Presiden Joko Widodo menginginkan Indonesia menjadi pusat industri mobil listrik karena dapat memproduksi baterai litium untuk kendaraan tersebut.
"Strategi bisnis negara yang sedang kita rancang agar Indonesia bisa jadi 'hub' (pusat) besar bagi industri mobil elektrik, arahnya ke sana," kata Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan Kompas100 CEO Forum 2019 di Jakarta, Kamis
Menurut Presiden, target tersebut didukung dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia seperti nikel yang dapat menjadi bahan baku baterai litium.
"Kita ingin dalam 2-3 tahun ini ada turunan nikel dapat diolah menjadi baterai litium karena kita punya nikel, kobalt, mangan dan bahan baku lain yang bisa dipakai oleh industri dalam membangun pabrik baterai litium dan Indonesia punya cadangan nikel terbesar nomor 1 di dunia," jelas Presiden.
Presiden Jokowi diketahui sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan tertanggal 8 Agustus 2019.
Perpres tersebut membahas soal tingkat komponen dalam negeri untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pemberian insetif untuk mempercepat program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan hingga penyediaan infrastruktur pengisian tenaga listrik.
"Strategi ini kita harus pakai untuk membangun industri mobil listrik, kita sudah kirim menteri mendekati industri-industri besar mobil di Jepang dan Jerman dalam rangka pengembangan litium," tambah Presiden.
Indonesia saat ini sudah memiliki kawasan industri khusus untuk produksi baterai kendaraan yakni di Halmahera, Maluku bernama bernama Weda Bay Nickel dan di Morowali, yaitu Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Presiden juga mengaku akan melakukan hilirisasi. "Kita tidak mau lagi impor barang mentah keluar, sayang, nikel stop diimpor (mentah), kita harus pindahkan ke barang-barang setengah jadi atau barang jadi karena hilirisasi nikel ini akan jadi produk-produk yang punya nilai tambah yang besar kalau diimpor sebagai barang jadi atau setengah jadi, itu target kita," ungkap Presiden.
Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan dalam kunjungan kerjanya ke China pada awal Juli 2019 membuahkan komitmen investasi baterai litium di Morowali dengan nilai investasi sebesar 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp55,7 triliun.
Peletakan batu pertama pabrik baterai litium tersebut sudah dilakukan di Morowali dengan penanaman modal asing yang sudah masuk sebesar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp13,9 triliun dengan investor berbentuk konsorsium pabrikan baterai litium yaitu LG, Contemporary Amperex Technologyy (CATL), Volkswagen, Tesla hingga Mercedes Benz.
Baca juga: Prediksi tren mobil tahun 2020 di Indonesia
Baca juga: Mobil listrik Toyota yang "mungkin" dipasarkan ke Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Strategi bisnis negara yang sedang kita rancang agar Indonesia bisa jadi 'hub' (pusat) besar bagi industri mobil elektrik, arahnya ke sana," kata Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan Kompas100 CEO Forum 2019 di Jakarta, Kamis
Menurut Presiden, target tersebut didukung dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia seperti nikel yang dapat menjadi bahan baku baterai litium.
"Kita ingin dalam 2-3 tahun ini ada turunan nikel dapat diolah menjadi baterai litium karena kita punya nikel, kobalt, mangan dan bahan baku lain yang bisa dipakai oleh industri dalam membangun pabrik baterai litium dan Indonesia punya cadangan nikel terbesar nomor 1 di dunia," jelas Presiden.
Presiden Jokowi diketahui sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan tertanggal 8 Agustus 2019.
Perpres tersebut membahas soal tingkat komponen dalam negeri untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pemberian insetif untuk mempercepat program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan hingga penyediaan infrastruktur pengisian tenaga listrik.
"Strategi ini kita harus pakai untuk membangun industri mobil listrik, kita sudah kirim menteri mendekati industri-industri besar mobil di Jepang dan Jerman dalam rangka pengembangan litium," tambah Presiden.
Indonesia saat ini sudah memiliki kawasan industri khusus untuk produksi baterai kendaraan yakni di Halmahera, Maluku bernama bernama Weda Bay Nickel dan di Morowali, yaitu Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Presiden juga mengaku akan melakukan hilirisasi. "Kita tidak mau lagi impor barang mentah keluar, sayang, nikel stop diimpor (mentah), kita harus pindahkan ke barang-barang setengah jadi atau barang jadi karena hilirisasi nikel ini akan jadi produk-produk yang punya nilai tambah yang besar kalau diimpor sebagai barang jadi atau setengah jadi, itu target kita," ungkap Presiden.
Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan dalam kunjungan kerjanya ke China pada awal Juli 2019 membuahkan komitmen investasi baterai litium di Morowali dengan nilai investasi sebesar 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp55,7 triliun.
Peletakan batu pertama pabrik baterai litium tersebut sudah dilakukan di Morowali dengan penanaman modal asing yang sudah masuk sebesar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp13,9 triliun dengan investor berbentuk konsorsium pabrikan baterai litium yaitu LG, Contemporary Amperex Technologyy (CATL), Volkswagen, Tesla hingga Mercedes Benz.
Baca juga: Prediksi tren mobil tahun 2020 di Indonesia
Baca juga: Mobil listrik Toyota yang "mungkin" dipasarkan ke Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019