Cianjur, 9/12 (ANTARA)-Sedikitnya 40 orang anak usia sekolah di Kampung Pasir Ipis, Desa Sukasari, Kecamatan Kadupandak, Cianjur, Jawa Barat, terpaksa putus sekolah karena orang tua mereka tidak memiliki biaya.

Sebagian besar dari anak usia sekolah itu, putus sekolah dasar karena tingkat ekonomi keluarga mereka yang sulit, sehingga orang tua di kampung itu, melarang anaknya untuk melanjutkan sekolah.

"Biayanya dari mana untuk mereka sekolah. Satu hari penghasilan kami sebagai buruh serabutan hanya Rp7.500.- Itupun kalau ada pekerjaan, kalau tidak ada kami tidak punya uang sama sekali," kata Warga Kampung Pasir Ipis, Idih, Rabu.

Dikatakannya, keinginan orang tua yang memiliki anak usia sekolah di kampong tersebut begitu besar agar anak mereka terus sekolah hingga tinggkat yang paling tinggi.

Namun tingkat ekonomi yang membuat mereka terpaksa melarang anaknya untuk sekolah.

Sehingga mereka berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk mencerdaskan anak-anak di kampong itu, dengan cara mendapatkan bantuan biaya pendidikan, layaknya anak usia sekolah di perkotaan.

"Kata saudara saya di Cianjur, ada beasiswa untuk anak miskin yang tidak mampu membayar biaya sekolah. Namun di kampong ini kami hanya mendapat ceritanya saja," tutur Idih yang ketua RT.

Sementara itu, keinginan anak-anak yang putus sekolah di kampong tersebut, tetap melanjutkan sekolah hingga tinggkat SMA bahkan kuliah. Namun sebagian besar dari mereka hanya tamat kelas 2 sekolah dasar.

Jauhnya jarak tempuh untuk sampai ke sekolah dasar terdekat, merupakan kendala lain, terhambatanya pendidikan bagi anak usia sekolah di kampong itu.

"Untuk sampai ke sekolah kami harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer setiap harinya. Sedangkan di kampong ini, tidak ada sekolah, kami berharap ada sekolah di kampong kami ini," kata Hasan (9) yang hanya kelas 2 sekolah dasar itu.

Ia berharap, pihak pemerintah dapat membangun sekolah di kampong mereka, agar anak seusianya dapat melanjutkan kembali sekolahnya. Serta memberikan pekerjaan bagi ayah mereka yang selama ini kerja serabutan.

"Kalau kami pintar kami bisa bekerja di luar kampong untuk membantu orang tua agar memiliki uang untuk membeli beras," katanya. ***3***

Fikri
(U.K-FKR/C/Y003/Y003) 09-12-2009 09:58:12

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2009