Gubernur Jawa Barat (Jabar) M. Ridwan Kamil melaporkan hasil evaluasi satu pekan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tingkat Provinsi Jabar menunjukkan hasil positif, yakni berhasil menekan angka penularan kasus COVID-19.
Hal tersebut merujuk data jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit yang mengalami penurunan dan tingkat kematian juga dilaporkan turun, sedangkan tingkat kesembuhan naik hampir dua kali lipat. PSBB Jabar mulai diberlakukan pada Rabu (6/5).
“Saya laporkan per tanggal 12 Mei ini, jumlah pasien di rumah sakit rata-rata di angka 350-an (pasien, red.), ini turun dibandingkan akhir April yang sekitar 430," kata dia di Gedung Pakuan Kota Bandung, Selasa.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat: Pasien positif corona dirawat di RS jumlahnya turun
Ia juga mengatakan tingkat kematian turun dari tujuh menjadi empat pasien per hari, sedangkan tingkat kesembuhan naik hampir dua kali lipat.
Selain itu, tingkat kecepatan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 pun dilaporkan turun, dari indeks 3 sebelum PSBB menjadi 0,86 setelah PSBB.
Hal itu, kata Kang Emil --sapaan akrab Ridwan Kamil-- didukung dengan pelarangan mudik dan penyelenggaraan PSBB yang diperketat.
“Sekarang mudik dilarang, PSBB diketatkan, kita turun menjadi 0,86 indeksnya. Artinya kalau indeksnya 1, satu pasien menularkan ke satu orang, kalau indeksnya 3, satu pasien dalam satu hari bisa menular ke tiga orang. Hari ini kami sudah di (indeks, red.) 0,86 artinya satu pasien menularkan ke satu orangnya mungkin di dua hari,” tutur dia.
Baca juga: Gubernur Jabar sepakat usulan penghentian KRL untuk cegah corona
Terkait dengan kemungkinan dilakukan relaksasi atau pelonggaran PSBB Jabar, Kang Emil mengatakan bahwa ada 63 persen wilayah Jabar yang memungkinkan untuk relaksasi, sedangkan 37 persen wilayah lainnya masih perlu diwaspadai karena pergerakan data COVID-19 di daerah tersebut belum dinilai aman.
"Jadi yang 63 persen punya potensi untuk dilakukan relaksasi pasca-PSBB, karena data menunjukkan pergerakan tidak ada di 63 persen wilayah Jawa Barat itu, maka 63 persen ini kemungkinan bisa kembali ke situasi yang lebih normal setelah kita lakukan evaluasi,” ucap dia.
Terkait dengan transportasi publik, Kang Emil berujar bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jabar masih memiliki kekhawatiran akan adanya penularan.
Pasalnya, katanya, saat dilakukan tes masif di terminal dan stasiun, hasilnya satu persen di antaranya positif COVID-19.
“Kami khawatir untuk relaksasi di transportasi publik, karena takut (transportasi, red.) ditunggangi oleh pemudik-pemudik dan oleh para OTG (Orang Tanpa Gejala), karena data menunjukkan dari terminal dan stasiun yang kami tes ada satu persen mereka yang dites ini positif,” katanya.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil usul tes masif COVID-19 di pasar tradisional
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Hal tersebut merujuk data jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit yang mengalami penurunan dan tingkat kematian juga dilaporkan turun, sedangkan tingkat kesembuhan naik hampir dua kali lipat. PSBB Jabar mulai diberlakukan pada Rabu (6/5).
“Saya laporkan per tanggal 12 Mei ini, jumlah pasien di rumah sakit rata-rata di angka 350-an (pasien, red.), ini turun dibandingkan akhir April yang sekitar 430," kata dia di Gedung Pakuan Kota Bandung, Selasa.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat: Pasien positif corona dirawat di RS jumlahnya turun
Ia juga mengatakan tingkat kematian turun dari tujuh menjadi empat pasien per hari, sedangkan tingkat kesembuhan naik hampir dua kali lipat.
Selain itu, tingkat kecepatan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 pun dilaporkan turun, dari indeks 3 sebelum PSBB menjadi 0,86 setelah PSBB.
Hal itu, kata Kang Emil --sapaan akrab Ridwan Kamil-- didukung dengan pelarangan mudik dan penyelenggaraan PSBB yang diperketat.
“Sekarang mudik dilarang, PSBB diketatkan, kita turun menjadi 0,86 indeksnya. Artinya kalau indeksnya 1, satu pasien menularkan ke satu orang, kalau indeksnya 3, satu pasien dalam satu hari bisa menular ke tiga orang. Hari ini kami sudah di (indeks, red.) 0,86 artinya satu pasien menularkan ke satu orangnya mungkin di dua hari,” tutur dia.
Baca juga: Gubernur Jabar sepakat usulan penghentian KRL untuk cegah corona
Terkait dengan kemungkinan dilakukan relaksasi atau pelonggaran PSBB Jabar, Kang Emil mengatakan bahwa ada 63 persen wilayah Jabar yang memungkinkan untuk relaksasi, sedangkan 37 persen wilayah lainnya masih perlu diwaspadai karena pergerakan data COVID-19 di daerah tersebut belum dinilai aman.
"Jadi yang 63 persen punya potensi untuk dilakukan relaksasi pasca-PSBB, karena data menunjukkan pergerakan tidak ada di 63 persen wilayah Jawa Barat itu, maka 63 persen ini kemungkinan bisa kembali ke situasi yang lebih normal setelah kita lakukan evaluasi,” ucap dia.
Terkait dengan transportasi publik, Kang Emil berujar bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jabar masih memiliki kekhawatiran akan adanya penularan.
Pasalnya, katanya, saat dilakukan tes masif di terminal dan stasiun, hasilnya satu persen di antaranya positif COVID-19.
“Kami khawatir untuk relaksasi di transportasi publik, karena takut (transportasi, red.) ditunggangi oleh pemudik-pemudik dan oleh para OTG (Orang Tanpa Gejala), karena data menunjukkan dari terminal dan stasiun yang kami tes ada satu persen mereka yang dites ini positif,” katanya.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil usul tes masif COVID-19 di pasar tradisional
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020