Alvara Research Center merilis hasil survei yang menunjukkan Go-Pay milik GoJek menjadi dompet digital yang paling banyak digunakan oleh generasi milenial di Indonesia.
"Pada kategori layanan digital payment, Go-Pay tercatat digunakan 67,9 persen responden," kata Pendiri dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Survei tersebut melibatkan responden yang lahir pada 1981-1997 di wilayah Jabodetabek, Bali, Padang, Yogyakarta, dan Manado dengan metode wawancara tatap muka serta cluster random sampling.
Jumlah sampel dalam survei yang dilakukan pada 3-20 April 2019 itu adalah 1.204 responden dengan margin of error 2,89 persen.
Posisi kedua berdasarkan hasil survei itu ditempati OVO, yang digunakan Grab untuk layanan pembayaran digitalnya. Hasil survei menunjukkan OVO dipakai oleh 33,8 persen responden.
Layanan Dana dan LinkAja berturut-turut menempati urutan ketiga dan keempat. Hasil survei mencatat Dana dan LinkAja dimanfaatkan oleh 8,5 persen dan 0,3 persen responden.
Survei Alvara juga menyimpulkan bahwa platform GoJek di dua kategori e-commerce lainnya unggul dibanding layanan dompet digital lain. Dua kategori yang dimaksud adalah layanan transportasi online atau panggilan kendaraan dan pengantaran makanan (food delivery).
Hasil survei tersebut menunjukkan 70,4 persen responden menggunakan layanan transportasi online GoJek. Sedangkan layanan serupa milik Grab hanya digunakan oleh 45,7 persen responden.
Pada layanan pengantaran makanan, Go-Food digunakan oleh 71,7 persen responden. Sedangkan Grab Food digunakan oleh 39,9 persen responden.
Hasanuddin mengatakan GoJek lebih ungggul dibanding dompet digital lain karena memiliki layanan yang terintegrasi dengan fasilitas pembayaran di bawah satu bendera.
"Kami melihat GoJek memiliki keunggulan khusus dibanding yang lain, yaitu secara ekosistem dan layanan sudah terintegrasi," ujar Hasanuddin.
Selain itu, tiga produk jasa GoJek juga unggul karena berstatus sebagai salah satu pelopor dalam kategori layanan itu.
Meski demikian, GoJek dan Grab tidak memiliki banyak perbedaan dari aspek jumlah pengguna. Faktor layanan Grab yang tidak terintegrasi diduga mempengaruhi pilihan konsumen untuk menggunakan layanan dompet digital OVO.
Baca juga: Tarif baru ojek daring diberlakukan di 41 kota dibagi 3 zonasi
Baca juga: Selama 2018, Gojek sumbang Rp2,1 triliun untuk perekonomian Kota Bandung
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Pada kategori layanan digital payment, Go-Pay tercatat digunakan 67,9 persen responden," kata Pendiri dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Survei tersebut melibatkan responden yang lahir pada 1981-1997 di wilayah Jabodetabek, Bali, Padang, Yogyakarta, dan Manado dengan metode wawancara tatap muka serta cluster random sampling.
Jumlah sampel dalam survei yang dilakukan pada 3-20 April 2019 itu adalah 1.204 responden dengan margin of error 2,89 persen.
Posisi kedua berdasarkan hasil survei itu ditempati OVO, yang digunakan Grab untuk layanan pembayaran digitalnya. Hasil survei menunjukkan OVO dipakai oleh 33,8 persen responden.
Layanan Dana dan LinkAja berturut-turut menempati urutan ketiga dan keempat. Hasil survei mencatat Dana dan LinkAja dimanfaatkan oleh 8,5 persen dan 0,3 persen responden.
Survei Alvara juga menyimpulkan bahwa platform GoJek di dua kategori e-commerce lainnya unggul dibanding layanan dompet digital lain. Dua kategori yang dimaksud adalah layanan transportasi online atau panggilan kendaraan dan pengantaran makanan (food delivery).
Hasil survei tersebut menunjukkan 70,4 persen responden menggunakan layanan transportasi online GoJek. Sedangkan layanan serupa milik Grab hanya digunakan oleh 45,7 persen responden.
Pada layanan pengantaran makanan, Go-Food digunakan oleh 71,7 persen responden. Sedangkan Grab Food digunakan oleh 39,9 persen responden.
Hasanuddin mengatakan GoJek lebih ungggul dibanding dompet digital lain karena memiliki layanan yang terintegrasi dengan fasilitas pembayaran di bawah satu bendera.
"Kami melihat GoJek memiliki keunggulan khusus dibanding yang lain, yaitu secara ekosistem dan layanan sudah terintegrasi," ujar Hasanuddin.
Selain itu, tiga produk jasa GoJek juga unggul karena berstatus sebagai salah satu pelopor dalam kategori layanan itu.
Meski demikian, GoJek dan Grab tidak memiliki banyak perbedaan dari aspek jumlah pengguna. Faktor layanan Grab yang tidak terintegrasi diduga mempengaruhi pilihan konsumen untuk menggunakan layanan dompet digital OVO.
Baca juga: Tarif baru ojek daring diberlakukan di 41 kota dibagi 3 zonasi
Baca juga: Selama 2018, Gojek sumbang Rp2,1 triliun untuk perekonomian Kota Bandung
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019