Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila Zuhelmi Aziz menyatakan pengembangan ramuan herbal saat pandemi COVID-19 ini menjadi penting karena penggunaan herbal dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan pada penderita diabetes melitus (DM).
"Diabetes melitus merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia," kata Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila itu di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan obat hipoglikemik oral sintetis.
Namun demikian banyak dari obat tersebut yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengendalikan komplikasi yang terkait DM, belum lagi munculnya efek samping yang merugikan pengguna.
Oleh karena itu paralel dengan pengembangan obat DM sintetis, juga dilakukan dan dikembangkan penggunaan tanaman obat yang mengandung keragaman fitokimia (phytoconstituent).
Salah satunya adalah penggunaan daun yakon (Smallanthus sonchifolius), yang tidak hanya menunjukkan khasiat antidiabetes namun menunjukkan khasiat antioksidan dan anti-inflamasi.
Konsistensi pengembangan obat herbal ditunjukkan Universitas Pancasila dengan mengukuhkan Dr Apt Zuhelmi Aziz, MSi. sebagai Doktor pertama Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila, setelah dia berhasil mempertahankan disertasi yang berjudul "Metabolomik Ekstrak Daun Yakon dan Korelasinya dengan Aktivitas Antidiabetes".
Zuhelmi Aziz mengatakan beberapa keterbaruan penelitian yang diperoleh adalah profil sidik jari FTIR dan KCKT ekstrak daun yakon dari Lembang dan Wonosobo yang dapat dijadikan sebagai identitas ekstrak daun yakon.
Juga adanya empat senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang berhasil diidentifikasi dari ekstrak daun yakon yaitu: Nistosa, 1-kestosa dan luteolin -3',7-dI-O-glukosida dan asam 1,3-O- dikafeoilkuinat.
Zuhelmi Aziz menggunakan pendekatan metabolomik untuk mengidentifikasi ke empat senyawa aktif tersebut. Hasil identifikasi senyawa aktif pada daun yakon dengan teknik metabolomik ini sejalan dengan hasil analisis in silico dan isolasi dipandu dengan uji bioaktivitas.
Definisi metabolomik adalah analisis komprehensif metabolit pada suatu sampel dengan tujuan untuk mendapatkan profil unik suatu organisme. Meski sudah dikenal sejak tahun 1990-an, namun di Indonesia riset bertopik metabolomik belum sebanyak di negara lain.
Keuntungan yang didapat dengan metoda ini, khususnya dalam bidang obat herbal adalah ke mampuannya untuk dapat dengan cepat mengidentifikasi sejumlah metabolit penciri yang berkaitan dengan mutu dan aktivitas herbal tersebut.
Zuhelmi Aziz mengatakan penelitian pengobatan herbal dapat terus dikembangkan, oleh karena pengobatan DM dengan tanaman obat dalam waktu yang lama telah dibuktikan tidak menyebabkan efek samping yang merugikan sehingga dapat membantu penderita DM mempertahankan kualitas hidup yang baik.
Ia juga berharap agar kedepannya metabolomik dapat diaplikasikan lebih luas lagi untuk mengeksplorasi potensi herbal Indonesia khususnya yang berpotensi sebagai antidiabetes"
Menurut Zulhemi secara global jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam daftar negara dengan jumlah penderita DM terbanyak.
Secara nasional, laporan Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.
Sedangkan lebih dari 95 persen penderita DM merupakan penderita diabetes tipe-2, atau tipe diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Beragam intervensi telah diupayakan dan telah menunjukkan penurunan peningkatan prevalensi diabetes.
Baca juga: Pengidap jantung dan diabetes berisiko COVID-19 berat
Baca juga: Olahraga 150 menit dapat cegah diabetes melitus tipe 2
Baca juga: Penyakit diabetes sebabkan kematian jika ada komplikasi
Baca juga: Asparagus cocok untuk kendalikan diabetes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Diabetes melitus merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia," kata Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila itu di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan obat hipoglikemik oral sintetis.
Namun demikian banyak dari obat tersebut yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengendalikan komplikasi yang terkait DM, belum lagi munculnya efek samping yang merugikan pengguna.
Oleh karena itu paralel dengan pengembangan obat DM sintetis, juga dilakukan dan dikembangkan penggunaan tanaman obat yang mengandung keragaman fitokimia (phytoconstituent).
Salah satunya adalah penggunaan daun yakon (Smallanthus sonchifolius), yang tidak hanya menunjukkan khasiat antidiabetes namun menunjukkan khasiat antioksidan dan anti-inflamasi.
Konsistensi pengembangan obat herbal ditunjukkan Universitas Pancasila dengan mengukuhkan Dr Apt Zuhelmi Aziz, MSi. sebagai Doktor pertama Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila, setelah dia berhasil mempertahankan disertasi yang berjudul "Metabolomik Ekstrak Daun Yakon dan Korelasinya dengan Aktivitas Antidiabetes".
Zuhelmi Aziz mengatakan beberapa keterbaruan penelitian yang diperoleh adalah profil sidik jari FTIR dan KCKT ekstrak daun yakon dari Lembang dan Wonosobo yang dapat dijadikan sebagai identitas ekstrak daun yakon.
Juga adanya empat senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang berhasil diidentifikasi dari ekstrak daun yakon yaitu: Nistosa, 1-kestosa dan luteolin -3',7-dI-O-glukosida dan asam 1,3-O- dikafeoilkuinat.
Zuhelmi Aziz menggunakan pendekatan metabolomik untuk mengidentifikasi ke empat senyawa aktif tersebut. Hasil identifikasi senyawa aktif pada daun yakon dengan teknik metabolomik ini sejalan dengan hasil analisis in silico dan isolasi dipandu dengan uji bioaktivitas.
Definisi metabolomik adalah analisis komprehensif metabolit pada suatu sampel dengan tujuan untuk mendapatkan profil unik suatu organisme. Meski sudah dikenal sejak tahun 1990-an, namun di Indonesia riset bertopik metabolomik belum sebanyak di negara lain.
Keuntungan yang didapat dengan metoda ini, khususnya dalam bidang obat herbal adalah ke mampuannya untuk dapat dengan cepat mengidentifikasi sejumlah metabolit penciri yang berkaitan dengan mutu dan aktivitas herbal tersebut.
Zuhelmi Aziz mengatakan penelitian pengobatan herbal dapat terus dikembangkan, oleh karena pengobatan DM dengan tanaman obat dalam waktu yang lama telah dibuktikan tidak menyebabkan efek samping yang merugikan sehingga dapat membantu penderita DM mempertahankan kualitas hidup yang baik.
Ia juga berharap agar kedepannya metabolomik dapat diaplikasikan lebih luas lagi untuk mengeksplorasi potensi herbal Indonesia khususnya yang berpotensi sebagai antidiabetes"
Menurut Zulhemi secara global jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam daftar negara dengan jumlah penderita DM terbanyak.
Secara nasional, laporan Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.
Sedangkan lebih dari 95 persen penderita DM merupakan penderita diabetes tipe-2, atau tipe diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Beragam intervensi telah diupayakan dan telah menunjukkan penurunan peningkatan prevalensi diabetes.
Baca juga: Pengidap jantung dan diabetes berisiko COVID-19 berat
Baca juga: Olahraga 150 menit dapat cegah diabetes melitus tipe 2
Baca juga: Penyakit diabetes sebabkan kematian jika ada komplikasi
Baca juga: Asparagus cocok untuk kendalikan diabetes
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020