Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat akhir pekan ini, diprediksi menguat sebagai antisipasi rilis data cadangan devisa Juli 2020.
Rupiah dibuka menguat 22 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.563 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.585 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Jumat, mengatakan, pada akhir pekan ini banyak sentimen yang memengaruhi rupiah baik dari global maupun domestik.
"Dari global memang dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS sebagai dampak dari memburuknya pandemi di AS dan rencana stimulus lanjutan yang sedang dinegosiasikan antara US law makers dengan Pemerintahan Trump," ujar Rully.
Menurut Rully, kemungkinan dalam jangka panjang dolar AS memang akan terus melemah ditambah lagi dengan kebijakan akomodatif dari bank sentral AS The Fed.
Sementara itu, terkait hubungan AS-China, pasar dinilai sudah terbiasa dengan naik turunnya tensi dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu. Pasar cenderung lebih mencermati stimulus baik dari pemerintah AS maupun The Fed.
"Sementara dari dalam negeri, pasar menunggu data cadangan devisa yang kemungkinan akan membaik," kata Rully.
Rully memperkirakan rupiah berpotensi bergerak menguat di kisaran Rp14.530 per dolar AS hingga Rp14.635 per dolar AS.
Pada Kamis (6/8) lalu, rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp14.585 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.550 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat 22 poin menjadi Rp14.563 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah ditutup melemah seiring kekhawatiran hubungan AS-China
Baca juga: Kurs rupiah berpeluang lanjutkan penguatan didukung sentimen global
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Rupiah dibuka menguat 22 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.563 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.585 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Jumat, mengatakan, pada akhir pekan ini banyak sentimen yang memengaruhi rupiah baik dari global maupun domestik.
"Dari global memang dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS sebagai dampak dari memburuknya pandemi di AS dan rencana stimulus lanjutan yang sedang dinegosiasikan antara US law makers dengan Pemerintahan Trump," ujar Rully.
Menurut Rully, kemungkinan dalam jangka panjang dolar AS memang akan terus melemah ditambah lagi dengan kebijakan akomodatif dari bank sentral AS The Fed.
Sementara itu, terkait hubungan AS-China, pasar dinilai sudah terbiasa dengan naik turunnya tensi dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu. Pasar cenderung lebih mencermati stimulus baik dari pemerintah AS maupun The Fed.
"Sementara dari dalam negeri, pasar menunggu data cadangan devisa yang kemungkinan akan membaik," kata Rully.
Rully memperkirakan rupiah berpotensi bergerak menguat di kisaran Rp14.530 per dolar AS hingga Rp14.635 per dolar AS.
Pada Kamis (6/8) lalu, rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp14.585 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.550 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat 22 poin menjadi Rp14.563 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah ditutup melemah seiring kekhawatiran hubungan AS-China
Baca juga: Kurs rupiah berpeluang lanjutkan penguatan didukung sentimen global
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020