Kopi robusta unggulan atau fine robusta diklaim mampu meningkatkan kesejahteraan petani kopi karena harga biji kopi yang jauh lebih mahal dibanding robusta biasa untuk industri komersial.

"Robusta komersial sekilo cuma Rp18.000, untuk petani margin-nya tipis, tidak memberi insentif untuk petani mengembangkan pertanian," ujar pemilik pabrik sekaligus merek Negeri Kopi-Sarongge Tosca Santoso kepada Antara dalam diskusi "Robusta Bercerita" di Kedai Tempo, Jakarta Timur, Selasa.

Sebagai perbandingan, Tosca mengatakan fine robusta dapat dihargai Rp50.000 hingga Rp60.000 per kilo.

Kopi robusta lebih banyak dipakai secara komersil sebagai bahan baku kopi dalam kemasan saset atau kopi yang dibeli murah untuk diekspor keluar negeri untuk industri yang biasa ditemui di supermarket.



Di sisi lain, kopi fine robusta disebut menjadi salah satu cara meningkatkan pendapatan petani dengan luas lahan yang sama.

Namun, menurut Tosca, para petani masih enggan menanam biji kopi robusta unggulan tersebut karena jumlah permintaan pasar yang masih sedikit.

Tosca mengatakan edukasi dan perkenalan fine robusta perlu digalakkan kepada konsumen agar segmen pasar untuk produk tersebut meningkat dan diharapkan membuka peluang bagi para petani kopi.

"Jangan minum kopi asal, asal kopi. Tapi, robusta yang baik ada lho. Kalau peluangnya ada, petani mau menanam karena harganya bagus," kata Tosca.



Selain edukasi kepada konsumen agar permintaan fine robusta meningkat, petani juga perlu diedukasi untuk memperbaiki kualitas produksi kopi melalui cara panen dan pengolahan pascapanen.

Tosca menyebut produksi untuk kopi robusta sebanyak 80 persen dari total produksi 750 ribu ton kopi di Indonesia. Tapi, hanya lima persen diantaranya yang diperkirakan merupakan fine robusta.

Meski saat ini tingkat konsumsi dan produksi fine robusta masih sangat rendah, Tosca optimistis angka tersebut akan terus tumbuh seiring dengan fase kopi gelombang ketiga ketika konsumen mulai mengapresiasi rasa kopi dari asalnya.

"Saat ini, belum banyak orang yang tahu fine robusta. Memang harus berusaha. Tapi, tren orang menggemari kopi spesial tumbuh di Indonesia," kata Tosca.



Pemerintah diharapkan mendorong konsumsi fine robusta lewat edukasi dengan memperkenalkan fine robusta dalam pameran-pameran di luar negeri.

Hal senada juga disampaikan cupper sekaligus roaster, Gemawan Wahyadhiatmika. Menurut Gemawan, edukasi mengenai fine robusta dapat dimulai dari pemerintah daerah.

"Mungkin pemerintah daerah dapat mempromosikan kopi mereka sendiri, jadi branding. Misalnya kopi dari Lampung, kopi dari Bogor, perbedaan-nya seperti itu. Promosi itu akan menaikkan nama mereka sendiri," ujar pria yang akrab disapa Gerry itu.
 

Pewarta: Arindra Meodia

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019