Produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan tiang penyangga utama perekonomian di Kota Sukabumi, Jawa Barat yang mayoritas warganya berusaha di bidang jasa dan perdagangan, sehingga dengan membeli produk karya anak bangsa itu turut membantu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Kita harus bangga membeli produk buatan karya anak bangsa dengan membelinya. Jangan bangga jika menggunakan produk impor, padahal ada produk serupa buatan warga Sukabumi khususnya yang kualitasnya dijamin lebih baik dibandingkan dari luar negeri," kata Rudi Witarsa, salah seorang pelaku UMKM di bidang kuliner Mochi Lampion Kota Sukabumi di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 ini pelaku UMKM yang masih bisa bertahan walaupun terjadi penurunan omset atau permintaan akibat pembatatasan sosial berskala besar (PSBB).
Imbas tersebut berdampak langsung kepada produksi, bahkan ada beberapa karyawannya yang terpaksa dirumahkan. Tetapi setelah memasuki masa normal baru apalagi Kota Sukabumi sudah berstatus zona hijau maka karyawan yang sempat dirumahkan bisa kembalii bekerja dan tidak satu pun terkena PHK.
Dengan menggunakan dan membeli produk buatan anak bangsa ini, sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, karena di lingkungan UMKM terjadi simbiosis mutualisme seperti warga sekitar bisa ikut bekerja dan lainnya.
Rudi mengaku bangga dengan karya warisan orang tuanya tersebut yang sudah ada sejak tahun 1983. Bahkan mochi makanan khas warga Jepang, ternyata mochi dari Sukabumi ini rasanya lebih enak yang diakui langsung oleh warga Jepang yang membeli produknya.
Dengan semangat yang tidak kenal lelah, terus berjuang dan berinovasi kuliner ini sekarang sudah menjadi ikon Kota Sukabumi, bahkan omsetnya di hari biasa mencapai Rp60 juta dan weekend atau akhir pekan mencapai Rp150 juta.
Testimoni pelaku UMKM
Usaha Mochi Lampion Sukabumi didirikan 37 tahun lalu itu, awalnya hanya bermodalkan Rp500 ribu dan harus mengenalkan produk kuliner baru itu dengan cara menitipkan panganan tersebut ke berbagai tempat penjualan makanan dan oleh-oleh seperti di wilayah Sukabumi hingga Bogor dan beberapa daerah lainnya.
Usahanya kuliner mochi ini tidak semulus yang dibayangkan saat ini yang omset perharinya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, awal mulanya produk ini tentu sulit diterima oleh masyarakat karena belum terbiasa menikmatinya.
Seiring berjalannya waktu, jatuh bangun usaha yang dikembangkan keluarga ini akhirnya membuahkan hasil, meskipun harus menunggu sekitar 20 tahun agar bisa diterima oleh masyarakat. Bukan hal yang mudah untuk tetap bertahan di masa sulit seperti ini, namun dengan tekad yang kuat, semangat pantang menyerah dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada akhirnya kuliner ini menjadi ikon.
Rudi mengatakan awalnya mochi ini hanya rasa kacang, tetapi dengan melakukan inovasi baru dan terus bekreasi saat ini sudah ada 18 varian rasa berbeda yang tentunya mempunyai kekhasan tersediri dibandingkan dengan produk serupa.
Adapun varian rasa tersebut mulai dari yang original (kacang), durian, strawberi, coklat, keju, wijen dan lainnya. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp45 ribu hingga Rp50 ribu dan tentunya pihaknya akan memberikan harga khusus atau diskon lima hingga 10 persen bagi konsumen yang membeli dalam jumlah banyak.
"Kunci agar usaha kita tetap berhasil, pelaku UMKM harus tetap semangat dan berinovasi mengikuti permintaan pasar, agar konsumen tidak bosan dengan produk yang kita sajikan," tambahnya.
Ia mengatakan Indonesia mempunyai sumber daya alam yang mumpuni tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan jangan mudah menyerah, karena dalam usaha pasti ada naik dan turunnya. Selain itu, sebagai warga Indonesia sudah seharusnya bangga dan cinta produk buatan karya anak bangsa, karena dengan menggunakan produk asing atau impor bukan menjadi kebanggaan.
Sementara, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan di masa pandemi ini dirinya turun tangan langsung untuk ikut mempromosikan produk UMKM dari Kota Sukabumi, sebab harus diakui akibat COVID-19 ini ratusan hingga ribuan UMKM terdampak, bahkan beberapa diantaranya ada yang tidak bisa berproduksi.
"Di masa pemulihan ini kami fokus untuk memulihkan UMKM dan hingga kini sudah ada 200 lebih pelaku usaha tersebut yang melaporkan terdampak COVID-19. Maka dari itu, kami di Pemkot Sukabumi terus berupaya untuk memulihkan salah satunya dengan mempromosikan langsung agar masyarkat bangga menggunakan produk karya anak bangsa ini," katanya.
Baca juga: UMKM Kabupaten Cianjur kembali mengeliat seiring penerapan AKB
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Kita harus bangga membeli produk buatan karya anak bangsa dengan membelinya. Jangan bangga jika menggunakan produk impor, padahal ada produk serupa buatan warga Sukabumi khususnya yang kualitasnya dijamin lebih baik dibandingkan dari luar negeri," kata Rudi Witarsa, salah seorang pelaku UMKM di bidang kuliner Mochi Lampion Kota Sukabumi di Sukabumi, Jumat.
Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 ini pelaku UMKM yang masih bisa bertahan walaupun terjadi penurunan omset atau permintaan akibat pembatatasan sosial berskala besar (PSBB).
Imbas tersebut berdampak langsung kepada produksi, bahkan ada beberapa karyawannya yang terpaksa dirumahkan. Tetapi setelah memasuki masa normal baru apalagi Kota Sukabumi sudah berstatus zona hijau maka karyawan yang sempat dirumahkan bisa kembalii bekerja dan tidak satu pun terkena PHK.
Dengan menggunakan dan membeli produk buatan anak bangsa ini, sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, karena di lingkungan UMKM terjadi simbiosis mutualisme seperti warga sekitar bisa ikut bekerja dan lainnya.
Rudi mengaku bangga dengan karya warisan orang tuanya tersebut yang sudah ada sejak tahun 1983. Bahkan mochi makanan khas warga Jepang, ternyata mochi dari Sukabumi ini rasanya lebih enak yang diakui langsung oleh warga Jepang yang membeli produknya.
Dengan semangat yang tidak kenal lelah, terus berjuang dan berinovasi kuliner ini sekarang sudah menjadi ikon Kota Sukabumi, bahkan omsetnya di hari biasa mencapai Rp60 juta dan weekend atau akhir pekan mencapai Rp150 juta.
Testimoni pelaku UMKM
Usaha Mochi Lampion Sukabumi didirikan 37 tahun lalu itu, awalnya hanya bermodalkan Rp500 ribu dan harus mengenalkan produk kuliner baru itu dengan cara menitipkan panganan tersebut ke berbagai tempat penjualan makanan dan oleh-oleh seperti di wilayah Sukabumi hingga Bogor dan beberapa daerah lainnya.
Usahanya kuliner mochi ini tidak semulus yang dibayangkan saat ini yang omset perharinya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, awal mulanya produk ini tentu sulit diterima oleh masyarakat karena belum terbiasa menikmatinya.
Seiring berjalannya waktu, jatuh bangun usaha yang dikembangkan keluarga ini akhirnya membuahkan hasil, meskipun harus menunggu sekitar 20 tahun agar bisa diterima oleh masyarakat. Bukan hal yang mudah untuk tetap bertahan di masa sulit seperti ini, namun dengan tekad yang kuat, semangat pantang menyerah dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada akhirnya kuliner ini menjadi ikon.
Rudi mengatakan awalnya mochi ini hanya rasa kacang, tetapi dengan melakukan inovasi baru dan terus bekreasi saat ini sudah ada 18 varian rasa berbeda yang tentunya mempunyai kekhasan tersediri dibandingkan dengan produk serupa.
Adapun varian rasa tersebut mulai dari yang original (kacang), durian, strawberi, coklat, keju, wijen dan lainnya. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp45 ribu hingga Rp50 ribu dan tentunya pihaknya akan memberikan harga khusus atau diskon lima hingga 10 persen bagi konsumen yang membeli dalam jumlah banyak.
"Kunci agar usaha kita tetap berhasil, pelaku UMKM harus tetap semangat dan berinovasi mengikuti permintaan pasar, agar konsumen tidak bosan dengan produk yang kita sajikan," tambahnya.
Ia mengatakan Indonesia mempunyai sumber daya alam yang mumpuni tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan jangan mudah menyerah, karena dalam usaha pasti ada naik dan turunnya. Selain itu, sebagai warga Indonesia sudah seharusnya bangga dan cinta produk buatan karya anak bangsa, karena dengan menggunakan produk asing atau impor bukan menjadi kebanggaan.
Sementara, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan di masa pandemi ini dirinya turun tangan langsung untuk ikut mempromosikan produk UMKM dari Kota Sukabumi, sebab harus diakui akibat COVID-19 ini ratusan hingga ribuan UMKM terdampak, bahkan beberapa diantaranya ada yang tidak bisa berproduksi.
"Di masa pemulihan ini kami fokus untuk memulihkan UMKM dan hingga kini sudah ada 200 lebih pelaku usaha tersebut yang melaporkan terdampak COVID-19. Maka dari itu, kami di Pemkot Sukabumi terus berupaya untuk memulihkan salah satunya dengan mempromosikan langsung agar masyarkat bangga menggunakan produk karya anak bangsa ini," katanya.
Baca juga: UMKM Kabupaten Cianjur kembali mengeliat seiring penerapan AKB
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020