Langkah tersebut akan meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah seiring kembali memanasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Rupiah melemah 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp14.410 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.375 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu, mengatakan China siap untuk menggunakan komoditas kimia, logam tanah jarang, untuk menyerang balik dalam perang dagang dengan AS.

"Langkah tersebut akan meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu," ujar Ibrahim.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin (27/5) lalu bahwa Washington belum siap untuk membuat kesepakatan dengan China.

Di sisi lain, Indeks Kepercayaan Konsumen di AS pada Mei 2019 versi Conference Board tercatat 134,1, naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018. Artinya, konsumen AS masih optimistis menatap masa depan.

Konsumen masih berencana untuk meningkatkan belanja, yang bakal menjadi fondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70 persen dalam pembentukan PDB di Amerika Serikat.

"Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga, sehingga dengan data yang positif itu bisa saja The Fed (Federal Reserve) tidak jadi menurunkan suku bunga acuan tahun ini," ujar Ibrahim.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.387 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak pada kisaran Rp14.385 per dolar AS hingga Rp14.433 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.417 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.380 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah bergerak stabil jelang libur panjang, dekati Rp14.400

Baca juga: Dolar menguat didukung data positif ekonomi AS

Baca juga: Pasar saham Asia jatuh, obligasi reli akibat khawatir ekonomi global


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019