Kasus positif COVID-19 di Kota Bogor tambah 12 orang sesuai data yang disampaikan oleh dinas kesehatan kota setempat dan sebagian besar dari klaster keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Bogor, Sabtu mengatakan, 12 kasus positif COVID-19 yang baru ditemukan sebagian besar tertular dari klaster keluarga, sehingga keluarga yang menjadi klaster COVID-19 di Kota Bogor juga terus bertambah.
Salah satu keluarga yang menjadi klaster dari 12 warga yang terkonfirmasi positif adalah, seorang ibu berusia 36 tahun serta dua orang anak balitanya di Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, setelah ketiganya dinyatakan terkonfirmasi positif.
Dengan adanya tambahan 12 pasien baru yang positif, maka kasus positif COVID-19 di Kota Bogor seluruhnya menjadi 479 orang.
Sementara, kasus pasien positif yang sembuh pada Sabtu ada 10 orang sehingga seluruhnya ada 265 pasien sembuh. Dari jumlah tersebut, persentase kasus sembuh menjadi 55,32 persen.
Retno menjelaskan, dari kasus positif COVID-19 seluruhnya, yakni 479 orang, sebanyak 265 kasus berhasil sembuh, 26 kasus positif meninggal dunia, dan yang masih dalam perawatan di rumah sakit ada 188 orang.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengkhawatirkan wilayahnya bisa kembali menjadi zona merah atau berisiko tinggi, karena penularan COVID-19 trennya terus meningkat, yang lebih banyak dari klaster keluarga.
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan permukiman dan keluarga, sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di permukiman saling berkunjung," kata Bima Arya Sugiarto, di Kota Bogor, Rabu (19/8).
Menurut Bima Arya, peningkatan penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan imported case menjadi local case.
Bima Arya juga melihat, tren peningkatan penularan COVID-19 pada klaster keluarga, karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun, setelah diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar adaptasi kebiasaan baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus, sehingga kecepatan penularan COVID-19 jadi meningkat.
Guna menekan penyebaran COVID-19, Pemkot Bogor bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bogor melakukan kampanye masif AKB dan Implementasi Protokol Kesehatan, yakni "Gebrak Masker" dan "Bogor Bermasker".
Kampanye masif itu dilakukan dengan mengampanyekan tiga langkah protokol kesehatan serta mengedukasi warga untuk memiliki kesadaran pola hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Pendaftar calon Sekda Kota Bogor tercatat hanya empat orang
Baca juga: Tercatat 34 klaster keluarga, Wali Kota Bogor khawatirkan warga
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Bogor, Sabtu mengatakan, 12 kasus positif COVID-19 yang baru ditemukan sebagian besar tertular dari klaster keluarga, sehingga keluarga yang menjadi klaster COVID-19 di Kota Bogor juga terus bertambah.
Salah satu keluarga yang menjadi klaster dari 12 warga yang terkonfirmasi positif adalah, seorang ibu berusia 36 tahun serta dua orang anak balitanya di Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, setelah ketiganya dinyatakan terkonfirmasi positif.
Dengan adanya tambahan 12 pasien baru yang positif, maka kasus positif COVID-19 di Kota Bogor seluruhnya menjadi 479 orang.
Sementara, kasus pasien positif yang sembuh pada Sabtu ada 10 orang sehingga seluruhnya ada 265 pasien sembuh. Dari jumlah tersebut, persentase kasus sembuh menjadi 55,32 persen.
Retno menjelaskan, dari kasus positif COVID-19 seluruhnya, yakni 479 orang, sebanyak 265 kasus berhasil sembuh, 26 kasus positif meninggal dunia, dan yang masih dalam perawatan di rumah sakit ada 188 orang.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengkhawatirkan wilayahnya bisa kembali menjadi zona merah atau berisiko tinggi, karena penularan COVID-19 trennya terus meningkat, yang lebih banyak dari klaster keluarga.
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan permukiman dan keluarga, sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di permukiman saling berkunjung," kata Bima Arya Sugiarto, di Kota Bogor, Rabu (19/8).
Menurut Bima Arya, peningkatan penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan imported case menjadi local case.
Bima Arya juga melihat, tren peningkatan penularan COVID-19 pada klaster keluarga, karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun, setelah diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar adaptasi kebiasaan baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus, sehingga kecepatan penularan COVID-19 jadi meningkat.
Guna menekan penyebaran COVID-19, Pemkot Bogor bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bogor melakukan kampanye masif AKB dan Implementasi Protokol Kesehatan, yakni "Gebrak Masker" dan "Bogor Bermasker".
Kampanye masif itu dilakukan dengan mengampanyekan tiga langkah protokol kesehatan serta mengedukasi warga untuk memiliki kesadaran pola hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Pendaftar calon Sekda Kota Bogor tercatat hanya empat orang
Baca juga: Tercatat 34 klaster keluarga, Wali Kota Bogor khawatirkan warga
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020