Produsen obat eksperimental virus corona remdesivir, Gilead Sciences Inc, pada Kamis (30/4) mengatakan akan menggandeng mitra-mitra internasional untuk menggenjot produksi obat potensial untuk COVID-19 itu.
Perusahaan itu mengaku masih berharap mampu memproduksi lebih dari satu juta obat remdesivir hingga Desember, "dan berencana menghasilkan beberapa juta obat pada 2021."
Hingga akhir bulan depan, Gilead mengaku harus memproduksi lebih dari 140.000 obat, yang diberikan melalui infus di rumah sakit.
Lebih banyak pasien dapat ditangani apabila obat tersebut terbukti ampuh dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan biasanya 10 hari, kata Giliead.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan pihaknya bersama Gilead sedang membahas ketersediaan remdesivir bagi pasien secepat mungkin.
Baca juga: Remdesivir sembuhkan pasien COVID-19 bila diberikan lebih awal
Institut Kesehatan Nasional pada Rabu (29/4) mengatakan hasil awal percobaan remdesivir menunjukkan bahwa di kalangan pasien COVID-19 yang diberi obat tersebut, 31 persen di antaranya sembuh lebih cepat dibanding mereka yang diberi plasebo.
Dalam uji coba pada 1.063 pasien, pasien yang mengkonsumsi obat buatan Gilead itu sembuh dalam 11 hari dibandingkan dengan 15 hari pada mereka yang menerima plasebo.
Sementara data tersebut akan membutuhkan banyak analisis untuk mengetahui seberapa manjur obat remdesivir bagi pasien COVID-19, obat itu dipuji oleh pejabat kesehatan AS sebagai obat yang sangat penting sebab berpengaruh terhadap penyakit yang saat ini belum ada obat maupun vaksinnya.
Data dari uji coba yang dilakukan Gilead, yang juga diungkap pada Rabu, menunjukkan penyembuhan klinis serupa terhadap pasien dengan gejala COVID-19 yang parah, terlepas apakah mereka menerima obat dalam waktu 5 atau 10 hari.
Baca juga: Remdesivir disetujui sebagai obat pasien corona
Hasil yang lebih rinci dari penelitian AS diperkirakan bulan depan. Terdapat pula sejumlah penelitian lain, yang juga mengkaji pemakaian remdesirvir untuk perawatan penyakit akibat virus corona.
Pada Kamis, Badan Medis Eropa mengatakan pihaknya telah memulai 'tinjauan bergilir' terhadap data tentang penggunaan obat antivirus Gilead untuk pengobatan COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menular.
Tinjauan bergilir merupakan salah satu alat pengaturan yang tersedia bagi badan tersebut untuk membantu mempercepat penafsiran obat-obatan eksperimental yang menjanjikan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Novartis, regulator AS sepakat uji coba obat kloroquine untuk COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Perusahaan itu mengaku masih berharap mampu memproduksi lebih dari satu juta obat remdesivir hingga Desember, "dan berencana menghasilkan beberapa juta obat pada 2021."
Hingga akhir bulan depan, Gilead mengaku harus memproduksi lebih dari 140.000 obat, yang diberikan melalui infus di rumah sakit.
Lebih banyak pasien dapat ditangani apabila obat tersebut terbukti ampuh dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan biasanya 10 hari, kata Giliead.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan pihaknya bersama Gilead sedang membahas ketersediaan remdesivir bagi pasien secepat mungkin.
Baca juga: Remdesivir sembuhkan pasien COVID-19 bila diberikan lebih awal
Institut Kesehatan Nasional pada Rabu (29/4) mengatakan hasil awal percobaan remdesivir menunjukkan bahwa di kalangan pasien COVID-19 yang diberi obat tersebut, 31 persen di antaranya sembuh lebih cepat dibanding mereka yang diberi plasebo.
Dalam uji coba pada 1.063 pasien, pasien yang mengkonsumsi obat buatan Gilead itu sembuh dalam 11 hari dibandingkan dengan 15 hari pada mereka yang menerima plasebo.
Sementara data tersebut akan membutuhkan banyak analisis untuk mengetahui seberapa manjur obat remdesivir bagi pasien COVID-19, obat itu dipuji oleh pejabat kesehatan AS sebagai obat yang sangat penting sebab berpengaruh terhadap penyakit yang saat ini belum ada obat maupun vaksinnya.
Data dari uji coba yang dilakukan Gilead, yang juga diungkap pada Rabu, menunjukkan penyembuhan klinis serupa terhadap pasien dengan gejala COVID-19 yang parah, terlepas apakah mereka menerima obat dalam waktu 5 atau 10 hari.
Baca juga: Remdesivir disetujui sebagai obat pasien corona
Hasil yang lebih rinci dari penelitian AS diperkirakan bulan depan. Terdapat pula sejumlah penelitian lain, yang juga mengkaji pemakaian remdesirvir untuk perawatan penyakit akibat virus corona.
Pada Kamis, Badan Medis Eropa mengatakan pihaknya telah memulai 'tinjauan bergilir' terhadap data tentang penggunaan obat antivirus Gilead untuk pengobatan COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menular.
Tinjauan bergilir merupakan salah satu alat pengaturan yang tersedia bagi badan tersebut untuk membantu mempercepat penafsiran obat-obatan eksperimental yang menjanjikan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Novartis, regulator AS sepakat uji coba obat kloroquine untuk COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020