Dokter spesialis jantung dari Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, Nikolas Wanahita menyarankan para penderita diabetes dan hipertensi memantau angka-angka ideal gula darah dan tekanan darah mereka untuk mengurangi risiko terkena masalah jantung selama masa pandemi COVID-19 ini.
Bagi para penyandang diabetes, pastikan gula darah puasa berada di bawah 108 g/dL lalu target HbA1c di bawah 7 persen. Sementara bagi yang memiliki hipertensi, pantau dan usahakan agar tekanan darah berada pada angka ideal yakni 110-140 dan 60-90 mmHg.
Selain itu, rutinlah melakukan latihan aerobik agar pompa jantung cepat. Pilihan aktivitas fisik yang direkomendasikan antara lain berenang, bersepeda, jogging atau jalan cepat minimum 30 menit dan dilakukan seminggu tiga kali.
"Tidur malam juga harus cukup, 7 jam minimun," kata Nikolas dalam webinar, Jumat (21/8).
Tips sehat lainnya, penuhilah kebutuhan vitamin D3 yang bisa didapatkan dari makanan dan sinar matahari. Untuk mengetahui asupan vitamin D3 tubuh cukup atau tidak, tes darah bisa dilakukan.
Dari sisi makanan, sebaiknya hindari makanan olahan, seimbangkan konsumsi hidangan yang digoreng, daging merah dengan serat tinggi. Ikan bisa menjadi pilihan selain daging sapi atau ayam.
Selain itu, kendalikan stres berlebihan karena berdampak tak bagus untuk tubuh secara keseluruhan.
Vaksinasi juga bisa menjadi upaya yang baik. Menurut Nikolas, jika seseorang pernah divaksinasi walau untuk virus lain, maka ini bisa membantu melawan COVID-19.
"Jika pernah divaksinasi walau untuk virus lain, kemungkinan akan membantu melawan COVID-19. Pneumococcal vaccines, lalu vaksin influenza boleh setiap tahun dilakukan, menurut studi," tutur Nikolas.
Sebaiknya jangan serta merta percaya pada herbal yang belum terbukti dari sisi medis.
"Bukan hanya side effect. Biasanya orang-orang ini merasa lebih aman jadi lebih lengah, tidak pakai masker, tidak jaga jarak," kata Nikolas.
Selain itu, jangan coba-coba menginfeksi diri sendiri dengan virus penyebab COVID-19, jangan cemas berlebihan, jangan berhenti meminum obat diabates dan hipertensi tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Terakhir, jika perlu ke dokter, jangan menunggu lagi terutama jika ada keluhan seperti nyeri dada, kelemahan di satu sisi badan yang bisa jadi mengarah ke masalah jantung.
"Kemungkinan meninggal jauh lebih tinggi dari COVID-19. Kalau takut ke rumah sakit (terkena COVID-19), pakai peralatan proteksi diri. COVID-19 paling tidak masih setengah tahun lagi, harus belajar hidup dengan COVID-19," demikian pesan Nikolas.
Baca juga: Peneliti: Minyak jagung tingkatkan risiko diabetes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Bagi para penyandang diabetes, pastikan gula darah puasa berada di bawah 108 g/dL lalu target HbA1c di bawah 7 persen. Sementara bagi yang memiliki hipertensi, pantau dan usahakan agar tekanan darah berada pada angka ideal yakni 110-140 dan 60-90 mmHg.
Selain itu, rutinlah melakukan latihan aerobik agar pompa jantung cepat. Pilihan aktivitas fisik yang direkomendasikan antara lain berenang, bersepeda, jogging atau jalan cepat minimum 30 menit dan dilakukan seminggu tiga kali.
"Tidur malam juga harus cukup, 7 jam minimun," kata Nikolas dalam webinar, Jumat (21/8).
Tips sehat lainnya, penuhilah kebutuhan vitamin D3 yang bisa didapatkan dari makanan dan sinar matahari. Untuk mengetahui asupan vitamin D3 tubuh cukup atau tidak, tes darah bisa dilakukan.
Dari sisi makanan, sebaiknya hindari makanan olahan, seimbangkan konsumsi hidangan yang digoreng, daging merah dengan serat tinggi. Ikan bisa menjadi pilihan selain daging sapi atau ayam.
Selain itu, kendalikan stres berlebihan karena berdampak tak bagus untuk tubuh secara keseluruhan.
Vaksinasi juga bisa menjadi upaya yang baik. Menurut Nikolas, jika seseorang pernah divaksinasi walau untuk virus lain, maka ini bisa membantu melawan COVID-19.
"Jika pernah divaksinasi walau untuk virus lain, kemungkinan akan membantu melawan COVID-19. Pneumococcal vaccines, lalu vaksin influenza boleh setiap tahun dilakukan, menurut studi," tutur Nikolas.
Sebaiknya jangan serta merta percaya pada herbal yang belum terbukti dari sisi medis.
"Bukan hanya side effect. Biasanya orang-orang ini merasa lebih aman jadi lebih lengah, tidak pakai masker, tidak jaga jarak," kata Nikolas.
Selain itu, jangan coba-coba menginfeksi diri sendiri dengan virus penyebab COVID-19, jangan cemas berlebihan, jangan berhenti meminum obat diabates dan hipertensi tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Terakhir, jika perlu ke dokter, jangan menunggu lagi terutama jika ada keluhan seperti nyeri dada, kelemahan di satu sisi badan yang bisa jadi mengarah ke masalah jantung.
"Kemungkinan meninggal jauh lebih tinggi dari COVID-19. Kalau takut ke rumah sakit (terkena COVID-19), pakai peralatan proteksi diri. COVID-19 paling tidak masih setengah tahun lagi, harus belajar hidup dengan COVID-19," demikian pesan Nikolas.
Baca juga: Peneliti: Minyak jagung tingkatkan risiko diabetes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020