Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mengerahkan sejumlah pesawat tempur terbarunya dalam latihan di perairan Laut China Selatan setelah mengecam militer Amerika Serikat di Taiwan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) Kolonel Senior Ren Guoqiang menyebutkan di antara pesawat tempur terbarunya itu ada pesawat pengebom H-6G dan H-6J.
"Ini latihan rutin untuk membantu meningkatkan kemampuan pilot secara teknis dan taktis serta mengasah kemampuan tempur AL pada segala cuaca," ujarnya dikutip media resmi setempat, Sabtu.
Sebelumnya, dia menentang keras tindakan AS yang mengirimkan personel militernya ke Taiwan untuk melakukan latihan dan bertukar pengalaman.
Tindakan AS merupakan pelanggaran serius prinsip-prinsip dasar hubungan internasional dan komitmen politik AS terhadap China. Ini bisa berdampak buruk dalam hubungan bilateral dan kemitraan antarmiliter China dan AS, kata Ren yang dikutip laman resmi militer China, Jumat (31/7).
Dia mendesak AS segera mengoreksi kesalahannya, menghentikan kontak militer dalam bentuk apa pun dengan Taiwan, mematuhi prinsip satu China serta tiga komunike bersama China-AS, dan tidak akan mengulangi aksinya di Taiwan.
Ren menekankan bahwa Taiwan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari China.
Bahkan menurut dia, masa depan Taiwan berada pada reunifikasi nasional karena kesejahteraan masyarakat Taiwan tergantung pada peremajaan sistem nasional.
China memiliki ketegasan, penuh keyakinan, dan kemampuan yang memadai untuk menggagalkan segala bentuk intervensi eksternal dan upaya separatisme, kata Ren.
Baca juga: Imigrasi mendeportasi warga AS
Baca juga: Setiap satu menit satu orang meninggal karena COVID-19 di AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) Kolonel Senior Ren Guoqiang menyebutkan di antara pesawat tempur terbarunya itu ada pesawat pengebom H-6G dan H-6J.
"Ini latihan rutin untuk membantu meningkatkan kemampuan pilot secara teknis dan taktis serta mengasah kemampuan tempur AL pada segala cuaca," ujarnya dikutip media resmi setempat, Sabtu.
Sebelumnya, dia menentang keras tindakan AS yang mengirimkan personel militernya ke Taiwan untuk melakukan latihan dan bertukar pengalaman.
Tindakan AS merupakan pelanggaran serius prinsip-prinsip dasar hubungan internasional dan komitmen politik AS terhadap China. Ini bisa berdampak buruk dalam hubungan bilateral dan kemitraan antarmiliter China dan AS, kata Ren yang dikutip laman resmi militer China, Jumat (31/7).
Dia mendesak AS segera mengoreksi kesalahannya, menghentikan kontak militer dalam bentuk apa pun dengan Taiwan, mematuhi prinsip satu China serta tiga komunike bersama China-AS, dan tidak akan mengulangi aksinya di Taiwan.
Ren menekankan bahwa Taiwan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari China.
Bahkan menurut dia, masa depan Taiwan berada pada reunifikasi nasional karena kesejahteraan masyarakat Taiwan tergantung pada peremajaan sistem nasional.
China memiliki ketegasan, penuh keyakinan, dan kemampuan yang memadai untuk menggagalkan segala bentuk intervensi eksternal dan upaya separatisme, kata Ren.
Baca juga: Imigrasi mendeportasi warga AS
Baca juga: Setiap satu menit satu orang meninggal karena COVID-19 di AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020