Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyatakan dari Januari 2018 hingga September 2019 tercatat ada 188 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) di Provinsi Jabar yang dinyatakan bangkrut dan relokasi dari provinsi ini ke Provinsi Jawa Tengah.
"Akibat gulung tikarnya 188 pabrik garmen tersebut sebanyak 68 ribu lebih pegawai terkena PHK," kata Tim Akselerasi Jabar Juara untuk Bidang Ketenakerjaan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat Hemasari Dharmabumi, disela-sela acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Hema mengatakan mayoritas perusahaan TPT di Provinsi Jawa Barat yang bangkrut dan relokasi ke wilayah lain karena dibukanya keran impor tekstil dari China.
"Dan mayoritas perusahaan garmen di Jabar yang gulung tikar itu berasal di wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung," kata dia.
Selain karena dibukanya keran impor tekstil dari China, kata dia, faktor lain yang menyebabkan pabrik garmen di Jabar, khususnya di Majalaya bangkrut karena mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tekstil.
"Jadi di Majalaya itu industrinya sudah tua dan bahkan di tahun 2019 ternyata masih ada alat tenun yang dipakai oleh pabrik garmen di sana yang buka mesin," kata dia.
Menurut dia, Disnakertrans Provinsi Jabar telah melakukan berbagai upaya agar keberadaan pabrik tekstil yang ada saat ini tidak gulung tikar seperti kebijakan pengupahan.
"Kebijakan pengupahan sedang kita upayakan dengan menggalang seluruh stakeholder di bidang garmen, yakni perusahaan ada perkumpulan baru yaitu Perkumpulan Perusahaan Tekstil Jabar yang anggotanya sudah 340 pabrik garmen sudah masuk ke perkumpulan ini," kata dia.
Saat ini, lanjut Hema, pihaknya juga mendorong agar serikat pekerja perusahaan garmen memiliki keanggotaan yang cukup agar membuat Rembug Jabar untuk menyelamatkan industri tekstil dan garmen.
Dia menjelaskan Rembung Jabar untuk menyelematkan industri tekstil dan garmen tersebut bentuknya LKS Tripartit Sektoral.
"Kemudian Pak Kadisnakertrans Jabar juga sudah melakukan upaya untuk membangun hubungan langsung dengan buyer yang selama ini tidak pernah tersentuh," kata dia.
Baca juga: API Jawa Barat desak PLN pangkas tagihan listrik usaha tekstil
Baca juga: Ini langkah Bank Mandiri merevitalisasi industri tekstil di Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Akibat gulung tikarnya 188 pabrik garmen tersebut sebanyak 68 ribu lebih pegawai terkena PHK," kata Tim Akselerasi Jabar Juara untuk Bidang Ketenakerjaan Disnakertrans Provinsi Jawa Barat Hemasari Dharmabumi, disela-sela acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Hema mengatakan mayoritas perusahaan TPT di Provinsi Jawa Barat yang bangkrut dan relokasi ke wilayah lain karena dibukanya keran impor tekstil dari China.
"Dan mayoritas perusahaan garmen di Jabar yang gulung tikar itu berasal di wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung," kata dia.
Selain karena dibukanya keran impor tekstil dari China, kata dia, faktor lain yang menyebabkan pabrik garmen di Jabar, khususnya di Majalaya bangkrut karena mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tekstil.
"Jadi di Majalaya itu industrinya sudah tua dan bahkan di tahun 2019 ternyata masih ada alat tenun yang dipakai oleh pabrik garmen di sana yang buka mesin," kata dia.
Menurut dia, Disnakertrans Provinsi Jabar telah melakukan berbagai upaya agar keberadaan pabrik tekstil yang ada saat ini tidak gulung tikar seperti kebijakan pengupahan.
"Kebijakan pengupahan sedang kita upayakan dengan menggalang seluruh stakeholder di bidang garmen, yakni perusahaan ada perkumpulan baru yaitu Perkumpulan Perusahaan Tekstil Jabar yang anggotanya sudah 340 pabrik garmen sudah masuk ke perkumpulan ini," kata dia.
Saat ini, lanjut Hema, pihaknya juga mendorong agar serikat pekerja perusahaan garmen memiliki keanggotaan yang cukup agar membuat Rembug Jabar untuk menyelamatkan industri tekstil dan garmen.
Dia menjelaskan Rembung Jabar untuk menyelematkan industri tekstil dan garmen tersebut bentuknya LKS Tripartit Sektoral.
"Kemudian Pak Kadisnakertrans Jabar juga sudah melakukan upaya untuk membangun hubungan langsung dengan buyer yang selama ini tidak pernah tersentuh," kata dia.
Baca juga: API Jawa Barat desak PLN pangkas tagihan listrik usaha tekstil
Baca juga: Ini langkah Bank Mandiri merevitalisasi industri tekstil di Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019