Jakarta (ANTARA) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut bahwa faktor budaya menjadi salah satu penyebab tingginya anak putus sekolah di Cianjur, Jawa Barat.
"Budaya yang berkembang di Cianjur itu orang tua ketika tidak mampu memasukkan anaknya ke sekolah formal, mereka kemudian memasukkan anak ke ponpes (pondok pesantren), sementara di ponpes ya sebenarnya dia (anak) bersekolah, belajar ilmu agama, kitab kuning, Alquran, hadits, fikih," kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono, saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Baca juga: Disdikpora Cianjur jamin anak putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan
Namun, persoalannya sebagian pondok pesantren salafiyah tidak terdata dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sehingga para santri-nya menjadi anak putus sekolah.
"Ponpes ini kadang tidak menyelenggarakan pendidikan formal, sehingga anak di pesantren murni belajar tentang salafiyah, ilmu agama dan mereka di situ tidak terdaftar dalam dapodik, sehingga mereka terdata sebagai anak yang putus sekolah," kata Aris Adi Leksono.
Baca juga: Cianjur upayakan tekan angka putus sekolah
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Faktor budaya turut andil sebabkan tingginya putus sekolah di Cianjur
KPAI: Faktor budaya sebabkan tingginya putus sekolah di Cianjur
Senin, 26 Agustus 2024 20:05 WIB