Facebook Inc belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kasus peretasan WhatsaApp (WA) di Indonesia, yang melibatkan perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group.
"Kami sedang memasukkan tuntutan terhadap NSO Group di Amerika Serikat... Tidak bisa menjelaskan secara rinci," kata Direktur Kebijakan WhatsApp Asia Pasifik, Clair Deevy, usai pertemuan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis.
WhatsApp belum bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan Indonesia atau rincian lainnya tentang kasus tersebut karena sedang memasukkan tuntutan hukum di AS, yang mereka sebut komitmen untuk melindungi privasi pengguna.
"Kami menghormati privasi setiap orang di seluruh dunia," kata Deevy.
NSO Group diduga membuat spyware Pegasus yang disusupkan ke server WhatsApp untuk meretas pengguna terutama dari negara-negara yang berhubungan dengan Amerika Serikat.
Dikutip dari Reuters, peretasan ini berdampak pada 1.400 pengguna di berbagai negara, antara lain AS, Bahrain, Uni Emirat Arab, India, Pakistan dan Meksiko.
Peretasan ini diduga menargetkan pejabat senior pemerintahan. India menyatakan korban peretasan di negara mereka adalah jurnalis, pengacara, akademisi dan pembela komunitas Dalit.
Sejumlah media memberitakan peretas menggunakan nomor asal Indonesia dalam kasus ini.
mau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami sedang memasukkan tuntutan terhadap NSO Group di Amerika Serikat... Tidak bisa menjelaskan secara rinci," kata Direktur Kebijakan WhatsApp Asia Pasifik, Clair Deevy, usai pertemuan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kamis.
WhatsApp belum bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan Indonesia atau rincian lainnya tentang kasus tersebut karena sedang memasukkan tuntutan hukum di AS, yang mereka sebut komitmen untuk melindungi privasi pengguna.
"Kami menghormati privasi setiap orang di seluruh dunia," kata Deevy.
NSO Group diduga membuat spyware Pegasus yang disusupkan ke server WhatsApp untuk meretas pengguna terutama dari negara-negara yang berhubungan dengan Amerika Serikat.
Dikutip dari Reuters, peretasan ini berdampak pada 1.400 pengguna di berbagai negara, antara lain AS, Bahrain, Uni Emirat Arab, India, Pakistan dan Meksiko.
Peretasan ini diduga menargetkan pejabat senior pemerintahan. India menyatakan korban peretasan di negara mereka adalah jurnalis, pengacara, akademisi dan pembela komunitas Dalit.
Sejumlah media memberitakan peretas menggunakan nomor asal Indonesia dalam kasus ini.
mau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019