India pada Rabu telah memerintahkan penangguhan pengujian antibodi virus corona setelah muncul kekhawatiran akan keakuratannya, yang memperumit perang melawan epidemi itu saat jumlah kasusnya mendekati 20.000, kata para pejabat kesehatan.

India tertinggal dibandingkan sejumlah negara dalam pelaksanaan tes swab standar untuk menentukan keberadaan virus corona baru karena peralatan pengujian yang terbatas dan alat pelindung untuk pekerja medis.

Awal bulan ini, otoritas kesehatan menyetujui tes darah untuk antibodi virus corona sebagai cara yang lebih cepat untuk meningkatkan upaya pengujian dan mereka memesan lebih dari setengah miliar alat tes itu dari China.

Tetapi kepala epidemiologi di Dewan Penelitian Medis India, Dr. R. Gangakhedkar, mengatakan ia telah meminta otoritas kesehatan untuk sementara waktu menghentikan tes antibodi karena hasil yang saling bertentangan.

Baca juga: Laboratorium Amerika Serikat mulai uji antibodi COVID-19

"Ini adalah tes generasi pertama yang dikembangkan hanya dalam tiga setengah bulan dan perlu perbaikan, variasinya tidak dapat diabaikan," katanya.

Ahli kesehatan federal telah dikirim untuk membantu pihak berwenang di negara bagian untuk memvalidasi peralatan.

"Kami telah menyarankan negara-negara bagian untuk tidak menggunakannya selama dua hari ke depan sampai kami mengeluarkan panduan," katanya.

Tes antibodi tidak selalu mendeteksi infeksi tahap awal tetapi menunjukkan apakah seseorang memiliki virus di masa lalu, bahkan jika orang itu tidak memiliki gejala COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Baca juga: WHO tak yakin antibodi beri perlindungan lawan infeksi ulang COVID-19

Sebagai perbandingan, tes swab, yang dikenal sebagai tes swab teknologi RT-PCR, menentukan apakah seseorang memiliki virus pada saat itu dengan mencarinya di lendir hidung atau tenggorokan.

Menteri kesehatan negara bagian barat Rajasthan mengatakan dua tes dalam beberapa kasus menghasilkan hasil yang bertentangan, yang meningkatkan keraguan pada akurasinya.

"Peralatan itu digunakan untuk menguji pasien yang sudah dites positif virus corona," kata menteri negara itu, Raghu Sharma.

"Tetapi alat tes cepat menunjukkan bahwa mereka negatif, yang menimbulkan pertanyaan tentang kredibilitas alat ini."

Baca juga: Jubir Yurianto: Rapid test hanya periksa antibodi bukan virus COVID-19

Kedua tes tersebut dipandang penting dalam upaya memerangi virus corona, tetapi tes antibodi adalah cara yang relatif murah dan cepat untuk menyortir populasi ke dalam kelompok risiko dan mengukur penyebaran virus.

India telah mendeteksi 19.983 kasus virus corona, setelah peningkatan hampir 1.000 kasus dalam satu hari, menurut data pemerintah.

Ada 640 kematian, masih sejumlah kecil dibandingkan dengan jumlah korban di banyak negara lain, tetapi para pejabat mengatakan infeksi dapat meningkat setelah karantina nasional selama hampir enam minggu dicabut pada 3 Mei.

Kota-kota besar di Delhi dan Mumbai dan daerah-daerah yang bersebelahan telah menerima beban terbesar dari infeksi, sementara itu daerah pedesaan tidak terlalu terpengaruh.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020