Kaum milenial diajak untuk mengenali tenun dan songket Indonesia sejak dini sebagai bagian dari kekayaan budaya tanah air.
Ketua Umum dan Penanggung Jawab Acara Pemilihan Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2019 (PPTSI 2019), Anna Mariana, di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya berupaya untuk memperkenalkan kain tradisional Indonesia berupa tenun dan songket kepada generasi milenial.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menggelar acara PPTSI 2019," katanya.
Acara PPTSI 2019 rencananya akan digelar pada Desember 2019 atas kerja sama Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara (CBKN) dan Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI).
Anna Mariana menambahkan upaya pengenalan tenun dan songket kepada kaum milenial itu juga melibatkan Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH) dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) sebagai mitra dalam mewujudkan kegiatan ini.
“Ajang pemilihan ini punya niat luhur. Kami rancang sebagai kegiatan yang mengajak kaum milenial berpartisipasi menjaga sekaligus mengembangkan tenun songket sebagai aset warisan dari leluhur,” kata Anna Mariana.
Pemilihan PPTSI 2019 sejatinya tidak berbeda dengan ajang serupa pada umumnya yakni untuk mencari anak muda pria dan wanita berusia 18-25 tahun.
Selain berpenampilan menarik dan berkepribadian baik, mereka wajib memiliki pengetahuan mengenai pariwisata, budaya juga kekayaan songket dan tenun dari daerah masing-masing.
“Yang membedakan ajang ini dengan pemilihan lain adalah kami memilih dan menilai peserta secara berpasangan,” kata TA Panji Indra, Ketua Panitia Pelaksana.
Para peserta yang dikumpulkan dari 34 provinsi, wajib menampilkan video berdurasi 1 menit berisi pengenalan diri sekaligus bahasan singkat tentang Tenun dan Songket dari daerah peserta.
“Video itu ditayangkan di akun Instagram masing-masing. Mereka juga wajib membuat tulisan sepanjang 5 paragraf tentang kain Tenun dan Songket khas daerahnya!” kata Panji sambil memastikan persyaratan inilah yang akan membedakan PPTSI 2019 dengan ajang sejenis.
Pada saat Grand Final PPTSI 2019, Panitia pelaksana mengharapkan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo hadir untuk menyerahkan piala bergilir bagi pemenang pertama, sekaligus meresmikan Penetapatan Keputusan Presiden (Keppres) tentang tanggal 7 September sebagai “Hari Tenun dan Songket Nasional“
Kepres tentang penetapan Hari Tenun dan Songket Nasional sendiri menurut Kris Budihardjo, Ketua Umum RKIH, hingga kini belum ditandatangani oleh Presiden Jokowi sejak surat permohonannya dikirimkan Prof. Dr. Muhadjir Effendy yang ketika itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Mei 2019.
“Dan hal yang sama juga sudah dibicarakan pula dengan Puan Maharani, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan waktu itu,” kata Kris lagi.
Menurut Kris, tugas utama RKIH dalam ajang PPTSI 2019 ini juga untuk memastikan dan mengawal agar Kepres mengenai penetapan Hari Tenun dan Songket segera diterbitkan.
Lebih lanjut Kris menyebut, salah satu wujud kepribadian bangsa yang berbasis budaya itu adalah kain Tenun dan Songket yang sudah ada sejak ratusan lalu.
Baca juga: 150 kain wastra tokoh nasional dipamerkan di Museum Istana Bogor
Baca juga: Museum Sri Baduga pamerkan 130 kain Nusantara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Ketua Umum dan Penanggung Jawab Acara Pemilihan Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2019 (PPTSI 2019), Anna Mariana, di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya berupaya untuk memperkenalkan kain tradisional Indonesia berupa tenun dan songket kepada generasi milenial.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menggelar acara PPTSI 2019," katanya.
Acara PPTSI 2019 rencananya akan digelar pada Desember 2019 atas kerja sama Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara (CBKN) dan Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI).
Anna Mariana menambahkan upaya pengenalan tenun dan songket kepada kaum milenial itu juga melibatkan Rumah Kreasi Indonesia Hebat (RKIH) dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) sebagai mitra dalam mewujudkan kegiatan ini.
“Ajang pemilihan ini punya niat luhur. Kami rancang sebagai kegiatan yang mengajak kaum milenial berpartisipasi menjaga sekaligus mengembangkan tenun songket sebagai aset warisan dari leluhur,” kata Anna Mariana.
Pemilihan PPTSI 2019 sejatinya tidak berbeda dengan ajang serupa pada umumnya yakni untuk mencari anak muda pria dan wanita berusia 18-25 tahun.
Selain berpenampilan menarik dan berkepribadian baik, mereka wajib memiliki pengetahuan mengenai pariwisata, budaya juga kekayaan songket dan tenun dari daerah masing-masing.
“Yang membedakan ajang ini dengan pemilihan lain adalah kami memilih dan menilai peserta secara berpasangan,” kata TA Panji Indra, Ketua Panitia Pelaksana.
Para peserta yang dikumpulkan dari 34 provinsi, wajib menampilkan video berdurasi 1 menit berisi pengenalan diri sekaligus bahasan singkat tentang Tenun dan Songket dari daerah peserta.
“Video itu ditayangkan di akun Instagram masing-masing. Mereka juga wajib membuat tulisan sepanjang 5 paragraf tentang kain Tenun dan Songket khas daerahnya!” kata Panji sambil memastikan persyaratan inilah yang akan membedakan PPTSI 2019 dengan ajang sejenis.
Pada saat Grand Final PPTSI 2019, Panitia pelaksana mengharapkan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo hadir untuk menyerahkan piala bergilir bagi pemenang pertama, sekaligus meresmikan Penetapatan Keputusan Presiden (Keppres) tentang tanggal 7 September sebagai “Hari Tenun dan Songket Nasional“
Kepres tentang penetapan Hari Tenun dan Songket Nasional sendiri menurut Kris Budihardjo, Ketua Umum RKIH, hingga kini belum ditandatangani oleh Presiden Jokowi sejak surat permohonannya dikirimkan Prof. Dr. Muhadjir Effendy yang ketika itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Mei 2019.
“Dan hal yang sama juga sudah dibicarakan pula dengan Puan Maharani, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan waktu itu,” kata Kris lagi.
Menurut Kris, tugas utama RKIH dalam ajang PPTSI 2019 ini juga untuk memastikan dan mengawal agar Kepres mengenai penetapan Hari Tenun dan Songket segera diterbitkan.
Lebih lanjut Kris menyebut, salah satu wujud kepribadian bangsa yang berbasis budaya itu adalah kain Tenun dan Songket yang sudah ada sejak ratusan lalu.
Baca juga: 150 kain wastra tokoh nasional dipamerkan di Museum Istana Bogor
Baca juga: Museum Sri Baduga pamerkan 130 kain Nusantara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019