Kementerian Kesehatan menegaskan kakak dan asisten rumah tangga dinyatakan negatif terpapar virus Corna jenis baru (COVID-19) meski tinggal serumah dengan dua orang WNI yang terkonfirmasi positif COVID-19.
"Rupanya selama sakit, kakaknya tidak dekat kontaknya karena bekerja dan pembantu juga punya kesibukan sendiri. Dua-duanya sudah diperiksa, dua-duanya negatif," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jakarta, Senin.
Presiden Joko Widodo pada hari ini mengumumkan dua orang warga negara Indonesia (WNI) yaitu seorang ibu berusia 64 tahun dan anaknya berusia 31 tahun di Depok, Jawa Barat, positif terjangkit COVID-19 dan saat ini sedang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso sejak 1 Maret 2020.
"Dinas kesehatan setempat di bawah koordinasi kami melakukan 'contact tracking' yang lain di sekitarnya termasuk pemantauan sentinel illness apakah ada perubahan angka, ada peningkatan, ada fluktuasi termasuk apakah perubahan angka pnemonia karena sudah 14 hari lebih dari 14 Februari 2020. Data awal akan perdalam lagi, tidak ada peningkatan 'sentinel influenza like illness' maupun phenomonia," tambah Yurianto.
Yurianto mengatakan bahwa sang anak memiliki pasangan dansa WN Jepang yang sudah dinyatakan positif COVID-19 oleh pemerintah Malaysia. Sang anak sudah merasa demam sejak 16 Februari dan dirawat oleh sang ibu, sang ibu baru merasa demam pada 20 Februari dan sempat ke rumah sakit pada 27 Februari 2020.
Sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan di Jakarta terdapat 136 orang yang dalam pemantauan hingga Senin (2/3). Sebanyak 115 sudah dinyatakan sehat, 21 orang masih dipantau. Adapun pasien dalam pengawasan, ada jumlahnya 39 orang.
Terkait data tersebut, Yuri mengatakan bahwa 136 orang tersebut dipantau, bukan berarti positif atau terindikasi positif COVID-19.
"Setiap hari kami menyampaikan data spesimen yang kami periksa termasuk distribusi wilayahnya, di antaranya data 5 hari yang lalu 136 orang dimana di DKI ada 36. Itu adalah pasien yang kita periksa spesimennya, bukan 'suspect'," tambah Yuri.
Yuri mengatakan Kemenkes bahkan saat ini ikut memantau orang dalam pemantauan yang datang ke Indonesia baik WNI maupun WN asing yang diyakini transmisi virusnya kuat.
"Mereka begitu masuk ke Indonesia langsung masuk dalam kategori ke orang dengan pemantauan lalu manakala orang itu sakit influenza berat kita sebut pasien dalam pengawasan, saat pasien dengan pengawasan kita temukan contak tracking positif COVID kuat kita sebut 'suspect', kalau 'suspect' kita periksa virusnya dan positif namanya confirm," jelas Yuri.
Menurut Yuri, awalnya suspect diperiksa tapi sekarang diturunkan lalu karena ada perubahan tren COVID-19 maka Kemenkes menambah tindakan pencegahannya.
"Pada gelombang pertama di daratan China gambarannya sangat kuat, inkubasi 14 hari, angka kesakitan tinggi dan kematian tinggi tapi setelah gelombang di China pelan-pelan turun, di luar China naik tapi dengan perubahan kasus positifnya banyak, gejalanya lebih rendah, lebih ringan bahkan beberapa kasus dilaporkan tanpa gejala, angka kematian rendah, angka kesakitan berat jadi turun tapi kasus positifnya naik, artinya orang dengan virus tidak merasa sakit dan kontak dekat dengan yang lain ini yang jadi permasalahan kita," tegas Yuri.
Hingga Senin (3/2) sore terkonfirmasi di dunia ada 89.195 orang yang terinveksi virus corona dengan 3.046 kematian sedangkan sudah ada 45.147 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 70.026 kasus, di Korea Selatan 4.335 kasus, di Italia 1.694 kasus, di Iran 978.
Kasus kematian di Iran menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 54 kematian. Sudah ada 65 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.
Baca juga: Gubernur instruksikan tenaga kerja Tiongkok diperiksa sebagai antisipasi Covid-19
Baca juga: Menkes: Tak ada isolasi di Depok terkait corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Rupanya selama sakit, kakaknya tidak dekat kontaknya karena bekerja dan pembantu juga punya kesibukan sendiri. Dua-duanya sudah diperiksa, dua-duanya negatif," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jakarta, Senin.
Presiden Joko Widodo pada hari ini mengumumkan dua orang warga negara Indonesia (WNI) yaitu seorang ibu berusia 64 tahun dan anaknya berusia 31 tahun di Depok, Jawa Barat, positif terjangkit COVID-19 dan saat ini sedang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso sejak 1 Maret 2020.
"Dinas kesehatan setempat di bawah koordinasi kami melakukan 'contact tracking' yang lain di sekitarnya termasuk pemantauan sentinel illness apakah ada perubahan angka, ada peningkatan, ada fluktuasi termasuk apakah perubahan angka pnemonia karena sudah 14 hari lebih dari 14 Februari 2020. Data awal akan perdalam lagi, tidak ada peningkatan 'sentinel influenza like illness' maupun phenomonia," tambah Yurianto.
Yurianto mengatakan bahwa sang anak memiliki pasangan dansa WN Jepang yang sudah dinyatakan positif COVID-19 oleh pemerintah Malaysia. Sang anak sudah merasa demam sejak 16 Februari dan dirawat oleh sang ibu, sang ibu baru merasa demam pada 20 Februari dan sempat ke rumah sakit pada 27 Februari 2020.
Sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan di Jakarta terdapat 136 orang yang dalam pemantauan hingga Senin (2/3). Sebanyak 115 sudah dinyatakan sehat, 21 orang masih dipantau. Adapun pasien dalam pengawasan, ada jumlahnya 39 orang.
Terkait data tersebut, Yuri mengatakan bahwa 136 orang tersebut dipantau, bukan berarti positif atau terindikasi positif COVID-19.
"Setiap hari kami menyampaikan data spesimen yang kami periksa termasuk distribusi wilayahnya, di antaranya data 5 hari yang lalu 136 orang dimana di DKI ada 36. Itu adalah pasien yang kita periksa spesimennya, bukan 'suspect'," tambah Yuri.
Yuri mengatakan Kemenkes bahkan saat ini ikut memantau orang dalam pemantauan yang datang ke Indonesia baik WNI maupun WN asing yang diyakini transmisi virusnya kuat.
"Mereka begitu masuk ke Indonesia langsung masuk dalam kategori ke orang dengan pemantauan lalu manakala orang itu sakit influenza berat kita sebut pasien dalam pengawasan, saat pasien dengan pengawasan kita temukan contak tracking positif COVID kuat kita sebut 'suspect', kalau 'suspect' kita periksa virusnya dan positif namanya confirm," jelas Yuri.
Menurut Yuri, awalnya suspect diperiksa tapi sekarang diturunkan lalu karena ada perubahan tren COVID-19 maka Kemenkes menambah tindakan pencegahannya.
"Pada gelombang pertama di daratan China gambarannya sangat kuat, inkubasi 14 hari, angka kesakitan tinggi dan kematian tinggi tapi setelah gelombang di China pelan-pelan turun, di luar China naik tapi dengan perubahan kasus positifnya banyak, gejalanya lebih rendah, lebih ringan bahkan beberapa kasus dilaporkan tanpa gejala, angka kematian rendah, angka kesakitan berat jadi turun tapi kasus positifnya naik, artinya orang dengan virus tidak merasa sakit dan kontak dekat dengan yang lain ini yang jadi permasalahan kita," tegas Yuri.
Hingga Senin (3/2) sore terkonfirmasi di dunia ada 89.195 orang yang terinveksi virus corona dengan 3.046 kematian sedangkan sudah ada 45.147 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 70.026 kasus, di Korea Selatan 4.335 kasus, di Italia 1.694 kasus, di Iran 978.
Kasus kematian di Iran menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 54 kematian. Sudah ada 65 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.
Baca juga: Gubernur instruksikan tenaga kerja Tiongkok diperiksa sebagai antisipasi Covid-19
Baca juga: Menkes: Tak ada isolasi di Depok terkait corona
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020