Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) bekerja sama dengan yayasan konsultan pendidikan Indonesia Jepang yakni Sentra Global Edukasi (SGE) Indonesia terkait program beasiswa pendidikan perawat lansia bersertifikat Jepang (Japan Certified Care Worker).

"Kami berkomitmen dalam peningkatan mutu pendidikan dan pemahaman Global untuk pelajar SMA dan SMK di Provinsi Jabar  melalui program pendidikan ke Jepang yang dituangkan dalam konsep Japan Indonesia Students Net atau JISN," kata CEO SGE Rudi Subiyanto, di Bandung, Selasa.

Rudi mengatakan sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut maka pihaknya dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Okayama Institute of Languages, Konan Gakuen dan Konan Group Welfare Hospital Kochi Jepang,  menyelenggarakan "Seminar Program Beasiswa Pendidikan Perawat Lansia Bersertifikat Jepang (Japan Certified Care worker) bagi siswa/i lulusan SMA dan SMK Keperawatan se Jawa Barat", di Aula Tikomdik Gedung Disdik Jabar Kota Bandung.

Menurut dia, Program Beasiswa Pendidikan ini adalah program ikatan kontrak pendidikan dan bekerja di Jepang dengan beberapa skema. 

Skemanya meliputi Pendidikan Bahasa Jepang selama satu tahun enam bulan di Okayama Institute of Languages, Pendidikan di Akademi Care Worker selama dua tahun, dan Jaminan pekerjaan selama tiga tahun di beberapa rumah sakit lansia di Jepang sebagai tenaga perawat lansia bersertifikasi (Certified Care worker).

Menurut dia, selama mengikuti rangkaian pendidikan di Jepang, kata dia, siswa akan mendapatkan pekerjaan paruh waktu dan penghasilan untuk memenuhi biaya hidupnya selama di Jepang. 

"Alhamdulillah siswa SMK yang mengikuti program ini, sudah ada enam angkatan sebanyak 105 siswa," kata dia.

Dia mengatakan tenaga kerja lulusan SMK asal Jawa Barat kian diminati oleh berbagai perusahaan di Jepang namun, dorongan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini masih sangat dibutuhkan.

"Khususnya dukungan untuk memasukkan para lulusan SMK atau SMA ini dalam rangkaian pendidikan supaya bisa bersekolah bahasa di Jepang, bekerja paruh waktu, sampai akhirnya bekerja sebagai profesional di Jepang," kata Rudi.

Lebih lanjut ia mengatakan konsep magang bagi para lulusan SMA dan SMK asal Jabar di luar negeri, khususnya Jepang, harus mulai ditinggalkan.

Pemagangan ini akan menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri karena setelah program magangnya selesai, lulusan SMA atau SMK ini akan kembali ke Tanah Air dan kembali menganggur.

Penumpukan pengangguran ini, kata dia, akan terjadi karena setelah mendapat gaji yang tinggi di luar negeri, para mantan pemagang ini harus kembali mencari kerja di Tanah Air tanpa sertifikat atau peningkatan pendidikan, sedangkan usia produktif pun nyaris terlewati dan gaji di Indonesia yang biasanya lebih rendah.

"Sehingga komitmen kami adalah menyekolahkan para lulusan SMA dan SMK ini ke Jepang selama tiga tahun, kerja paruh waktu, dan kerja selama tiga tahun. Selama ini di masyarakat, banyak yang bangga kalau anaknya magang. Dan stigma magang harus dihapus karena nantinya malah akan jadi bumerang bagi Tanah Air," kata Rudi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika, menyampaikan bahwa program kerja sama pendidikan dalam konsep program Japan Indonesia 
Student Net.

Pihaknya menyatakan program ini akan membantu meningkatkan mutu pendidikan dalam penyerapan lulusan SMA dan SMK di Provinsi Jawa Barat.



 

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019