Grup musik legendaris KLa Project mengaku tidak mau membuat lagu baru lantaran industri musik di Tanah Air telah berubah selain usia para personel grup itu yang sudah tidak muda lagi.
"Kenapa enggak lagu baru? Memang enggak gampang sebener-nya. Kenapa enggak keluarin album? Itu kalau mau dibahas serius akan panjang. Saya singkatin aja. Kami itu udah enggak seksi di TV," ujar gitaris KLa Project, Lilo dalam jumpa pers ICEFest Music Concert 2019 di Jakarta, Senin.
Lilo menceritakan KLa pernah ditolak oleh stasiun televisi karena dianggap sudah tidak muda lagi dan nama grup itu tidak lagi menjual.
Alih-alih membuat lagu baru, grup pemilik lagu "Yogyakarta" itu lebih memilih mengaransemen ulang semua lagu mereka saat tampil di atas panggung.
"Terakhir kali, kami nonton Rolling Stone juga kami bingung. Lagu-lagunya yang dibawain itu-itu terus. Terus terang, KLa lebih bagus dari Rolling Stone. Mereka aransemennya sama aja. Kami punya KLakustik. Kami punya elektronik, enggak ada tuh Rolling Stone etnik. Tapi ya, kami happy-happy aja," ujar Lilo.
Bukan hanya stasiun televisi, KLa Project juga sempat ditolak oleh beberapa radio. Bahkan, ada stasiun radio yang baru mau memutar lagu mereka setelah mendapat satu juta penonton di YouTube.
"Kami udah enggak bisa masuk radio. Radio kita menyedihkan. Kami mau keluar lagu baru, itu temen-temen biar tahu. Kata orang radio gini, 'Elu edarin di YouTube deh. Kalau viewers-nya banyak baru gue siarin di radio'. Kalau udah sejuta kayak Siti Badriah, udah ilangin tuh radio. Bener enggak? Gue dapat duit lagi dari YouTube. Radio itu kita keluar duit bro. Kenapa gitu ya, aku sedih ngomong-nya," katanya.
Meski demikian, Lilo, Katon Bagaskara, dan Adi Adrian tetap bersyukur masih tetap aktif tampil dari panggung ke panggung. Malah hampir tiap tahun mereka berhasil menggelar konser tunggal.
"Tapi, KLa bersyukur 30 tahun kami bangga konser kami selalu tiga jam. Dan terus terang, saya belum pernah lihat ada band Indonesia yang konser tiga jam selain Slank," kata Lilo.
"Dua tahun sekali, kami bikin konser besar. Kami modal sendiri. Kami bersyukur balik modal, dapat untung," ujar Katon.
Baca juga: Perhelatan The 90's Festival jadi ajang reuni para musikus era 1990-an
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kenapa enggak lagu baru? Memang enggak gampang sebener-nya. Kenapa enggak keluarin album? Itu kalau mau dibahas serius akan panjang. Saya singkatin aja. Kami itu udah enggak seksi di TV," ujar gitaris KLa Project, Lilo dalam jumpa pers ICEFest Music Concert 2019 di Jakarta, Senin.
Lilo menceritakan KLa pernah ditolak oleh stasiun televisi karena dianggap sudah tidak muda lagi dan nama grup itu tidak lagi menjual.
Alih-alih membuat lagu baru, grup pemilik lagu "Yogyakarta" itu lebih memilih mengaransemen ulang semua lagu mereka saat tampil di atas panggung.
"Terakhir kali, kami nonton Rolling Stone juga kami bingung. Lagu-lagunya yang dibawain itu-itu terus. Terus terang, KLa lebih bagus dari Rolling Stone. Mereka aransemennya sama aja. Kami punya KLakustik. Kami punya elektronik, enggak ada tuh Rolling Stone etnik. Tapi ya, kami happy-happy aja," ujar Lilo.
Bukan hanya stasiun televisi, KLa Project juga sempat ditolak oleh beberapa radio. Bahkan, ada stasiun radio yang baru mau memutar lagu mereka setelah mendapat satu juta penonton di YouTube.
"Kami udah enggak bisa masuk radio. Radio kita menyedihkan. Kami mau keluar lagu baru, itu temen-temen biar tahu. Kata orang radio gini, 'Elu edarin di YouTube deh. Kalau viewers-nya banyak baru gue siarin di radio'. Kalau udah sejuta kayak Siti Badriah, udah ilangin tuh radio. Bener enggak? Gue dapat duit lagi dari YouTube. Radio itu kita keluar duit bro. Kenapa gitu ya, aku sedih ngomong-nya," katanya.
Meski demikian, Lilo, Katon Bagaskara, dan Adi Adrian tetap bersyukur masih tetap aktif tampil dari panggung ke panggung. Malah hampir tiap tahun mereka berhasil menggelar konser tunggal.
"Tapi, KLa bersyukur 30 tahun kami bangga konser kami selalu tiga jam. Dan terus terang, saya belum pernah lihat ada band Indonesia yang konser tiga jam selain Slank," kata Lilo.
"Dua tahun sekali, kami bikin konser besar. Kami modal sendiri. Kami bersyukur balik modal, dapat untung," ujar Katon.
Baca juga: Perhelatan The 90's Festival jadi ajang reuni para musikus era 1990-an
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019