Kelompok-kelompok masyarakat makin nekad berbuat anarkis pada polisi."
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Police Watch (IPW) mencatat selama sembilan bulan terakhir dari Januari sampai September 2013, sebanyak 17 anggota polisi menjadi korban tindak kekerasan.

"17 polisi menjadi korban kebrutalan orang tidak dikenal, mulai dari rumahnya ditembak, dibacok, dikeroyok dan ditembak hingga tewas. Ibukota Jakarta ternyata makin tidak aman bagi anggota kepolisian," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane di Jakarta, Selasa.

Dari ke-17 polisi korban tindak kekerasan itu, sebanyak tujuh polisi dikeroyok, enam polisi ditembak, tiga polisi ditusuk atau dibacok, dan satu rumah polisi ditembak.

Akibatnya, kata dia, sebanyak 11 polisi luka-luka dan empat lainnya tewas tertembus peluru.

"Aksi brutal yang dialami polisi ini membuat warga prihatin dan sekaligus khawatir akan kondisi keamanan ibukota Jakarta. Jika polisi saja tidak bisa mengamankan dirinya dari serangan para kriminal, bagaimana bisa warga berharap polisi melindungi mereka," katanya.

Yang paling ironis dari kasus ini, kata dia, ada dua peristiwa yang patut dicermati, yakni saat korban mengaku sebagai anggota polisi malah dikeroyok dan jadi bulan-bulanan pelaku serta ditusuk atau dibacok.

Peristiwa lainnya, ia menambahkan tanpa ujung pangkal anggota polisi tersebut dikeroyok atau ditembak.

Dikatakan, berbagai peristiwa ini menunjukkan ada tiga fenomena baru dalam dinamika kepolisian, pertama, peristiwa ini menunjukkan bahwa Jakarta makin tidak aman lagi bagi polisi.

Kedua, hubungan polisi dengan masyarakat semakin buruk. "Kelompok-kelompok masyarakat makin nekad berbuat anarkis pada polisi," katanya.

Ketiga, peristiwa ini menunjukkan bahwa polisi di ibukota makin tidak terlatih, baik dalam bela diri maupun dalam menggunakan senjata api.

"Berbagai peristiwa ini harus dicermati Polri agar kasus-kasus pengeroyokan dan penembakan terhadap polisi di Jakarta tidak terus terjadi dan mempermalukan institusi kepolisian," katanya. (*)

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013