Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil meminta agar Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) untuk lebih pro-aktif mengecek kondisi kesehatan jamaah calon haji asal Jawa Barat, karena hampir 67 persen calon haji di provinsi ini masuk dalam ketegori risiko tinggi kesehatan.
"Kita mengantisipasi di tim haji daerah itu ada tim kesehatan yang sudah saya tugaskan lebih pro-aktif dengan data tadi hampir 60-an persen rawan atau risti (risiko tinggi)," kata Gubernur Emil di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Gubernur Emil mengatakan ibadah haji adalah ibadah yang membutuh kondisi fisik prima sehingga dirinya berpesan agar jamaah calon haji benar-benar mempersiapkan diri, khususnya secara fisik.
"Ibadah haji ialah ibadah yang paling berat secara fisik. Oleh karena itu pastikan setiap hari mengecek kesehatan," kata dia.
Selain itu, dirinya juga berpesan kepada calon jamaah haji agar jangan sampai dehidrasi saat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci karena musim haji tahun ini jatuhnya di musim panas.
"Suhu di Tanah Suci akan sangat tinggi jangan sampai puncak haji atau saat wukuf di Arafah-nya terkendala. Nah jangan sampai dehidrasi," kata dia.
Sebelumnya, sekitar 67 persen anggota jamaah haji Provinsi Jawa Barat tahun ini masuk dalam kategori berisiko tinggi dalam hal kesehatan menurut Dinas Kesehatan setempat.
"Kalau berdasarkan data yang ada, itu sekitar 67 persen jamaah calon haji asal Jabar tergolong dalam risiko tinggi atau risti," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti.
Berli mengatakan calon haji dimasukkan dalam kategori berisiko tinggi kalau memiliki riwayat penyakit dan berusia lanjut.
Ia menjelaskan pula bahwa pada musim haji tahun ini penyakit yang menghantui jamaah haji sudah bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Pada musim haji tahun sebelumnya penyakit menular seperti sindrom pernafasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/Mers), sindrom pernafasan akut (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS), hepatitis hingga meningitis membayangi jamaah.
"Untuk musim haji tahun 2019 ini tidak lagi karena sudah menggunakan vaksin dan rata rata jamaah haji Jabar sudah mendapatkan vaksin yang lengkap," kata Berli, menambahkan jamaah calon haji juga telah memperoleh vaksin flu dan sebagian menjalani vaksinasi tifoid untuk mencegah penularan penyakit.
Musim haji tahun ini, ia menjelaskan, penyakit tidak menular seperti kanker dan hipertensi yang menghantui jamaah haji Indonesia.
"Sebagai contohnya, hipertensi kemudian juga karena sudah terlalu sepuh, kemudian ada juga karena faktor kegemukan, ada juga yang baru ketahuan menderita kanker yang sebelumnya belum diketahui," kata Berli.
Ia mengimbau jamaah haji menjaga kesehatan selama berada di Tanah Suci, antara lain dengan menjaga pola makan-minum dan istirahat teratur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kita mengantisipasi di tim haji daerah itu ada tim kesehatan yang sudah saya tugaskan lebih pro-aktif dengan data tadi hampir 60-an persen rawan atau risti (risiko tinggi)," kata Gubernur Emil di Gedung Sate Bandung, Jumat.
Gubernur Emil mengatakan ibadah haji adalah ibadah yang membutuh kondisi fisik prima sehingga dirinya berpesan agar jamaah calon haji benar-benar mempersiapkan diri, khususnya secara fisik.
"Ibadah haji ialah ibadah yang paling berat secara fisik. Oleh karena itu pastikan setiap hari mengecek kesehatan," kata dia.
Selain itu, dirinya juga berpesan kepada calon jamaah haji agar jangan sampai dehidrasi saat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci karena musim haji tahun ini jatuhnya di musim panas.
"Suhu di Tanah Suci akan sangat tinggi jangan sampai puncak haji atau saat wukuf di Arafah-nya terkendala. Nah jangan sampai dehidrasi," kata dia.
Sebelumnya, sekitar 67 persen anggota jamaah haji Provinsi Jawa Barat tahun ini masuk dalam kategori berisiko tinggi dalam hal kesehatan menurut Dinas Kesehatan setempat.
"Kalau berdasarkan data yang ada, itu sekitar 67 persen jamaah calon haji asal Jabar tergolong dalam risiko tinggi atau risti," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti.
Berli mengatakan calon haji dimasukkan dalam kategori berisiko tinggi kalau memiliki riwayat penyakit dan berusia lanjut.
Ia menjelaskan pula bahwa pada musim haji tahun ini penyakit yang menghantui jamaah haji sudah bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Pada musim haji tahun sebelumnya penyakit menular seperti sindrom pernafasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/Mers), sindrom pernafasan akut (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS), hepatitis hingga meningitis membayangi jamaah.
"Untuk musim haji tahun 2019 ini tidak lagi karena sudah menggunakan vaksin dan rata rata jamaah haji Jabar sudah mendapatkan vaksin yang lengkap," kata Berli, menambahkan jamaah calon haji juga telah memperoleh vaksin flu dan sebagian menjalani vaksinasi tifoid untuk mencegah penularan penyakit.
Musim haji tahun ini, ia menjelaskan, penyakit tidak menular seperti kanker dan hipertensi yang menghantui jamaah haji Indonesia.
"Sebagai contohnya, hipertensi kemudian juga karena sudah terlalu sepuh, kemudian ada juga karena faktor kegemukan, ada juga yang baru ketahuan menderita kanker yang sebelumnya belum diketahui," kata Berli.
Ia mengimbau jamaah haji menjaga kesehatan selama berada di Tanah Suci, antara lain dengan menjaga pola makan-minum dan istirahat teratur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019