Gempa bumi dengan magnitudo 3,5 yang mengguncang daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat pada pukul 10.48 WIB pada Minggu (22/3) merupakan gempa kerak dangkal yang terjadi akibat aktivitas Sesar Cimandiri, menurut analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa ini berkekuatan M 3,5 dengan episenter terletak pada koordinat 7,07 LS (lintang selatan) dan 106,56 BT (bujur timur) tepatnya di darat pada jarak 44 kilometer (km) barat daya kota Sukabumi, pada kedalaman 2 km," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam rilis yang diterima di Jakarta pada Minggu.

Menurut laporan masyarakat, guncangan akibat gempa itu dirasakan di beberapa wilayah antara lain Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Warung Kiara dan Kecamatan Simpenan dalam skala intensitas II MMI. Artinya goncangan dirasakan oleh beberapa orang dan benda yang digantung bergoyang.

Melihat dari lokasi episenter dan kedalaman gempa, kata Daryono, dapat dipastikan jenisnya merupakan gempa kerak dangkal yang terjadi akibat aktivitas Sesar Cimandiri.

Pembangkit gempa hari ini berbeda dengan gempa M 5,1 yang mengguncang Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya pada Selasa (10/3) lalu yang menimbulkan kerusakan di Kalapanunggal. Gempa tersebut dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik, yang berada di barat Sesar Cimandiri.

Sesar Citarik memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang namun tersegmentasi melalui Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga Bekasi. Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip).

Sementara itu Sesar Cimandiri memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya, memanjang dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Gandasoli. Sesar ini cukup aktif dengan mekanisme sama dengan Sesar Citarik.

"Sejarah gempa menunjukkan bahwa baik Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 1879, 1900, 1912, 1969, 1973, 1982, 2000, 2011, 2012, dan 2020," kata Daryono.
 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020