Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengibaratkan longsoran di Kecamatan Sukajaya yang berlokasi di kawasan Gunung Halimun Kabupaten Bogor, Jawa Barat seperti es krim meleleh, karena menyebabkan ribuan titik longsor.
"Di Sukajaya dan beberapa titik Jasinga itu longsornya sangat masif, bahkan kalau kita pinjam istilah itu seperti es krim yang meleleh, jumlahnya mencapai ribuan titik," ujarnya usai meninjau lokasi bencana di Kabupaten Bogor dari helikopter bersama Bupati Bogor Ade Yasin, Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, serta Ditjen KLHK, Sabtu (18/1).
Menurutnya berdasarkan kajian bersama Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ada tiga penyebab utama terjadinya longsor dan banjir bandang di wilayah Barat Kabupaten Bogor itu.
"Persoalannya adalah yang berhubungan dengan masalah tambang, kedua ilegal loging, kemudian alih fungsi yang disebabkan untuk perkebunan pertanian juga permukiman," bebernya.
Doni mengaku sengaja mengajak lintas instansi bersama-sama meninjau lokasi bencana untuk menuntaskan permasalahan banjir dan longsor yang dianggapnya menjadi ancaman rutin.
"Banjir, banjir bandang, juga tanah longsor ini hampir pasti, setiap tahun, dua tahun, tiga tahun, lima tahun sekali pasti terjadi, ancaman yang rutin. Jadi kalau boleh kita mengatakan ini ancaman yang bersifat permanen, maka kita cari penanganan yang permanen, tidak lagi solusi parsial," tutur Doni.
Langkah awal, ia mengaku sudah mendatangkan sejumlah pakar seperti pakar tanaman vetiver, dan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University untuk memberikan masukan lokasi yang tepat penanamannya.
Sementara itu, Bupati Bogor, Ade Yasin mengaku akan melakukan penghijauan setelah menuntaskan persoalan banyaknya korban bencana yang masih mengungsi. Ia berencana merelokasi para pengungsi ke hunian sementara (huntara).
"Karena jumlah pengungsinya cukup banyak 19.821 orang. Ini yang perlu difokuskan menempatkan mereka sementara untuk kemudian reloksi. Pemkab setelah selesai dengan urusan pengungsi akan hijaukan kembali lahan lahan yang gundul," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Di Sukajaya dan beberapa titik Jasinga itu longsornya sangat masif, bahkan kalau kita pinjam istilah itu seperti es krim yang meleleh, jumlahnya mencapai ribuan titik," ujarnya usai meninjau lokasi bencana di Kabupaten Bogor dari helikopter bersama Bupati Bogor Ade Yasin, Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, serta Ditjen KLHK, Sabtu (18/1).
Menurutnya berdasarkan kajian bersama Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ada tiga penyebab utama terjadinya longsor dan banjir bandang di wilayah Barat Kabupaten Bogor itu.
"Persoalannya adalah yang berhubungan dengan masalah tambang, kedua ilegal loging, kemudian alih fungsi yang disebabkan untuk perkebunan pertanian juga permukiman," bebernya.
Doni mengaku sengaja mengajak lintas instansi bersama-sama meninjau lokasi bencana untuk menuntaskan permasalahan banjir dan longsor yang dianggapnya menjadi ancaman rutin.
"Banjir, banjir bandang, juga tanah longsor ini hampir pasti, setiap tahun, dua tahun, tiga tahun, lima tahun sekali pasti terjadi, ancaman yang rutin. Jadi kalau boleh kita mengatakan ini ancaman yang bersifat permanen, maka kita cari penanganan yang permanen, tidak lagi solusi parsial," tutur Doni.
Langkah awal, ia mengaku sudah mendatangkan sejumlah pakar seperti pakar tanaman vetiver, dan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University untuk memberikan masukan lokasi yang tepat penanamannya.
Sementara itu, Bupati Bogor, Ade Yasin mengaku akan melakukan penghijauan setelah menuntaskan persoalan banyaknya korban bencana yang masih mengungsi. Ia berencana merelokasi para pengungsi ke hunian sementara (huntara).
"Karena jumlah pengungsinya cukup banyak 19.821 orang. Ini yang perlu difokuskan menempatkan mereka sementara untuk kemudian reloksi. Pemkab setelah selesai dengan urusan pengungsi akan hijaukan kembali lahan lahan yang gundul," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020