Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyiapkan program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata yang terdampak pandemi Virus Corona baru atau COVID-19.
"Langkah-langkah mitigasi perlu secepatnya dilakukan, pertama program perlindungan sosial bagi pekerja yang bekerja di sektor pariwisata ini betul-betul harus dipastikan ada dan sampai kepada sasaran," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut saat memimpin rapat terbatas dengan tema "Mitigasi Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif" melalui konferensi via video yang dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga lainnya.
Baca juga: Presiden Jokowi prediksi sektor pariwisata akan "booming" di 2021
"Kita tahu dampak yang paling berat dirasakan dan pertama dirasakan karena COVID-19 ini adalah dunia pariwisata baik yang terkena itu hotel, restoran, maupun yang menyangkut rakyat yaitu barang-barang kerajinan yang dijajakan di sana," tambah Presiden Jokowi.
Langkah kedua adalah realokasi anggaran yang ada dari Kementerian Pariwisata.
"Realokasi ini harus terus diarahkan ke arah semacam saya belum tahu barangnya apa tapi semacam program padat karya bagi pekerja-pekerja yang bergerak di bidang pariwisata ini," ungkap Presiden Jokowi.
Langkah ketiga adalah penyiapan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. "Ini harus betul-betul dilakukan agar mereka bisa bertahan dan tidak melakukan PHK besar-besaran," tambah Presiden Jokowi.
Presiden pun meyakini dampak COVID-19 di sektor pariwisata hanya sampai Desember 2020.
Baca juga: Cegah PHK, Presiden siapkan stimulus bagi industri pariwisata
"Saya meyakini, saya meyakini ini hanya sampai pada akhir tahun, tahun depan akan terjadi booming di bidang parwisata. Semua orang ingin keluar, semua orang ingin menikmati kembali keindahan-keindahan yang ada di wilayah yang ada pariwisatanya," ungkap Presiden Presiden.
Artinya, optimisme pariwisata kembali menjadi sektor favorit yang harus terus diangkat.
"Jangan sampai kita terjebak pada pesimisme karena masalah COVID-19 ini sehingga booming yang muncul setelah COVID-19 ini selesai itu tidak bisa kita manfaatkan secara baik," tambah Presiden.
Menurut dokumen presentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada Komisi X DPR pada 6 April lalu melalui rapat konferensi jarak jauh, 34 provinsi telah menutup destinasi wisatanya sejak pertengahan Maret.
Sejumlah maskapai pun membatasi penerbangannya seperti Lion Air yang telah memangkas rute perjalanan dari Denpasar, Manado, Surabaya, Jakarta, dan Batam ke Tiongkok pada 26 Maret. Bahkan Air Asia menutup semua rute penerbangan domestiknya sampai Juni 2020.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 April menyatakan, kunjungan wisatawan mancanegara melalui jalur udara menurun dari 838.978 orang pada Desember 2019 menjadi 796.934 pada Januari 2020. Merosot lagi menjadi 558.892 pada Februari.
Baca juga: BPPD: Pemkab Garut harus bersiap bangkitkan pariwisata usai wabah corona
Bali tercatat menutup semua tempat wisata dan hiburan demi mencegah penyebaran virus bernama resmi COVID-19. Keputusan ini berdasarkan Surat Edaran Pemprov Bali per 20 Maret. Delapan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Bali telah lebih dulu menutup destinasi wisatanya mulai 18 Maret.
Larangan negara-negara dunia kepada penduduknya untuk melakukan perjalanan juga membuat pariwisata di Bali merosot. Penurunan mulai dirasakan mulai Februari.
Hingga Rabu (15/4), jumlah positif COVID-19 di Indonesia mencapai 5.136 kasus dengan 446 orang dinyatakan sembuh dan 469 orang meninggal dunia dengan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 11.165 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 165.549 orang.
Kasus positif COVID-19 ini sudah menyebar di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan daerah terbanyak positif yaitu DKI Jakarta (2.474), Jawa Barat (559), Jawa Timur (499), Banten (281), Sulawesi Selatan (242), Jawa Tengah (292), Bali (98), Papua (75), Sumatera Utara (78), Yogyakarta (62).
Berdasarkan data dari situs Worldometers, hingga Kamis (16/4) siang terkonfirmasi di dunia ada 2.083.304 orang yang terinfeksi virus Corona dengan 134.616 kematian sedangkan sudah ada 510.350 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di Amerika Serikat mencapai 644.089 kasus, di Spanyol 180.659 kasus, di Italia 165.155 kasus, di Prancis 147.863, di Jerman sebanyak 134.753, Inggris sebanyak 98.476, di China 82.341 kasus, di Iran 76.389.
Jumlah kematian tertinggi bahkan saat ini terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 28.529 orang, disusul Italia yaitu sebanyak 21.645 orang, Spanyol sebanyak 18.812 orang, Prancis sebanyak 17.167 orang, Inggris sejumlah 12.868 orang kemudian Iran sebanyak 4.777 orang. Saat ini sudah ada lebih dari 207 negara dan teritori yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19.
Baca juga: Disparbud Jabar susun kebijakan sektor pariwisata setelah pandemi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Langkah-langkah mitigasi perlu secepatnya dilakukan, pertama program perlindungan sosial bagi pekerja yang bekerja di sektor pariwisata ini betul-betul harus dipastikan ada dan sampai kepada sasaran," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut saat memimpin rapat terbatas dengan tema "Mitigasi Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif" melalui konferensi via video yang dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga lainnya.
Baca juga: Presiden Jokowi prediksi sektor pariwisata akan "booming" di 2021
"Kita tahu dampak yang paling berat dirasakan dan pertama dirasakan karena COVID-19 ini adalah dunia pariwisata baik yang terkena itu hotel, restoran, maupun yang menyangkut rakyat yaitu barang-barang kerajinan yang dijajakan di sana," tambah Presiden Jokowi.
Langkah kedua adalah realokasi anggaran yang ada dari Kementerian Pariwisata.
"Realokasi ini harus terus diarahkan ke arah semacam saya belum tahu barangnya apa tapi semacam program padat karya bagi pekerja-pekerja yang bergerak di bidang pariwisata ini," ungkap Presiden Jokowi.
Langkah ketiga adalah penyiapan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. "Ini harus betul-betul dilakukan agar mereka bisa bertahan dan tidak melakukan PHK besar-besaran," tambah Presiden Jokowi.
Presiden pun meyakini dampak COVID-19 di sektor pariwisata hanya sampai Desember 2020.
Baca juga: Cegah PHK, Presiden siapkan stimulus bagi industri pariwisata
"Saya meyakini, saya meyakini ini hanya sampai pada akhir tahun, tahun depan akan terjadi booming di bidang parwisata. Semua orang ingin keluar, semua orang ingin menikmati kembali keindahan-keindahan yang ada di wilayah yang ada pariwisatanya," ungkap Presiden Presiden.
Artinya, optimisme pariwisata kembali menjadi sektor favorit yang harus terus diangkat.
"Jangan sampai kita terjebak pada pesimisme karena masalah COVID-19 ini sehingga booming yang muncul setelah COVID-19 ini selesai itu tidak bisa kita manfaatkan secara baik," tambah Presiden.
Menurut dokumen presentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada Komisi X DPR pada 6 April lalu melalui rapat konferensi jarak jauh, 34 provinsi telah menutup destinasi wisatanya sejak pertengahan Maret.
Sejumlah maskapai pun membatasi penerbangannya seperti Lion Air yang telah memangkas rute perjalanan dari Denpasar, Manado, Surabaya, Jakarta, dan Batam ke Tiongkok pada 26 Maret. Bahkan Air Asia menutup semua rute penerbangan domestiknya sampai Juni 2020.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 April menyatakan, kunjungan wisatawan mancanegara melalui jalur udara menurun dari 838.978 orang pada Desember 2019 menjadi 796.934 pada Januari 2020. Merosot lagi menjadi 558.892 pada Februari.
Baca juga: BPPD: Pemkab Garut harus bersiap bangkitkan pariwisata usai wabah corona
Bali tercatat menutup semua tempat wisata dan hiburan demi mencegah penyebaran virus bernama resmi COVID-19. Keputusan ini berdasarkan Surat Edaran Pemprov Bali per 20 Maret. Delapan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Bali telah lebih dulu menutup destinasi wisatanya mulai 18 Maret.
Larangan negara-negara dunia kepada penduduknya untuk melakukan perjalanan juga membuat pariwisata di Bali merosot. Penurunan mulai dirasakan mulai Februari.
Hingga Rabu (15/4), jumlah positif COVID-19 di Indonesia mencapai 5.136 kasus dengan 446 orang dinyatakan sembuh dan 469 orang meninggal dunia dengan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 11.165 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 165.549 orang.
Kasus positif COVID-19 ini sudah menyebar di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan daerah terbanyak positif yaitu DKI Jakarta (2.474), Jawa Barat (559), Jawa Timur (499), Banten (281), Sulawesi Selatan (242), Jawa Tengah (292), Bali (98), Papua (75), Sumatera Utara (78), Yogyakarta (62).
Berdasarkan data dari situs Worldometers, hingga Kamis (16/4) siang terkonfirmasi di dunia ada 2.083.304 orang yang terinfeksi virus Corona dengan 134.616 kematian sedangkan sudah ada 510.350 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di Amerika Serikat mencapai 644.089 kasus, di Spanyol 180.659 kasus, di Italia 165.155 kasus, di Prancis 147.863, di Jerman sebanyak 134.753, Inggris sebanyak 98.476, di China 82.341 kasus, di Iran 76.389.
Jumlah kematian tertinggi bahkan saat ini terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 28.529 orang, disusul Italia yaitu sebanyak 21.645 orang, Spanyol sebanyak 18.812 orang, Prancis sebanyak 17.167 orang, Inggris sejumlah 12.868 orang kemudian Iran sebanyak 4.777 orang. Saat ini sudah ada lebih dari 207 negara dan teritori yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19.
Baca juga: Disparbud Jabar susun kebijakan sektor pariwisata setelah pandemi COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020