Taiwan adalah rumah bagi lebih dari 170 ribu Muslim yang dapat menjalankan ibadah di enam masjid di Taipei, Taoyuan, Taichung, Tainan dan Kaohsiung.
 Usai mendarat di  Taoyuan International Airport, Taiwan, beberapa hari lalu, seorang warga negara  Indonesia menerima  pesan Whatsapp dari isterinya yang mengabarkan bahwa sajadahnya ketinggalan di rumah.

Padahal sajadah merupakan salah satu perlengkapan yang selalu dibawanya jika bepergian untuk memudahkan menjalankan shalat  terutama jika harus shalat di dalam hotel atau tempat dimana tidak ada perlengkapan shalat.
     
Dia mengaku agak tergesa-gesa mengemas isi koper sehingga sajadah warna kombinasi merah putih  selalu dibawa saat bepergian tidak masuk dalam kopernya.
   
"Gak apa-apa, nanti bisa pakai alas seadanya di hotel," katanya saat membalas pesan Whatsapp.
     
Dengan agak menyesal karena lupa bawa sajadah, dia meninggalkan bandara karena mobil yang menjemputnya sudah siap mengantarnya ke salah satu hotel berbintang 5 di Kota Taipei.
    
Ketika membuka kamar hotel, dia agak terkejut sebab di atas meja sudah ada sajadah berwarna merah hati dan disampingnya ada Al Quran yang disertai terjemahan dalam bahasa Mandarin.
    
Saat membuka laci meja, dia menemukan ada gambar panah hijau yang di dalamnya bertuliskan "QIBLAH".  Dia pun menyimpulkan bahwa arah panah menunjukkan kiblat shalat bagi seorang  Muslim.
    
"Saya langsung shalat Magrib dan Isya dengan sajadah itu. Bentuk sajadah mirip dengan yang ada di Indonesia," katanya.
    
Namun, seorang jurnalis asal Malaysia, Ruzy Adila tidak menemukan sajadah dan Al Quran dan hanya menemukan penanda arah kiblat di laci meja.
   
"Saya bawa alat shalat kok. Lumayan ada penunjuk arah shalat," katanya.
   
Ruzy berada di Taipei karena diundang Kementerian Luar Negeri Taiwan  bersama puluhan jurnalis dari 20 negara untuk menghadiri perayaan Hari Nasional Sepuluh Kembar (Double Tenth National Day).
    
Hari itu merujuk pada  dimulainya pemberontakan  10  Oktober 1911  yang memicu runtuhnya Dinasti Qing  sehingga berdirinya negara republik pada 1 Januari 1912.
   
Tidak hanya itu, di salah satu sudut ruangan gedung Taipei 101 juga ada petunjuk  arah kiblat  di ruang observatori yang selalu dibanjiri pengunjung dari berbagai negara setiap hari.
    
Petunjuk kiblat itu tertempel di sisi dalam dinding gedung yang masuk 10 pencakar langit tertinggi di dunia. Gedung itu telah menjadi salah satu ikon kemajuan pembangunan Taiwan.
   
Petunjuk kiblat ada dalam dua bahasa yakni Mandarin dan bahasa Inggris "Mecca Direction. QIBLAH".
   
Keberadaan sajadah, Al Quran dan petunjuk kibat di hotel dan tempat wisata itu merupakan bagian dari upaya Taiwan untuk menjaring wisatawan Muslim yang akhir-akhir ini terus gencar dilakukan.
   
Pemerintah Taiwan menyadari bahwa wisatawan Muslim harus betah saat berkunjung sehingga menyediakan sarana shalat yang menjadi kewajiban setidaknya lima kali dalam sehari.
    
Selain negara-negara Timur Tengah, wisatawan dari Malaysia dan Indonesia yang berpendudukan mayoritas Muslim menjadi sasaran bagi pemerintah Taiwan.   
    
Boleh dikata, Taiwan kini sedang merayu wisatawan beragama Islam untuk berkunjung ke negara itu. Tentu saja ujung-ujungnya wisatawan adalah mendatangkan devisa dan menjadi salah satu penggerak ekonomi.


Mushola
  
Sementara itu,  Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO) Jakarta, John Chen,  pada acara promosi wisata Taiwan di Jakarta, awal Oktober 2018 menjelaskan  sejumlah stasiun dan transportasi umum lainnya, serta lokasi-lokasi wisata di Taiwan telah dilengkapi dengan fasilitas yang ramah bagi pengunjung Muslim, seperti adanya mushola atau masjid.
   
Taiwan terus mengembangkan ruangan mushola  di  setiap ruang publik, seperti di Stasiun Kereta Api Taipei, Kaohsiung, dan Hualien, Stasiun Kereta Cepat Taichung, dan di Museum Istana Nasional.
   
"Dengan semua upaya yang dilakukan oleh sektor publik dan swasta kami, ada lebih dari 189 ribu orang Indonesia yang melakukan perjalanan ke Taiwan pada tahun 2017," kata Duta Besar Chen, seraya menambahkan bahwa jumlah tersebut mengalami pertumbuhan 46 persen dibandingkan pada 2016.
   
Pada tahun 2018, Taiwan berharap jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Pulau Formosa akan meningkat menjadi 250.000 orang, katanya.
   
"Dengan kelas menengah yang sedang booming di Indonesia dan mencari tujuan wisata yang menyenangkan di luar negeri, kami percaya lebih banyak warga Indonesia tertarik mengunjungi Taiwan. Kami yakin bahwa mengunjungi Taiwan akan memberi pengalaman yang tak terlupakan karena banyak hal menarik yang ditawarkan," ujar Duta Besar Chen.
   
Pada kesempatan yang sama, Ketua Organisasi Promosi Wisata Taiwan (Taiwan Visitor Association/ TVA), Yeh Chu Lan, mengatakan Indonesia adalah pasar Muslim terbesar bagi Taiwan, dan masyarakatnya merupakan teman bagi Taiwan.
   
Penerbit panduan perjalanan terbesar di dunia, Fodor, menempatkan Taiwan di peringkat ke-12 di antara 52 tujuan wisata yang harus dikunjungi pada tahun 2018. Peringkat ini lebih tinggi dari Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong.
    
Sementara itu, Indeks Wisata Muslim Global (GMTI)  yang dikeluarkan oleh Mastercard 2018 menyebutkan bahwa Taiwan menempati peringkat kelima sebagai tujuan wisata Muslim terbaik dari negara atau entitas non-Muslim. Peringkat tersebut melampaui Jerman, Australia, dan Amerika Serikat.



Masjid
   
Sedangkan buku panduan "Wisata Taiwan Bagi Muslim" yang diterbitkan Biro Wisata, Kementerian Transportasi dan Komunikasi Taiwan menyebutkan ada enam masjid yang berada di Taiwan.
    
Masjid-masjid itu adalah Masjid Raya Taipei di persimpangan Taman Daan yang berdiri 1960,  lalu Masjid Kebudayaan Taipei yang berlantai lima dan dibangun pada  1984, dan Masjid Long Gang di Zhongli, wilayah Taoyuan yang dibuka pada 1964.
    
Tiga masjid lainnya adalah Masjid Taichung yang yang  berdiri sejak 1949, Masjid Tainan yang dipakai tahun 1996 dan Masjid Kaohsiung  telah berdiri selama empat dekade  dan direnovasi pada 1992.
   
"Taiwan adalah rumah bagi lebih dari 170 ribu Muslim yang dapat menjalankan ibadah di enam masjid di Taipei, Taoyuan, Taichung, Tainan dan Kaohsiung," kata Direktur Umum Biro Pariwisata Taiwan  Chou, Yung-Hui dalam buku panduan itu.
      
Chou mengatakan agar kunjungan menyenangkan maka Biro Pariwisata mengajak para ulama internasional dan ahli dari Perhimpunan Muslim Tiongkok untuk meninjau langsung dan merencanakan rute perjalanan khusus serta membantu managemen hotel, tempat rekreasi dan restoran memperoleh sertifikat halal bagi semua produk dan layanan.
    
Dengan  berbagai langkah itu,  maka diharapkan wisatawan Muslim makin mudah untuk menjalankan shalat selama melancong di Taiwan.*

Baca juga: Taiwan sumbang mesin air bersih bagi Sulteng

Baca juga: Bantuan Taiwan capai Rp15 miliar


 

Pewarta: Santoso
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018