Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan keluarga adalah lembaga terpenting dalam membangun bangsa sebab keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk kepribadian anak bangsa dan kehidupan bernegara.
"Keluarga memiliki delapan fungsi, yaitu fungsi agama, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi reproduksi, fungsi sosial budaya, serta yang kedelapan adalah fungsi lingkungan," kata Gubernur Emil saat menjadi Pembina Upacara Peringatan Harganas (Hari Keluarga Nasional) ke-26 Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Senin.
"Bila di implementasikan (kedelapan fungsi keluarga tersebut), niscaya akan tumbuh anak bangsa Indonesia yang memiliki karakter kuat dan kepribadian terpuji apalagi dalam situasi dan kondisi yang serba transparan saat ini," lanjutnya.
Gubernur Emil mengatakan pandangan keluarga baik pada masa lalu belum tentu diterima oleh keluarga masa kini dan hal itu karena perubahan lingkungan strategis terjadi sangat cepat dan kehadiran revolusi industri 4.0.
Pada tatanan keluarga, situasi tersebut membuat waktu berkumpul yang berkualitas mulai terabaikan. Kemudian, muncul kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak karena keterbatasan waktu untuk mendengarkan keluh kesah atau masalah, terutama pada anak remaja.
Selain itu, lanjut Emil, keluarga kerap tidak tanggap atau kurang peduli pada kejadian-kejadian di lingkungan sekitar. Pada akhirnya, budaya gotong royong antar warga, antar masyarakat, bisa dikatakan, hampir luntur.
"Tantangan keluarga hari ini makin besar pada revolusi industri yang membuat kadang-kadang kualitas komunikasi keluarga menjadi tereduksi. Ada tantangan-tantangan generasi muda terkait bahaya narkoba, pernikahan dini, dan lain-lain," kata Emil.
Oleh karena itu, Emil menyatakan bahwa atensi Pemerintah Pusat maupun Pemdaprov Jawa Barat tertuju pada program-program penguatan fundamental keluarga. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Barat adalah 621.
"Kita ada program dari nasional, program 621 yaitu berharap setiap jam enam sore sampai jam sembilan malam kita tidak melakukan adanya kegiatan bergadget. Maksudnya, agar dijadikan momentum untuk bersama keluarga," katanya.
Emil juga menyatakan bahwa kunci keluarga kuat, sehat, dan bahagia terletak pada waktu berkumpul dan kualitas komunikasi dengan semua anggota keluarga. Jika dua hal itu diimplementasikan dengan baik, membentuk keluarga harmonis dan bahagia bukan perkara sulit.
"Kuncinya adalah memberi ruang kepada setiap anggota keluarga untuk punya waktu yang berkualitas dengan sesama anggota keluarganya. Hanya itu. Tanpa itu mau semewah sekaya apapun kalau tidak berkualitas waktu di sini tidak menjadi keluarga yang harmonis," katanya.
Lebih lanjut Gubernur Emil mengatakan bahwa program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Indonesia, secara kuantitas dan kualitas, berjalan dengan baik.
"Rata-rata wanita usia subur melahirkan (TFR) dari 6.7 pada tahun 1970 menjadi 2,4 pada tahun 2018. Ini rata-rata jumlah anak setiap wanita usia subur 2-3 orang anak. Secara kualitas penggunaan alat kontrasepsi sudah banyak yang menyukai metode jangka panjang," katanya.
"Di samping itu, kegiatan-kegiatan dalam upaya meningktatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga terus berkembang di masyarakat. Keberhasilan tersebut tentu berkat komitmen yang kuat para pemangku kepentingan dengan para mitra kerja BKKBN," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Keluarga memiliki delapan fungsi, yaitu fungsi agama, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi reproduksi, fungsi sosial budaya, serta yang kedelapan adalah fungsi lingkungan," kata Gubernur Emil saat menjadi Pembina Upacara Peringatan Harganas (Hari Keluarga Nasional) ke-26 Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Senin.
"Bila di implementasikan (kedelapan fungsi keluarga tersebut), niscaya akan tumbuh anak bangsa Indonesia yang memiliki karakter kuat dan kepribadian terpuji apalagi dalam situasi dan kondisi yang serba transparan saat ini," lanjutnya.
Gubernur Emil mengatakan pandangan keluarga baik pada masa lalu belum tentu diterima oleh keluarga masa kini dan hal itu karena perubahan lingkungan strategis terjadi sangat cepat dan kehadiran revolusi industri 4.0.
Pada tatanan keluarga, situasi tersebut membuat waktu berkumpul yang berkualitas mulai terabaikan. Kemudian, muncul kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak karena keterbatasan waktu untuk mendengarkan keluh kesah atau masalah, terutama pada anak remaja.
Selain itu, lanjut Emil, keluarga kerap tidak tanggap atau kurang peduli pada kejadian-kejadian di lingkungan sekitar. Pada akhirnya, budaya gotong royong antar warga, antar masyarakat, bisa dikatakan, hampir luntur.
"Tantangan keluarga hari ini makin besar pada revolusi industri yang membuat kadang-kadang kualitas komunikasi keluarga menjadi tereduksi. Ada tantangan-tantangan generasi muda terkait bahaya narkoba, pernikahan dini, dan lain-lain," kata Emil.
Oleh karena itu, Emil menyatakan bahwa atensi Pemerintah Pusat maupun Pemdaprov Jawa Barat tertuju pada program-program penguatan fundamental keluarga. Salah satu program yang dicanangkan pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Barat adalah 621.
"Kita ada program dari nasional, program 621 yaitu berharap setiap jam enam sore sampai jam sembilan malam kita tidak melakukan adanya kegiatan bergadget. Maksudnya, agar dijadikan momentum untuk bersama keluarga," katanya.
Emil juga menyatakan bahwa kunci keluarga kuat, sehat, dan bahagia terletak pada waktu berkumpul dan kualitas komunikasi dengan semua anggota keluarga. Jika dua hal itu diimplementasikan dengan baik, membentuk keluarga harmonis dan bahagia bukan perkara sulit.
"Kuncinya adalah memberi ruang kepada setiap anggota keluarga untuk punya waktu yang berkualitas dengan sesama anggota keluarganya. Hanya itu. Tanpa itu mau semewah sekaya apapun kalau tidak berkualitas waktu di sini tidak menjadi keluarga yang harmonis," katanya.
Lebih lanjut Gubernur Emil mengatakan bahwa program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Indonesia, secara kuantitas dan kualitas, berjalan dengan baik.
"Rata-rata wanita usia subur melahirkan (TFR) dari 6.7 pada tahun 1970 menjadi 2,4 pada tahun 2018. Ini rata-rata jumlah anak setiap wanita usia subur 2-3 orang anak. Secara kualitas penggunaan alat kontrasepsi sudah banyak yang menyukai metode jangka panjang," katanya.
"Di samping itu, kegiatan-kegiatan dalam upaya meningktatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga terus berkembang di masyarakat. Keberhasilan tersebut tentu berkat komitmen yang kuat para pemangku kepentingan dengan para mitra kerja BKKBN," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019