintah negara bagian.
Kendaraan yang membawa oksigen akan langsung melaju dan dapat menggunakan sirene untuk memastikan mencapai rumah sakit lebih cepat.
Ravindra Khade Patil, seorang dokter yang mengelola dua rumah sakit swasta di pinggiran Mumbai, berbicara tentang tekanan yang dia hadapi dalam memastikan para pasien mendapatkan oksigen, jika dibutuhkan.
Dua hari sebelumnya, pemasok oksigen untuk rumah sakit yang ia kelola tidak muncul seperti waktu biasanya.
Patil berusaha keras mencari oksigen ke pemasok, rumah-rumah sakit terdekat, dan para anggota parlemen, karena ia tahu bahwa jika oksigen tidak tiba tepat waktu beberapa pasiennya yang paling kritis akan terlambat mendapat penanganan.
Akhirnya lewat tengah malam, berkat tekanan dari seorang pejabat pemerintah, beberapa tangki oksigen tiba.
"Kalau datang terlambat bahkan beberapa jam, kami bisa kehilangan lima atau enam pasien. Setiap hari, kami khawatir apakah kami dapat memenuhi kebutuhan kami, apakah oksigen akan tiba atau tidak," kata Patil kepada Reuters.
Baca juga: Wabah virus corona di India mendekati 5 juta kasus
Baca juga: Jumlah kematian global akibat corona tembus 900.000
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020