Angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia paling tinggi
Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengatakan kepedulian masyarakat pada penyintas kanker dapat menekan angka kejadian stadium lanjut.

"Kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas kanker payudara dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut," ujar Linda dalam temu penyintas kanker payudara secara virtual di Jakarta, Sabtu.

Dia menambahkan jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal, maka kemungkinan untuk bisa mencapai harapan hidup yang lebih lama adalah sekitar 98 persen. Bahkan tidak sedikit penyintas yang menyesal karena tidak melakukan deteksi dini dan mendapatkan kanker sudah menyerang bagian tubuh.

"Angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia yang didiagnosa kanker adalah yang paling tinggi yakni sekitar 30,9 persen. Sementara angka kematian karena kanker payudara juga cukup tinggi di Indonesia. Hal itu terjadi karena pasien pada umumnya datang memeriksakan diri ke dokter hampir 70 persen sudah dalam stadium lanjut," tambah Linda.

Untuk itu, Linda mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dan SADANIS. Saat ini diperkirakan dalam 9 menit ditemukan satu orang terkena kanker payudara, kalau dalam 1 jam sekitar 6 orang terdeteksi terkena kanker payudara.

Dia menambahkan pandemi COVID-19, turut mempengaruhi kegiatan pelayanan dan upaya penanggulangan kanker karena prioritas dilakukan pada penanggulangan COVID-19.

Baca juga: Serba-serbi Hari Tanpa Bra yang diperingati tiap 13 Oktober

Baca juga: Jangan takut dulu, tak semua benjolan di payudara itu kanker


Meski demikian, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Cut Putri Arianie MHKes mengatakan pelayanan terhadap penyakit yang menjadi pengorbit tetap harus terus diupayakan tanpa mengabaikan pencegahan pada faktor resiko penyakit.

Pembina YKPI,Dr Sonar Soni Panigoro SpBOnk MEpid, mengatakan pandemi COVID-19 membuat sebagian penyintas kanker menunda pengobatannya.

"Dengan ditundanya pengobatan kanker justru lebih memperburuk perkembangan penyakitnya itu sendiri. Jadi kita harus terus melanjutkan pengobatan kanker dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu berdoa semoga segalanya akan berjalan dengan baik, tetap selalu optimistis dan semangat," imbuh Sonar.

Sonar mengingatkan penyintas kanker untuk terus menerapkan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun serta menjauhi kerumunan.

Temu Penyintas Kanker Payudara se-Indonesia diselenggarakan secara virtual dan diikuti ratusan penyintas kanker payudara di Tanah Air.

Tema temu penyintas kali ini adalah "Tetap Optimis Dalam Adaptasi Kebiasan Baru di Masa Pandemi COVID-19. Kamu Bisa, Kita Bisa!”. Acara itu diselenggarakan dalam rangka memperingati bulan peduli kanker payudara internasional.

Pada kesempatan itu, para penyintas berkomitmen untuk tetap menjaga kesehatan diri sesuai anjuran dokter, saling mendukung dan menguatkan sesama penyintas untuk melawan kanker payudara, tetap semangat, optimis dan selalu berdoa, senantiasa melakukan kampanye deteksi dini dengan SADARI, dan melakukan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

Baca juga: Ahli: Pengobatan dini lebih baik bagi penyintas kanker payudara

Baca juga: Memilih bra tanpa kawat yang nyaman

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020