Yayasan Pamanah Rasa Nusantara bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (Fisib) Universitas Pakuan Kota Bogor, Jawa Barat, menghadirkan 24 raja dan sultan dari berbagai daerah dalam seminar nasional di Graha Pakuan Siliwangi (GSP) Unpak, Selasa.

Dekan Fisib Universitas Pakuan (Unpak) Dr Agnes Setyowati mengatakan, selain raja-raja dan Sultan se-Nusantara, seminar bertajuk “Pemajuan Budaya Nusantara Sebagai Pondasi Pembangunan Karakter Bangsa” itu dihadiri peserta dari kalangan umum dan mahasiswa yang jumlahnya tak kurang dari 400 orang.

"Diadakannya seminar nasional ini untuk membuka tabir mengenai kebesaran kerajaan Padjadjaran serta kearifan tokoh legendaris Prabu Siliwangi yang tercermin dalam karya-karya baik tertulis maupun lisan dari zaman itu," ujar perempuan yang juga merupakan pengamat sosial dan budaya itu.

Budaya merupakan unsur penting dan tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa.

Dia menilai, kemajemukan budaya merupakan modal serta landasan dalam proses perkembangan kebudayaan Indonesia, sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia.



Kebudayaan nusantara memiliki nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai senjata guna melawan sisi negatif dari derasnya arus globalisasi yang melanda. Sisi negatif tersebut antara lain berupa melemahnya paham nasionalisme dan menguatnya sifat konsumtif.

"Nenek moyang kita telah mengajarkan kita untuk menghindari perpecahan dan mengutamakan persatuan dalam perbedaan," kata Agnes.

Ketua Yayasan Pamanah Rasa Nusantara, Raden Ayu Ikke Dewi Sartika menyebutkan bahwa yayasannya konsen membuka komunikasi antartokoh yang memiliki trah para raja.

Dia yang berasal dari trah Kerjaan Padjafjaran mengaku tetap membuka wadah tersebut dari trah selain kerajaan etnis Sunda.

"Kita punya suatu keyakinan kalau wadah ini tidak untuk orang Sunda, tapi memiliki semua trah. Kalau memiliki trah akan jadi pengurus," kata Ikke.



Sebanyak 24 raja dan dultan se-Nusantara yang hadir, yaitu:

1. Brigjen Pol (Purn) Dr. AA. Mapparessa M.M. M.S. (Raja Kraeng Turikale VIII Kerajaan Turikale Maros Sulawesi Selatan).
2. Raden Rasich Hanif (Raja Galuh Ciamis).
3. Dr Tjokorda Gede Raka Sukawati, S.E., M.M., (Raja Puri Agung Ubud Sukowati).
4. Pangeran Dr. H.A.P.M. Harry Gondo Prawiro, bangsawan kesultanan Kutai Kartanegara.
5. Tengku Mira Sinar, M.A. dari Kesultanan Serdang.
6. Shri Lalu Gde Pharma dari Lombok (NTB).
7. Pangeran Raja Adipati Barik Barlian (Raja Djipang).
8. Andi Muhammad Ozza Tagunu dari Kerajaan Parigi Sulawesi Tenggara.
9. John FE Shot dari Kerajaan Siau.
10. Drs. Mawardi Harirama, M.Si. Suttan Segayo Dipuncak Nur dari Kerajaan Kedaton Keagungan Lampung.
11. RHS Slamet Bangsadikusumah, S.H., M.B.A. Yaparanus dari Kerajaan Timanganten Garut.
12. Raden Asep Kadar Sholeh, S.Pd. I., M.M.Pd. Cakrabuana Suwarga Kusumadinata (Raja Timanganten).
13. Dr. Jooner Rambe, S.E., M.M. (Raja Apung Daulat Panuturi) dari Kerajaan Hasadaon Sumatera Utara.
14. Marsda TNI Yadi I. Sutanandika, M.S.Sdari Trah Kerajaan Sukapura Tasikmalaya.
15. Raden Ayu Ikke Dewi Sartika, M.Pd. dari Trah Padjajaran.
16. Raden Evy Oktavia (Permaisuri Raja Kraeng Turikale VIII Kerajaan Turikale Maros Sulawesi Selatan).
17. Tengku Ryo Rizkan dari Kesultanan Serdang
18. Kanjeng Raden Ayu Intan Rumbinang, S.E., Sekretaris Forum Silahturahmi Kerajaan Nusantara.
19. Raden Atang Supriatna dari Trah Kerajaan Padjajaran.
20. Shita Dewi Ratih Permatasari, M.Hum. dari Trah Kesultanan Solo.
21. Tengku Boy dari Kesultanan Serdang.
22. Connie Constantia dari Lembaga Adat Jawa Barat.
23. Ellen Angkuw dari Lembaga Adat Jawa Barat.
24. Purbowo Setyo Widodo dari Lembaga Adat Jawa Barat.(KR-MFS).

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019